1

6.8K 783 63
                                    

Seongwu memijat-mijat bahunya setelah berhasil menyeret lalu membanting tubuh besar Daniel di atas ranjang. Pemuda itu bergumam tak jelas dalam keadaan mabuknya. Cih. Seongwu tau Daniel bukanlah orang yang gampang mabuk bahkan pemuda itu masih akan segar bugar disaat teman-teman mereka yang lain tumbang. Tapi tidak hari ini, Daniel terus-terusan memasukkan cairan beralkohol itu ke dalam tubuhnya hingga akhirnya tumbang.

Seongwu itu tipe penikmat pesta jadi haram baginya untuk mabuk. Dan Daniel yang mabuk benar-benar menganggu kenyamannya dalam menikmati pesta jadi dengan segala keterpaksaan Seongwu menyeret badan besar Daniel ke dalam salah satu kamar. Tentu, Seongwu tak akan mau melakukan pekerjaan berat itu sendiri jika setidaknya satu temannya masih ada yang sadar.

"Aku tunggu balas budimu."

Seongwu hendak melangkah keluar kamar ketika sesuatu menarik tangannya hingga menyebabkan badannya limbung dan terjatuh di atas Daniel. Punggungnya menabrak dada pemuda itu.

Seongwu membulatkan matanya horor saat sepasang tangan memeluk perutnya lalu tengkuknya dihadiahi kecupan-kecupan ringan.

"Woon.."

Seongwu menjauhkan kepalanya dari jangkauan bibir tebal Daniel. Tak lupa tangannya juga bergerak melepaskan rengkuhan Daniel.

"Woon.."

"Sial! Sadar, Beruang!"

Seongwu menggapai surai coklat Daniel dan menariknya hingga pemuda itu mengaduh. Sebuah senyum miring tercipta ketika tangan yang melingkar di perutnya itu terlepas.

"Aw!"

Seongwu memejamkan matanya kala kepalanya pening karena menghantam bantal dengan keras. Walaupun empuk tetap saja dengan hantaman keras seperti tadi mampu membuat pusing.

Sebuah elusan di pipi kiri membuat mata Seongwu terbuka dan menemukan Daniel kini berada di atasnya. Lagi, mata Seongwu terbelalak lebar. Wajah pemuda itu hanya beberapa inci dari wajahnya. Bahkan Seongwu dapat mencium bau alkohol dari napas Daniel. Uh.

"Woon, kamu cantik."

Seongwu merinding mendengar suara Daniel. Belum lagi tatapan pemuda itu yang entah kenapa memberi sensasi aneh bagi Seongwu.

Tatapan Daniel turun dari mata Seongwu ke bibir tipisnya, begitupun tangannya yang sedari tadi berada di pipi. Mengelus bibir berwarna merah muda itu. Menarik bagian bibir bawah Seongwu agar terbuka dengan ibu jari sebelum memasukkan lidahnya ke dalam mulut Seongwu.

Badan Seongwu menegang. Matanya terbuka lebar. Dia seperti orang bodoh yang badannya kaku membiarkan mulutnya diobrak-abrik oleh orang asing.

"Woon.."

Tersadar akibat bisikan Daniel dalam kegiatannya, Seongwu langsung memegang pundak kokoh pemuda itu dan berusaha mendorongnya. Tapi entah pergi kemana semua kekuatannya, sepertinya terkuras habis karena harus membawa badan besar Daniel jadi dorongannya pun tak mempan pada pemuda itu. Bergerak sedikitpun tidak.

Seongwu kembali mencoba tapi Daniel malah membawa tangannya dan menyimpannya di atas kepala Seongwu.

"Woon.."

Seongwu meraih oksigen dengan rakus begitu Daniel melepaskan mulutnya. "Kau gila! Lepaskan aku!"

Sepertinya yang gila di sini adalah Seongwu karena bagaimana pun Daniel tengah mabuk. Akal sehatnya tengah menghilang.

"Aku mencintaimu, Sungwoon."

"Hmph!"




.
.
.





Daniel mengerjapkan kedua mata sipitnya sebelum meringis karena kepalanya yang sakit. Dipijatnya pangkal hidungnya sambil bangun lalu duduk dengan punggung yang bersandar pada kepala ranjang.

Matanya memindai ruangan tempatnya berada dan menemukan pakaian miliknya berada di lantai dekat pintu. Pantas Daniel merasa sedikit kedinginan itu karena dia benar-benar telanjang sekarang. Hanya selimut putih yang menutupi daerah pinggang ke bawahnya.

Gerakan di sampingnya membuat Daniel mengalihkan atensinya. Sial. Seseorang tengah tertidur di sampingnya. Selimut menutupi wajahnya hingga di bawah mata. Dengan tangan gemetar pelan-pelan Daniel menyingkirkan selimut yang menutupi wajah itu dan seketika mata sipitnya membulat.

Sial. Dari semua orang kenapa harus pemuda ini?

"Wu. Seongwu."

Seongwu melenguh sebelum membuka matanya yang langsung bersitatap dengan Daniel. Tersadar sepenuhnya, Seongwu buru-buru mendudukkan dirinya.

"Aw!"

"K-kenapa? Apanya yang sakit?"

Seongwu menatap Daniel tajam. "Menurutmu apa, Sialan!"

Daniel meringis. Pagi-pagi telinganya sudah dicekoki suara yang kencang.

"Maafkan aku."

Seongwu mendecih. "Lain kali kalau kau punya masalah selesaikan jangan lari lalu mabuk-mabukan."

Daniel menundukkan kepalanya sambil mengusap tengkuknya. "M-maafkan aku."

Seongwu mendengus. Ditariknya selimut putih itu hingga membungkus badan kecilnya lalu berdiri dengan susah payah karena demi apapun bagian belakangnya benar-benar sakit. Tak peduli pada Daniel yang kali ini benar-benar telanjang karena satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya dia rampas.

"Kau bisa pergi. Aku mau mandi dulu. Astaga, ini lengket sekali!"

Langkah Seongwu terhenti ketika lengannya di tahan. Daniel menatapnya seperti tatapan anak anjing yang hilang. Seongwu mendesah.

"Aku tak akan mengatakannya pada siapapun. Kita bisa menganggapnya tak pernah terjadi. Kau bisa tenang."

"Bukan itu."  Lengan Seongwu semakin dipegang erat.

"Hah?"

"Apa kau benar baik-baik saja? Apa kau butuh sesuatu? Mau pergi ke dokter?"

Alis Seongwu terangkat. "Aku baik-baik saja dan aku tak butuh apapun. Tidak, terima kasih. Apa kau sudah benar-benar tak waras? Mau bilang apa kau ke dokter nanti, hah?"

"Kita bisa bilang kalau kita melakukan anal sex."

Mulut Seongwu terbuka lebar. Dia tak menyangka bahwa Daniel ternyata lebih gila dari bayangannya.

"Tidak. Tidak. Lebih baik kau pulang karena aku akan segera pulang setelah membersihkan diri."

Tak menunggu tanggapan Daniel, Seongwu langsung berjalan menghampiri kamar mandi dengan sedikit terseok-seok.

.
.
.

Tbc/end?

Are you crazy? [OngNiel] ✅Where stories live. Discover now