10. Kemana Nuraz?

81 5 0
                                    

\♧/

Apakah Azril akan menjawabnya sekarang juga? Atau bahkan Azril akan memakinya dan mengusir Alisia dari ruang penyiar saat itu, karena ia telah mencungkil memori di masa lalunya?
Entahlah~

Alisia keliru. Azril terdiam dan memandanginya bukan karena ia menerka ucapan Alisia barusan. Melainkan, Azril tengah berpikir beberapa saat untuk kemudian melanjutkan mencatat sesuatu di atas buku itu.

"Astaga!" Alisia mengeluh pelan.

'Ya ampun, zril. Aku kira kamu dengerin omonganku barusan. Ya tuhan!' Alisia membatin seraya memutarkan kedua bola matanya.

Terdengar hembusan nafas yang lolos dari pernapasan Alisia. Namun, Azril masih tetap terdiam, fokus pada pekerjaannya itu.

"Alisia, kamu di sini aja ya. Aku mau ke ruang tengah dulu, mau konfirmasi hasil catatan ini ke salah satu pengurus lain." (ujar Azril seraya tersenyum dan langsung melangkah menuju ruang tengah).

Alisia hanya tersenyum mendengar ucapan Azril. Padahal di dalam hatinya, ia sudah tidak sabaran ingin meluapkan itu semua.

Di luar sana, langit semakin pekat dengan waktu yang terus kian berputar tanpa hentinya. Dilihatnya jam tangan di pergelangan Alisia, ini sudah pukul 15.00 WIB. Alisia teringat sesuatu bahwa dirinya ada jadwal manggung sore ini. Tapi, bagaimana dengan Azril? Maksudnya, bagaimana caranya untuk pamit ke Azril, sedangkan Azril berada di ruang tengah dan belum ada tanda-tanda akan keluar dari sana.

Diremasnya jemari Alisia menandakan rasa bimbang yang tengah dirasa. Berkali-kali Alisia menengok ke ruang tengah berharap Azril segera keluar dari sana.

Setengah jam berlalu, Azril tak kunjung datang. Akhirnya Alisia memutuskan untuk pergi sekarang juga. Yea, tanpa pamit. Lalu, mau bagaimana lagi? Menerobos masuk? Sangat tidak sopan.

Tapi, saat Alisia beranjak dari duduknya, ia melihat ada secarik kertas kosong di atas buku-buku yang sepertinya itu milik Azril. Dari sanalah, Alisia memulai inisiatif untuk menulis pesan singkat.

To : Azril

Terkadang, aku ingin menjadi waktu.
Yang senantiasa menemanimu, selalu bersamamu dan melewati banyak hal denganmu.
Bahkan saat kamu sibuk dengan pekerjaan dan projek-projek sekalipun, waktu selalu setia menemanimu.
Tanpa rasa lelah,
Tanpa mengenal kata bosan.

Tertanda,
Alisia

~~~

Tetesan hujan mulai terlihat saling bersahutan. Hal itu membuat pakaian Alisia basah kuyup. Untungnya, ia membawa pakaian ganti di dalam tasnya. Dan tasnya pun sudah ia kenakan jas hujan, jadi syukurlah baju gantinya tidak kebasahan.

Dengan memakai baju bermotif bunga dan rambutnya yang ia biarkan tergerai menjulur ke bahu depannya, dengan itulah Alisia akan memulai untuk bernyanyi. Bernyanyi untuk menyuarakan kata hati. Kata hati yang tidak sempat ia utarakan lewat lisan.

 Kata hati yang tidak sempat ia utarakan lewat lisan

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
Respect Yourself || LDRKde žijí příběhy. Začni objevovat