Thousand Miles

Zacznij od początku
                                    

Pada saat itu, gue kebetulan sedang jaga di pos sebelum itu dan akhirnya berlari ke arah teriakan Ayla. Karena ya, siapa juga yang gak panik denger jeritan kaya gitu?

Dan setelah gue berhasil ngebantu dia berdiri, ternyata ada salah satu temen gue yang bertugas jadi kunti, penasaran sama Ayla. Jadilah dia ngintip dari balik tembok, tepat saat Ayla dan gue berjalan ke arah situ.

"AAAAAAAAAA!!!!" Suara teriakan kembali terdengar, sebelum hilang dan gue bisa ngeliat Ayla jatuh tertidur di lantai.

Dia pingsan.

"LAH! LAH KOK PINGSAN?!" Ujar temen gue panik saat itu.
"Ya lagian lo sih masih nakutin juga!" Omel gue sebelum duduk panik.
"Gue cuma penasaran ini dia kenapa! Gak niat nakutin! Lupa gue kalo lagi jadi kunti!"

Akhirnya gue berakhir ngegampar gampar Ayla, dan Ayla langsung berdiri tegap saat sadar, saking paniknya dia.

Dan sekarang, dia mau jadi kunti??

"Ih! Jangan gitu dong! Gini gini gue bisa jadi kunti!" Ujar Ayla sambil mencoba memasang wig sedengkul itu di kepalanya.
"Iya deh iya." Jawab gue sebelum mulai membantu dia memasang wig menyeramkan itu, karena dia kesusahan setengah mati dan mukanya udah mulai frustasi.
"Kita satu pos aja yuk!" Ujar Ayla semangat setelah dia udah terlihat seperti kuntilanak yang sepurna.

Serem juga dia.

"Ya udah." Jawab gue datar sebelum menahan tawa gue lagi.

Sumpah ada ada aja ni anak.

Sekitar satu jam kemudian, gue udah berada di satu pos bersama Ayla, Bima anak angkatan Ayla, dan Dika temen seangkatan gue. Kita gak bertugas untuk menerima tanda tangan atau apa, tapi cuma sebagai pos santai yang mendadak dihiasi kuntilanak. Karena Ayla seharusnya berada di pos yang lebih penting dengan kostum dia, tapi dia tetep maunya bareng gue.

"Lo ngapain sih Ay bawa bawa boneka bayi gitu?" Tanya gue bingung sebelum Ayla harus bersembunyi di tengah tengah pepohonan yang lebat.
"Dikasih Nora, katanya biar makin serem." Jawab Ayla santai, sebelum perlahan dia tersenyum manis ke Bima. "Bim... nemenin gue kan di sana?" Tanya Ayla masih tersenyum.

Bener bener bikin merinding ngeliat kunti senyum kaya gitu.

"Iya iya. Ayok." Ujar Bima dengan muka datar sebelum masuk ke dalam pepohonan yang lebat.

Bener kan. Gak mungkin dia berani masuk sendirian. Pasti dia bakalan ditemenin.

Pantesan aja dia maunya sama gue di pos ini. Orang gue satu pos sama Bima, yang pasti udah nego nego sama dia buat nemenin dia di tengah hutan.

Setelah setengah jam dan 4 peserta datang, tiba tiba gue bisa mendengar keributan kecil dari dalam pepohonan.

"Bim! Elah lo ngeselin banget sih! Bim! Huhu! Fabioooo!!!!" Suara Ayla membuat gue bingung dan berniat untuk masuk ke arah dia berada, tapi sebelum gue bergerak, gue bisa melihat kuntilanak menggendong bayi yang berlari panik ke arah gue dengan rambut panjangnya yang mengibas pepohonan di sebelahnya.
"Kenapa sih?!" Tanya gue bingung.
"BIMA PURA PURA KESURUPAN HUHUHUHU GUE GAK MAU DI DALEM!" Ujar Ayla panik, sebelum rambut dari wig dia terbang ke wajahnya sendiri. "AH!!! HUHUHU APASIH!!" Dan dia marah pada rambut itu...
"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!"

Kali ini gue gak bisa lagi menahan tawa gue, dan gue berakhir memegangi perut gue karena gue kebanyakan ketawa. Sumpah. Apa sih ni cewek?! Aneh banget. Heran gue.

"Banyak nyamuk Kak di dalem. Males gue." Ujar Bima saat keluar dari semak semak pepohonan itu. Membuat gue akhirnya mengangguk setelah menghapus air mata yang keluar karena gue gak bisa berenti ketawa.
"Udah kek ngetawainnya!" Ayla memukul lengan gue sebelum gue mengangguk.
"Udah udah, kalian duduk sini aja." Ujar gue, membiarkan kita duduk bersama kuntilanak yang gak bisa bertugas.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Jun 14, 2018 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

A Second Before Midnight (On Hold)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz