Draft 2 : Si Pemalu

21.4K 3.1K 804
                                    

Ada dua alasan kenapa seseorang tidak berani menatapmu. Pertama, karena ia menyembunyikan kebohongan. Kedua, karena dia menyembunyikan cinta.

-Eza (yang sedang menerka-nerka)

***

Bel pulang berbunyi beberapa menit yang lalu. Eza dan Romi sudah melangkah keluar dari kelas, berbaur bersama murid yang sedang berjalan di koridor. Sambil merangkul Romi, Eza sesekali berbicara hal yang dianggap lucu.

Saat sedang asik mengobrol, Eza merasakan Romi bergerak dengan cepat. Rangkulan Eza terlepas dan sahabatnya itu menarik tangan Eza ke arah tembok. Romi tengah melihat ke lantai dasar.

"Kenapa sih?" Eza melihat ke arah yang sama.

"Itu Za," Romi menunjuk seorang perempuan dengan ransel hitam dan rambut diikat kuda. "Cantikkan?" tanyanya meminta pendapat Eza.

Eza mengerutkan keningnya, masih belum melihat perempuan itu, namun sedetik kemudian perempuan itu berbalik dan Eza dapat melihat wajah itu dengan jelas.

"Cantik, kok."

"Tuh kan bener kata gue, dia cantik. Manis juga. Imut lagi. Kayak artis korea-korea itu lho Za, yang sering di tonton Eca!" Romi berkata dengan binar mata yang berbinar.

"Kan gue bilang cantik karena dia cewek, ya kali gue bilang dia ganteng."

"Tapi kan dia cantik!"

"Ya karena dia cewek!" seru Eza.

"Bukan maksudnya karena dia perempuan makanya dia cantik, tapi karena dia emang cantik!" Romi terlihat tidak terima.

"Ya udah gak usah nyolot!" kata Eza dengan pelototan mata yang tajam.

Romi memutar bola matanya, "Habisnya sih lo, ngeselin. Udah ah, ayok pulang!"

"Yaudah pulang sana!" Eza masih terlihat kesal.

"Eh Zubaedah, kan kita mau kerja kelompok!"

"Maklum masih muda, gue jadi pikun." Balas laki-laki itu sambil menyengir, membuat Romi memutar bola matanya.

"Yaudah ayok."

Mereka berjalan ke arah tangga. Saat sedang berjalan, matanya tidak sengaja menangkap seseorang tengah berjalan dengan sebuah kardus besar. Wajahnya terlihat kerepotan. Eza melirik Romi.

"Eh Mi, lo duluan ke parkiran deh, gue ke kamar mandi dulu."

Romi menoleh. "Ngapain ke kamar mandi?"

"Mau ngasih makan ikan nih pake pipis gue." Jawabnya asal.

Romi berdecak, ada-ada saja. "Cepetan." Katanya lalu kemudian berjalan ke arah tangga.

Setelah memastikan Romi benar-benar sudah turun ke lantai dua, Eza melihat kanan kiri lalu memasukkan kedua tangannya dan berjalan santai di koridor. Ia kembali memperhatikan gadis itu dan berjalan ke arahnya dengan buru-buru.

BRAK!

Suara gaduh itu terdengar selama beberapa detik dan Eza terlihat jatuh di lantai. Ekspresinya terlihat kesal hingga membuat wajah gadis itu kembali memerah.

"Lo kalau jalan hati-hati dong! Ini manusia lagi jalan juga, masa gak kelihatan?" protes Eza. Laki-laki itu berdiri dan menepuk-nepuk pantatnya.

Gadis itu mengambil kotak yang terjatuh itu. Lalu setelah membawanya, ia melihat Eza. "Iya, sorry, sorry,"

Duh, suaranya itu lho...

"Iya, iya, iya. Lain kali hati-hati." Komentar Eza, tatapannya kemudian beralih ke kotak itu. "Lagian lo bawa barang yang lebih besar dari badan lho, sih."

DraftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang