"Felly. Papa ga bisa nafas kalo kamu meluk erat banget." ucap papa Felly sambil mengelus rambut Felly.

"Biarin, abisnya Felly kangen banget tau." jawab Felly sambil menggembungkan pipinya.

Papa Felly hanya terkekeh geli mendengar celotehan anaknya yang super manja ini.

"Jangan kembali ke masa kecil dek! Disini ga ada doraemon, lo jangan kaya anak kecil." celetuk bang Riki yang sedang fokus bermain ponsel.

Felly hanya menjulurkan lidahnya dan tetap memeluk papanya.

"Fell, ada yang ingin papa dan mama bicarakan sama kamu." ucap mamanya dengan nada yang serius, dan suasana kembali tegang.

"Sama abang engga ma?" tanya Felly dengan polosnya.

"Menurut lo fungsinya gue disini apa? Jadi patung? Atau setan yang lagi gentayangan? Ya buat dengerin omongan mama sama papa lah." ucap bang Riki dengan gemas kepada adiknya yang bertingkah seperti anak kecil itu.

"Kalian berdua, ikut papa sama mama keluar negeri." ucap papa dengan nada yang menurut Felly horror.

"WHAT?!" tanya Felly dan bang Riki bersamaan. Bagaimana bisa mereka ikut orang tua mereka keluar negeri, sedangkan disini mereka berdua sedang menimba ilmu.

"Iya, opah dan omah meminta kita untuk tinggal disana, kalian kan lulusnya bersamaan. Riki lulus kuliah dan Felly lulus sekolah. Riki akan membantu papa meneruskan perusahaan, dan Felly melanjutkan kuliah disana." jelas papa Felly dengan wajah yang menurut Felly lebih lunak dibanding yang tadi.

"Aku ga mau." ucap Felly dengan pandangan kosong.

"Harus." balas mama Felly dengan tegas.

"Aku ga mau ninggalin teman-teman aku mah, pah. Aku ga mau." ucap Felly yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Kamu ga mau ninggalin teman-teman kamu atau ga mau ninggalin pacar kamu?" tanya papa Felly dengan muka yang berlipat-lipat kali horror.

"Maksud papa? Aku ga ngerti, dan aku tegaskan sekali lagi, aku ga punya pacar." jawab Felly dengan tegas dan wajah yang serius.

"Papa tau semuanya, walaupun papa jarang ada dirumah, tapi papa memantau kalian berdua, dan papa beri waktu sampai kalian lulus, untuk memutuskan hubungan kalian." ucap papa sambil menyesap kopinya.

"Riki ga punya pacar pah. Biarpun riki playboy dan riki mengakui itu, tapi riki ga pernah pacaran, riki menghargai keputusan papa dan mama. Dan riki setuju untuk tinggal di rumah omah dan opah." balas Riki yang entah kenapa menjadi serius.

Mama hanya tersenyum mendengar keputusan Riki, dia kagum dengan Riki, biarpun Riki sudah besar, dia tidak pernah membantah nasehat kedua orang tuanya.

"Felly?" tanya mama.

"Aku mau minta satu hal sebelum aku pergi." pinta Felly sambil menatap mama dan papanya bergantian.

"Apa?" tanya papa Felly dengan penasaran.

"Izinkan aku pacaran sekali ini aja, dan setelah waktunya tiba, aku akan mutusin dia." ucap Felly dengan wajah yang super duper serius.

"Kamu yakin?" tanya mama Felly.

"Dek, jangan kayak gitu. Lo bisa nyakitin dia dek, abang ga pernah mau lo kayak gini, abang lebih suka lo yang manja dan cengeng, bukan kayak gini." ucap Bang Riki sambil menatap Felly dengan tatapan sendu.

"Plis bang, sekali ini aja gue mohon.. Gue janji, gue ga akan bikin sakit hati dia. Mah, pah, Felly yakin. Dan tolong kasih Felly satu kesempatan ini sebelum kita pergi." mohon Felly yamg sudah menangis sambil memohon kepada mama, papa, dan bang Riki.

Lebih Dari Sekedar Friendzone.Where stories live. Discover now