❝If we're together, even an endless Maze is paradise.❞
****
Pernikahan.
Disebutkan dalam beberapa definisi; penikahan berarti upacara suci yang termasuk salah satu kebahagiaan hidup, dimana dua orang asing yang saling mencintai akan secara resmi menghabiskan sisa hidup bersama dalam rumah tangga yang menenangkan, melindungi dan saling berbagi—analogi yang sempurna.
Namun untuk siang ini, dalam gedung pernikahan yang sering dikhususkan pada orang-orang dari kelas atas itu, definisi penikahan baru saja berubah menjadi kabar buruk yang paling di takutkan semua orang.
"Kemana pengantin perempuannya?"
"Ini sudah dua jam, apa jangan-jangan pengantinnya melarikan diri?"
Tepat di depan meja upacara pernikahan, seorang pria—yang terlihat seperti olok-olok, duduk di kursi mempelai pria sambil menatap pintu yang seharusnya dilalui satu-satunya wanita yang dia inginkan untuk menjadi pendamping seumur hidupnya dengan tatapan tak teratikan.
Tidak ada emosi yang jelas terpancar.
Semua orang kebingungan saat acara yang harusnya dimulai dari beberapa waktu lalu, belum juga di mulai sampai detik ini.
Mereka mencari-cari asal masalahnya hingga mengerti saat sang pengantin wanita masih belum juga muncul.
Wanita yang semestinya menjadi ratu pada hari itu tidak menunjukan tanda-tanda akan terlihat.
Pihak keluarganya dan keluarga pengantin pria sudah melakukan pencarian, tapi seperti yang diperkirakan semua orang, benar-benar hanya keajaiban yang bisa membuat wanita itu bisa terlihat hari ini.
"Kasihan sekali pria itu. Dia ditinggalkan di hari pernikahannya sendiri."
"Aku dengar hubungan mereka sudah lama. Apa yang terjadi?"
Pengantin wanita itu hilang—meninggalkan pria yang bersamanya sudah merencanakan pernikahan ini serta hidup bahagia mereka selama lebih dari dua tahun.
Tidak ada hal yang lebih buruk dari pada itu.
Namun tetap menunggu wanita yang meninggalkan pernikahan dengan alasan yang tidak ada satu orangpun yang tau, mungkin bisa lebih buruk lagi.
Wanita paruh baya di sisi keluarga utama, menatap pria itu sedih, jelas kesal melihat anak bungsunya mengalami hari buruk seperti ini.
Dia melangkah mendekat, mengabaikan tatapan para tamu yang masih terlihat sedang mengansumsikan kondisi yang terjadi dan menghampiri anaknya.
"Res, ayo kita pulang.." kata wanita itu pelan, suaranya lesu.
Namun Ares Jevera, mempelai pria pada pernikahan itu hanya menatap pintu kedatangan dengan tatapan yang belum berubah.
Entah apa yang sedang dia pikirkan.
"Aluna belum datang Ma. Pernikahanku belum di mulai."
"Tapi sayang—"
"Aku kenal Aluna Ma, dia tidak mungkin membatalkan pernikahan ini."
Wanita paruh baya itu menghela napas.
"Ini sudah dua jam dan kamu lihat, Aluna ataupun keluarganya tidak memberi kabar. Kita sudah kehilangan muka di hadapan semua orang. Jadi tolong hentikan Res, keluarga sudah malu."
Ares menoleh pada ibunya tanpa mengatakan apa-apa, cukup lama, hingga pria itu tahu-tahu beranjak membuat semua orang terkejut saat dia berjalan keluar dan pergi meninggalkan gedung pernikahannya.
YOU ARE READING
In the Maze
Romance[18+] Isak tangisku teredam suara gemuruh hujan yang memekakan telinga dari luar apartment. Berulang kali aku berusaha melepaskan sentuhan pria berengsek ini dari tubuhku. Memukulnya, mendorongnya, meracau dari dekapannya-tapi semuanya sia-sia saja...
