part 09

101 20 6
                                        

Ceklek

Sejeong refleks membuka matanya. Pintu kamarnya terbuka. Samar-samar ia melihat seseorang dengan gesture seperti mamanya memasuki kamar dan mendekatinya.

Ia mengucek mata. Rasanya ia sudah seperti tidur berjam-jam. Namun nyatanya ketika ia melihat jam, belum ada sepuluh menit ia tidur. Dan ia merutuki dirinya sendiri yang mudah terbangun meski hanya dengan mendengar suara sekecil knop pintu yang diputar.

"Kamu tidur ya? Bangun gih, maghrib-maghrib gini kok tidur, nggak baik atuh." Mama duduk di tepi ranjang dekat Sejeong tidur tadi. Anak gadisnya pun duduk bersila sambil masih mencoba membuka matanya.

"Barusan Mama sampe barengan sama Niel. Dia baru aja masuk gerbang, mungkin nyariin kamu. Turun gih."

Baru saja Sejeong akan menjawab ucapan mamanya, kepala Jihoon sudah nongol duluan di daun pintu.

"Sejeong dicariin Niel tuh." Setelah itu Jihoon melengos begitu saja pergi ke kamarnya.

Mama tersenyum menatap Sejeong. "Nah, kan."

"Iya," ucap Sejeong dengan suara seraknya, khas orang bangun tidur.

"Kalo gitu Mama ke kamar dulu."

Sejeong sendirian di kamarnya yang gelap. Ia belum sempat menyalakan lampu saat masuk kamar tadi. Ia memandang sekitarnya. Ia seperti sedang diawasi seseorang.

Sejeong bergidik ngeri membayangkan hal yang tidak-tidak. Maka buru-buru ia berdiri dan menyalakan lampu. 

Gadis itu duduk di kursi meja belajarnya lalu menggaruk kepalanya yang gatal.

Guanlin

Tiba-tiba nama itu terngiang-ngiang di ingatannya. Ia mengingat-ingat apa yang dilakukannya tadi sebelum tidur. Ah, Guanlin mengirim pesan Line kepadanya. Sejeong pun beranjak mencari ponsel di sekitar kasurnya. Dapat.

Ia membuka history chatnya dengan Guanlin. O-ow, ternyata ia sudah memblokir Guanlin karena bercanda mengajaknya balikan. Sejeong mengembuskan napas kesal. Sudah berapa kali ia dipermainkan oleh bualan-bualan seperti itu? Oleh Daniel? Ratusan kali. Oleh Guanlin? Ah, tidak terhingga.

••••••

"Jeong."

"Paan."

"Nih, gue kasih."

"Apaan?"

"Upil."

Sejeong sontak menoleh dan memelototi Daniel yang duduk di ayunan sampingnya. Daniel nyengir.

"Lo ngapain sih diem mulu? Kurang sesajen, hah?" Daniel yang merasa suntuk didiamkan oleh Sejeong pun mulai kesal.

Sejeong hanya diam. Ia menempelkan sebelah pipinya ke besi pegangan ayunan sehingga membuat wajahnya gembul sebelah.

"Lagi pengen ngelamun aja." Sejeong masih tak beralih menatap kosong rerumputan di tanah.

Daniel menghela napas. "Padahal gue kesini mau ngajak lo ngomong."

"Bukannya dari tadi lo juga udah ngomong? Kebanyakan basa-basi lo."

Daniel terdiam. Sejeong juga diam.

"Nggak jadi ah."

"Apanya?"

"Nggak jadi ngomong."

Lagi-lagi mereka kembali membisu. Kalut dalam pikiran masing-masing.

Daniel mendongak menatap gelapnya langit yang tanpa sebutir bintang sekalipun. Ia bingung sekarang. Tentang ia yang harus mengutarakan perasaanya pada gadis yang sedang melamun itu.

One and Only Where stories live. Discover now