Pertemuan

12 4 0
                                    

3 tahun kemudian...

"Din loe bentar lagi perform ok..." lidya mengingatkan andin.

"Ok gue udah siap ko..." Andin segera naik ke atas panggung dengan diiringi tepuk tangan penonton andin mulai bernyanyi. Andin memetik senar gitarnya.

🎶Saatku tenggelam dalam sendu
Waktu pun enggan untuk berlalu
Kuberjanji tuk menutup pintu hatiku
Entah untuk siapapun itu🎶

🎶Semakin kulihat masa lalu
Semakin hatiku tak menentu
Tetapi satu sinar terangi jiwaku
Saat kumelihat senyummu🎶

Tring... suara bel pintu kafe yang dibuka. Dua orang laki-laki masuk kedalam kafe dengan sesekali bercanda kemudian duduk disalah satu meja bernomor 4 setelah itu salah seorang diantaranya mengangkat tangannya memanggil pelayan kafe untuk memesan.

🎶Dan kau hadir...
Merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku mera-sa...🎶

Andin tiba-tiba berhenti bernyanyi,lalu menatap meja bernomor 4, ingatan pedih masa lalunya terbayang kembali dimana sabrina meninggal dengan cara bunuh diri akibat kebejatan seorang lelaki yang merupakan kekasihnya sendiri yaitu panji.

Para penonton yang melihat andin berhenti bernyanyi langsung protes dengan perilakunya dan menyuraki andin sedangkan Lidya yang melihat hal itu langsung menghampiri andin dan menepuk pundak andin sontak hal itu membuyarkan lamunan andin pada kisah masa lalunya.

"Hei kenapa loe berhenti bernyanyi sih?" Bisik lidya kesal. Andin menoleh sekilas kepada lidya dan langsung turun dari atas panggung tidak memperdulikan penonton dan Lidya yang protes akan sikapnya.

Lidya pun segera meminta maaf kepada pengunjung kafe dan segera menunjuk aldi untuk segera tampil menggantikan Andin.

"Andin...hei...Tunggu...Andin..." Lidya memanggil andin tapi yang dipanggil tidak merespon. Andin menyimpan gitarnya asal lalu menghampiri panji dengan perasaan yang sangat emosi.

'Brak...'
Andin menggebrak meja panji,yang membuat panji dan temannya kaget akan tingkah andin.
"Andin..." panji bangkit dari duduknya lalu memandang andin bingung.

"Ngapain loe kesini hah? masih berani loe nampakin muka loe didepan gue? Setelah loe ngebunuh kakak gue?" Desis andin dengan segala emosinya.

"Andin semua kejadian itu salah paham,gue bisa jelaskan semuanya" panji coba menjelaskan semua kesalah pahaman yang terjadi tetapi andin yang sudah terlanjur marah tidak mau mendengarkan semua penjelasan panji.

"LOE MAU NGARANG CERITA APA LAGI HAH? DASAR BAJINGAN LOE, PEMBUNUH" bentak Andin yang membuat semua pengunjung kafe melihat kearah mereka.

"Nji ada masalah apa loe sama nih cewek?" Andrew teman panji yang bingung dengan situasi yang terjadi bertanya sambil berbisik.

"Din gue bisa jelaskan semuanya..." panji mencoba menenangkan Andin tapi nihil andin yang sudah sangat emosi kembali membentak panji "DENGER YA LOE BAJINGAN, LOE GAK BAKALAN GUE LEPASIN. LOE HARUS TANGGUNG JAWAB!"

Lidya yang melihat sahabatnya itu pun segera menghampiri andin "din jangan disini loe bikin pelanggan kita jadi gak nyaman,sebaiknya kita keruangan loe ayo!" Lidya menarik andin menuju ruangan andin yang diikuti oleh panji dan andrew.

"Ada masalah apa sih loe sama mereka?" Tanya lidya setelah mereka sampai di ruangan andin.

"Urusan gue sama nih cowok brengsek yang udah bikin kakak gue meninggal" andin menunjuk wajah panji dengan telunjuknya dengan tatapan penuh amarahnya.

"Gue bisa jelasin semuanya din,please kasih gue waktu buat jelasin semuanya" panji berjalan kearah andin dengan wajah memohon.

"Gak ada yang perlu dijelaskan semuanya udah jelas kalau loe itu  pembunuh kakak gue" ucap andin sarkas, lidya yang sudah mengenal tabiat Andin yang keras kepala pun menengahi pembicaraan Andin dan panji.

"Andin loe gak boleh keras kepala kaya gitu, lagian apa salahnya sih loe dengerin dulu penjelasan dia. Loe gak boleh egois din kasih dia waktu buat ngejelasin setelah itu terserah loe mau nganggap dia bohong atau enggak. Gue dan temen cowok ini keluar dulu kalian selesaikan semua permasalahan kalian oke" lidya dan andrew pun keluar meninggalkan andin dan panji berdua.

"Din gue mohon sama loe untuk dengerin semua penjelasan gue ini" ucap panji dengan lembut kepada andin. Andin hanya diam tanpa menjawab ucapan panji.

"Waktu itu gue lagi nungguin sabrina dirumah gue buat periksa kandungan karena dia bilang gak mau dijemput dia mau kerumah gue, saat gue lagi nunggu... silvi datang kerumah gue katanya sih ada hal penting yang harus dia bahas sama gue masalah tugas kuliah. Tetapi gue terkejut sama ulah dia yang mendadak cium bibir gue, gue gak tau kalau pada saat kejadian itu sabrina liat gue dicium silvi serius ini cuman salah paham" andin hanya diam seribu bahasa mendengar penjelasan panji.

"Silvi suka sama gue,dia pengen gue sama sabrina putus. Makanya dia lakuin semua itu. Gue udah jelasin semua ini sama orang tua sabrina bahkan gue bawa silvi pada saat itu biar dia yang jelasin semuanya bahkan silvi merasa bersalah akan tingkahnya itu, dan orang tua sabrina pun ngerti bahwa semua ini cuman salah paham dan merelakan semua kejadian ini. Gue mau tanggung jawab sama anak gue yang dikandung sabrina,bahkan kami berdua udah rencanain pernikahan kami mau direstui atau pun tidak kami akan tetap menikah. Gue sangat mencintai sabrina bahkan sampai sekarang pun gue gak bisa lupain dia din. Hati gue masih buat dia." Air mata panji perlahan mengalir dengan deras, panji menangis dalam diam. Perlahan dia menarik nafasnya untuk menenangkan dirinya dan mulai melanjutkan kembali ucapannya.

"Bahkan selama tiga tahun ini gue mau ngelanjutin study gue di luar negri nurutin semua mau orang tua gue alasannya cuma satu biar gue bisa relain kepergian sabrina dan anak gue. Tapi ternyata enggak gue gak bisa buat relain kepergian mereka,hati gue terlalu sakit buat nerima semuanya" panji pun mulai terisak tidak bisa menahan semua tangisnya mengingat kepergian sabrina dan anaknya.

Andin yang melihat panji seperti itu hatinya mulai luluh,perlahan dia mendekati panji lalu memeluknya untuk menenangkan panji.

"Sorry gue udah salah paham sama loe, gue terlalu sayang sama kakak gue hingga bikin gue jadi manusia egois. Gue cuman mikirin perasaan gue tanpa memikirkan bagaimana perasaan loe. Maafin gue ya" ucap andin yang masih memeluk panji, panji terus menangis dipelukkan andin.

*****

"Makasih ya udah mau maafin gue" panji tersenyum manis kearah andin yang dibalas anggukkan dan senyum tipis oleh andin.

"Kalau gitu gue pulang dulu ya,bye..." Setelah melambaikan tangan kearah andin dan Lidya panji dan andrew pun mulai pergi menuju parkiran mobil, sebelum memasuki mobil panji sempat melirik sekilas terlebih dahulu kearah andin lalu masuk kedalam mobilnya barulah setelah itu pergi meninggalkan kafe andin.




You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 05, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Melodi kisah andin Where stories live. Discover now