2

5.1K 729 67
                                    


.
.
.

Daniel

Kau ada kuliah hari ini? (07.00)
Mau kuantar? (07.10)
Aku lukamu sudah sembuh? (08.34)
Kau bersama Minhyun di kantin? Apa kau belum sarapan? (9.10)
Apa kau sudah makan siang?
Mau ku bawakan sesuatu? (12.05)
Kuliahmu sudah selesai?
Mau kuantar pulang? Aku bawa mobil (16.10)
Tolong balas pesanku, Seongwu (17.00)
Jangan lupa makan malam (19.30)
Jangan tidur terlalu malam (21.00)
Katakan padaku jika kau butuh sesuatu (21.10)

Seongwu melempar ponselnya ke atas meja di mana laptopnya tengah menyala menampilkan software pengolah kata. Dia tadi sedang mengerjakan tugas lalu hendak mengirim pesan menanyakan beberapa hal yang tak dia pahami pada Minhyun ketika jarinya tergelincir dan malah membuka ruang obrolan dirinya dan Daniel. Banyak pesan tak terbaca yang memang sengaja Seongwu abaikan.

Seongwu menghela napas kasar. Sejak kejadian di bar seminggu yang lalu Daniel rutin mengiriminya pesan. Menawari untuk mengantarnya pergi atau pulang kuliah, mengingatkannya untuk makan bahkan menawari membawakan makanan, menanyakan apakah lukanya sudah sembuh atau belum dan selalu diakhiri setiap hari dengan katakan padaku jika kau butuh sesuatu.

Dan semuanya selalu terulang walaupun Seongwu selalu mengabaikannya. Daniel tak pernah lelah.

Daniel dan Seongwu kenal karena mereka berdua sering bertemu di bar. Menghabiskan akhir pekan dengan bersantai ditemani minuman beralkohol. Juga berkat Minhyun yang berteman dengan Jonghyun, salah satu anggota gang anak teknik di mana Daniel juga menjadi anggotanya.

Hanya sebatas itu mereka saling mengenal. Jadi sangat aneh jika tiba-tiba Daniel menghampirinya di fakultas fisip di mana jaraknya sangat jauh dengan fakultas teknik hanya untuk memberikan makan siang. Iya, selain rutin mengabarinya Daniel juga terkadang datang langsung menemui Seongwu di tengah jam makan siang membuat Minhyun tak berhenti bertanya sebelum Seongwu bercerita.

Seongwu tak paham apa tujuan Daniel. Jika dia takut Seongwu mengingkari janjinya dan membeberkan apa yang terjadi itu benar-benar gila. Seongwu juga dapat dampaknya jika hal tersebut tersebar. Pada Minhyun saja dia hampir hilang akal membuat jalan cerita yang baik agar sahabatnya itu percaya.

"Aku mencintaimu, Sungwoon."

Atau Daniel takut jika perasaannya terbongkar? Heh, bahkan Seongwu tak mengenal siapa itu Sungwoon.

Lalu apa?





.
.
.




"Ini."

Seongwu mengalihkan tatapannya dari layar laptop pada Daniel yang berdiri di depannya, tepatnya terhalang oleh meja panjang. Lalu pemuda itu melirik sebuah kantung plastik yang Daniel letakan di atas meja.

"Aku tak tau snack kesukaanmu jadi aku membeli beberapa yang ku suka dan umum untuk disukai banyak orang."

Kantung itu berisi berbagai jenis makanan ringan juga beberapa kaleng minuman, ada beberapa yang Seongwu sukai.

"Daniel."

"Ya?" Jawab Daniel cepat. "Apa tak ada yang kau sukai? Atau kau butuh yang lain?"

Seongwu mendesah lelah. Ditutupnya laptop miliknya, tugasnya bisa menunggu nanti. "Kau tenang saja aku tak akan melanggar janjiku. Lagipula aku masih waras untuk tak membeberkan itu semua."

"Apa maksudmu?"

"Kau takut aku membongkar kejadian minggu kemarin, kan? Tenang saja, Daniel. Astaga! Bahkan aku harus bekerja keras agar kebohonganku tak tercium oleh Minhyun."

Daniel menggeleng. "Bukan itu. Aku tak masalah jika semua orang tau."

"Hah?"

Daniel mendaratkan bokongnya di kursi di depan Seongwu. Tatapan matanya jatuh tepat pada mata Seongwu membuat pemuda itu merasakan sensasi aneh, lagi.

"Aku suka kau, Seongwu. Dan aku sedang melakukan apa yang biasa orang lakukan untuk sosok yang dia suka."

Mata Seongwu mengerjap pelan. Mulutnya terbuka lebar. Otaknya memproses perkataan Daniel dengan lambat.

"G-gimana?"

"Aku suka kau, Seongwu. Daniel suka Seongwu."

Seongwu menelan ludahnya. Matanya melirik sekitar. Sepi.

"Bagaimana bisa? Maksudku saat itu kau mengatakan mencintai seseorang bernama Sungwoon lalu seminggu kemudian kau mengatakan menyukaiku? Apa belajar teknik membuat otakmu menghilang, Daniel?"

"Aku tau kau tak akan percaya karena aku sendiri masih tak percaya, Seongwu. Awalnya aku perhatian padamu sebagai permintaan maaf dan rasa tanggung jawabku tapi setelah berlanjut kenapa aku harus merasakan itu semua? Kau bukan yang pertama bagiku tapi kau adalah orang pertama yang membuatku merasa harus bertanggung jawab setelah one night stand."

Seongwu diam. Dia tau bahwa Daniel adalah salah satu dari sekian anak teknik yang dia kenal yang senang bermain. Tak jarang saat mereka bersama di bar, Seongwu melihat Daniel pergi dengan menggandeng para gadis. Maka dari itu saat mengetahui fakta tentang perasaan pemuda itu pada sosok Sungwoon, Seongwu tak habis pikir.

"Aku lega kau sudah mengetahui perasaanku." Daniel berdiri. "Aku tak memaksamu untuk membalasnya sekarang hanya aku meminta izin padamu untuk membuktikan hal itu jadi tolong jangan menghindariku."

Daniel tersenyum manis lalu mengulurkan tangannya untuk mengusak rambut Seongwu sebelum melangkah pergi.

"Astaga, aku bisa gila!"

.
.
.

Selamat lebaran semuanya. Minal aidzin wal faidzin ya🙏
Ini thr dariku, thr dari kalian vomment boleh🙏

Are you crazy? [OngNiel] ✅Where stories live. Discover now