Tentang kisah singkat Daniel, Sejeong dan Guanlin. Tentang kesempatan, kehilangan, dan mempertahankan siapa yang berhak.
Bukan hanya itu. Sedikit kisah Ong dan cerita Lalisa yang terdengar familier juga akan menemanimu saat membacanya.
Enjoy my fir...
Yang ia takutkan selama ini hanyalah; ketika ia selesai bilang mengenai perasaannya pada Sejeong, maka gadis itu akan menjauhinya. Yah sekilas seperti film-film menye yang kerap ia tonton bersama Jihoon. Apakah hal semacam itu memang benar bisa terjadi? Atau hanya fiksi semata?
Tapi, apapun resikonya, lebih cepat lebih baik.
Daniel berkali-kali menarik dan mengembuskan napasnya untuk mengusir rasa gugupnya.
Baik, sekarang sudah waktunya.
"Seje."
"Niel."
Aelah.
Keduanya terdiam.
"Anu, lo duluan aja." Daniel nyengir kikuk. Sedangkan Sejeong berdeham sejenak.
Arrghh! Kenapa sekarang jadi canggung gini sih? batin Daniel.
"Oke," Sejeong menjeda, "lo pasti udah tau tentang Guanlin anak pindahan itu."
Daniel mengangguk lantas menunduk. Oh, ngomongin Guanlin ternyata.
Mendadak rasa cemas Daniel kembali datang. Sejeong membuatnya penasaran.
"Dan fakta lainnya, Guanlin adalah mantan gue. First love."
Huft, lebih menyakitkan kalau yang mengutarakan adalah yang bersangkutan sendiri.
Daniel mengangguk lagi. Masih menunduk.
"Sekarang gue bingung. Gue punya firasat kalau dia balik ke sini untuk menjemput janjinya."
Deg
Kata-kata Sejeong memang ringan, namun sangat berat ketika Daniel yang mendengarkan.
"Terus lo bingung di bagian mananya?" tanya Daniel.
Sejeong mengembuskan napas panjangnya. "Dulu Guanlin pernah bilang, kalau dia minta gue untuk nunggu saat dia dateng lagi. Gue juga nggak tau yang dimaksud mau dateng lagi tuh untuk apa. Apa untuk pacaran lagi atau mau bikin gue sakit hati lagi."
Daniel tidak menjawab. Entah kenapa rasanya ia ingin pulang saja dan memutar lagu ballad sekencang-kencangnya.
"Niel, menurut lo gue harus gimana dah?"
"Lo sendiri gimana? Kalau masih suka ya lo sambut Guanlin, kalau udah nggak suka ya abaikan gitu aja. Sesederhana itu kok."
Namun nyatanya tidak sesederhana itu untuk Daniel. Kalau Sejeong kembali pada Guanlin, apa kabar hatinya nanti?
"Jujur ... yang gue rasain masih ada sisa. Well, sebut aja gue masih nyimpen rasa buat dia."
Tolong lenyapkan Daniel dari bumi sekarang juga!
Sejeong terlihat menahan senyumnya ditundukan kepalanya.
Sementara Daniel memejamkan kedua matanya. Selama ini Sejeong memang tidak pernah menganggap Daniel.
Tidak ada harapan.
Tidak adakah kesempatan?
Pastinya ada.
Orang Raisa bilang ada kok.
"Niel."
Daniel tersentak. Ia langsung menoleh dengan muka masamnya.
"Kok diem? Gue harus gimana?"
Daniel spontan mengubah air mukanya. Seceria mungkin.
"Lo bilang lo masih suka? Ya kejar dong!" Daniel tersenyum lebar.
Sejeong ikut tersenyum lebar. "Gitu ya? Bantuin gue ya?!" Ia sangat antusias.
"Pastinya. Apa sih yang nggak buat lo, cabe!" Daniel berdiri dan merangkul Sejeong yang tengah berbunga-bunga.
Daniel turut bahagia.
Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
A/N
Selamat hari raya idul fitri! Maafkan aing kalau punya salah-salah kata ya guys *lap ingus*
Yok vomment dulu yang udah baca sampe kata-kata ini