40 : what a fact?

Start from the beginning
                                    

Ia tidak ingin orang-orang menatapnya lemah dan kasihan karena ia sakit.
Ia tidak mau jadi Nana yang lemah.

Sebenarnya, ia sedikit memikirkannya perkataan Renjun tadi.

Sebelum semuanya terlambat.

Apa maksudnya? Apa ada yang Renjun sembunyikan darinya?
Namun manik mata Renjun tidak sedikitpun menunjukkan sebuah kebohongan.
Selama ini, dia bahagia karena kedua orangtuanya selalu membuatnya bahagia, terlebih Renjun, yang memang selalu menemaninya juga selama ini.

Guanlin? Dia sangat merindukan lelaki itu. Terakhir mereka bertemu, saat pertengahan semester lalu, dan itu baru satu kali.
Nana dan Guanlin sering bertukar kabar lewat chat di Line, ataupun SMS biasa.
Kadang, jika keduanya tidak terlalu sibuk, mereka melakukan video call.
Dan itu sedikit membuat hatinya lega, karena kekasihnya itu baik-baik saja.

Sedangkan dirinya? Ia merasa memang tidak baik-baik saja. Namun entah, ia tidak tahu. Ia enggan untuk memeriksakan kesehatan nya ke dokter.

Entahlah, ia merasa takut.. tapi tidak tahu takut pada apa...

"Nana! Kamu melamun, peringatan sekali lagi kamu harus keluar!"
Tegur sang dosen bernama Sehun, yang membuat Nana sedikit terkejut dan meminta maaf, lalu ia fokuskan kembali pada materi.

Ya, Sehun. Kakak kelasnya dulu waktu SMA. Ia tidak menyangka Sehun menjadi dosen disini, terakhir ia melihatnya, saat acara halal bihalal di sekolahnya, karena di alumni, jadi dia datang.
Dan sekarang, dia bertambah tampan.
Apalagi dengan kemeja yang selalu ia gulung lengannya sampai siku, ughh....

Akhirnya ia bisa mengikuti kelasnya sampai selesai dengan fokus.
Lalu ia pulang ke rumahnya dengan menggunakan taksi.

***

Sesampainya dia dirumah, ia mendapati mobil Renjun yang terparkir di halaman rumahnya. Dengan segera, ia memasuki rumahnya, dan ia melihat Renjun yang sepertinya sedang mengobrol penting dengan kedua orangtuanya, lalu semua orang langsung beralih menatapnya saat ia disitu.

"Ada apa?" Tanya Nana heran.

"Ah, nggak apa-apa, cuma mastiin aja Lo balik sampe rumah dengan selamat, soalnya tadi Lo nolak balik bareng gue."
Renjun terkekeh, sedikit menutupi sebuah kebohongan.
Dia bohong jika dia disini untuk memastikan Nana baik-baik saja, tidak, tidak seperti itu...

"Kirain ada apa." Nana menyusul duduk di samping Renjun.

"Yaudah, gue pulang duluan. Aku permisi dulu Tante, om." Renjun berpamitan.

"Baru aja gue pulang, langsung mau balik." Ujar Nana.

"Besok kan masih bisa kesini, yaudah pergi dulu ya, assalamualaikum."
Ujar Renjun lalu ia pergi keluar rumah.

Sekarang ia dihadapkan dengan kedua orangtuanya.

"Kenapa sih, pada natap aku begitu?"
Tanya Nana saat ia sadar, orangtuanya memperhatikannya.

"Nggak apa-apa, muka kamu pucet, kurang piknik ya." Gurau ayahnya, mencoba merilekskan pikiran nya tentang anak gadisnya.

"Hmm kayaknya, tugas kuliah akhir-akhir ini banyak." Gumam Nana.

Kedua orangtuanya saling bertatapan.

"Gimana kalo kamu liburan? Sedikit merefresh pikiran kamu, ambil cuti lah. Mama khawatir, kalo kamu terlalu serius gitu." Ujar Mamanya.

"Liburan? Boleh juga, tapi, aku bener-bener lagi semangat kuliah nih, masa cuti cuma buat liburan." Ucap Nana.

"Jangan terlalu dipikirkan," ujar Papanya.

"Kenapa sih? Pada takut banget kayaknya, kalo aku terlalu mikirin kuliah."

"Kan dari dulu, kamu belum pernah mikirin pelajaran sampe sefokus ini, Mama khawatir aja." Sahut sang Mama.

"Hmm Mama bener juga, aku belum pernah sefokus ini. Tapi ini juga demi masa depan aku, kan? Biar aku cepet lulus terus bisa nikah sama Guanlin hahahahha." Ujar Nana santai, sedangkan kedua orangtuanya pura-pura ikut tertawa dengan tingkah anaknya.

"Kamu ngarep banget nikah sama Guanlin," ujar Papanya.

"Kenapa? Nggak boleh?"

"Emang dia punya apa mau nikahin kamu, kuliah aja belum selesai."
Seru Papanya.

"Ish, si papah kok ngomongnya gitu? Ya nanti nikahnya kalo udah mapan lah."
Tukas Nana.

"Yaudah iyain aja, Pah." Ucap Mamanya.

"Jadi, gimana? Mau liburan nggak? Keluar negeri aja, saran papah. Disana enak," saran Papanya.

Nana hanya mengendikkan bahu dan menghela nafas.

"Atau mau ke Bandung? Biar ketemu Guanlin." Goda Mamanya.

"Boleh juga, Ma." Nana terkekeh.

Seketika pikirannya bertemu Guanlin langsung, berjalan-jalan diatas motor bersama Guanlin di jalanan yang teduh, langsung redup, mengingat Guanlin sedang sibuk-sibuknya disana.

"Ck, Guanlin lagi sibuk banget disana. Ntar aja deh, aku pikirin." Ucap Nana lalu ia pergi ke kamarnya.

Sedangkan orangtuanya hanya menghela nafas, melihat anaknya yang sangat santai mengingat ada satu hal yang membuat mereka berdua khawatir tentang anaknya.

***


Always Lin [Lai Guanlin]Where stories live. Discover now