[21] Hasil Ulangan

2.8K 586 46
                                    

10:14 AM

"Makan di sini aja, ya." Ujar gue pada sohib-sohib gue.

Kami abis beli bakso di kantin dan memutuskan makan di kelas, lebih tepatnya di tempat gue. Dahye duduk di bangku Sunwoo yang kebetulan penghuni aslinya lagi ke kantin. Seola dan Yerim narik sembarang bangku yang kosong mendekat ke meja gue.

"Wah, mantab nih." Gumam gue sambil mengaduk bakso yang dilumuri sambal di atasnya.

"Eh tapi, kok dompet lo bisa ilang, ya? Lo nggak nyoba lapor polisi gitu?" tanya Seola saat gue baru aja mau memasukkan bakso ke mulut.

"Seola, please. Gue belom juga nyuap. Jangan buat gue kehilangan selera makan, deh." Oceh gue.

"Tau nih. Ntar aja bahasnya." Timpal Dahye.

"Sunwoo dateng tuh," kata Yerim tiba-tiba. Mendengar itu, Dahye hendak berdiri tapi gue langsung tarik tangannya.

"Duduk aja elah. Gapapa," kata gue.

"Iya, duduk aja." Sahut Sunwoo yang udah berdiri di samping meja gue.

Cowok itu kemudian mengalihkan pandangan ke arah gue. "Yook, lo dipanggil Pak Jongsuk di kantor."

Yaelah. Ganggu orang pengen makan aja.

"Sekarang?" tanya gue ke Sunwoo, memastikan. Dia cuma ngangguk sebagai jawaban.

Sesampainya di ruang guru dan bertemu Pak Jongsuk, rasanya gue pengen berkata sekasar-kasarnya.

"Pak, bapak beneran nggak manggil saya?" tanya gue untuk yang kesekian kalinya dengan wajah linglung.

Pak Jongsuk menggeleng tanpa menoleh ke gue sedikitpun. Beliau sibuk membolak-balik lembaran kertas pada map yang ada di tangannya.

Sialan. Ini mah namanya gue dikerjain sama si dekil kurang kerjaan itu.

Bangkai kau, Sunwoo!

"Oh, iya. Mumpung kamu ada di sini, ini hasil ulangan harian kimia kelas kamu. Tolong dibagikan, ya." Kata Pak Jongsuk sambil memberikan setumpuk kertas ulangan.

Gara-gara Sunwoo nih gue jadi disuruh sama Pak Jongsuk.

Bangkai kuadrat kau, Sunwoo!

Akhirnya, gue keluar dari ruang guru. Di tengah jalan, gue masih merutuk dalem hati gara-gara ulah Sunwoo.

Gue memerhatikan setumpuk kertas ulangan di tangan gue dan menemukan kertas ulangan gue berada di paling atas.

Nggak usah ditanya berapa nilai gue. Yang jelas gue remed.

"Jiyoo!" sapa seseorang dengan nada yang bersahabat. Gue mendongak dan melihat Haknyeon berdiri di hadapan gue sekarang.

"Itu apaan?" tanyanya kepo sambil melirik tumpukan kertas di tangan gue.

"Ulangan kimia yang udah dinilai."

"Eh, coba liat dong. Nilai gue berapa? Mana? Punya gue mana?"

Gue terpaksa menghentikan langkah gue, karena tangan Haknyeon sekarang sibuk mencari-cari kertas ulangan punya dia tangan gue. Mulai deh rusuhnya.

"Monyet. Gue remed." Umpatnya setelah menarik selembar kertas ulangan.

"Eh, ini punya Sunwoo, bukan?" dia menarik selembar kertas yang lain.

Gue menoleh ke arahnya yang sekarang menampilkan raut wajah takjub.

"Wagelaseh. Mama Kim tuh ngidam apa, ya, pas hamil si dekil? Gue nggak pernah liat Sunwoo belajar, tapi nilainya selalu... Wah, gila gila!" Haknyeon ngoceh sendiri.

Gue melirik ke kertas yang lagi diselidik sama Haknyeon. Dan melihat angka 97 yang ditulis pake tinta merah di pojok kanan atasnya. Di sisi lain, gue lihat nama Sunwoo terpampang di sana.

Gila. Sunwoo kan waktu itu nyontek ke gue. Kok nilainya bisa jauh lebih bagus dari gue sih? Tau gitu gue ngga mau lagi ngasih contekan ke dia.

BANGKAI KUBIK KAU, SUNWOO!

Gue sampai di kelas dengan wajah geram. Gue menaruh setumpuk kertas di atas meja guru di depan kelas.

Setelah itu, barulah dengan langkah tegas gue nyamperin Sunwoo yang lagi kesenengan gara-gara Haknyeon nunjukin secarik kertas ulangannya. Di sebelahnya, Eric terus-terusan bertepuk tangan. Nggak ada Hwall di sana. Tadi gue liat Hwall baik-baik aja, tanpa luka. Tapi, di tengah pelajaran kedua dia izin ke toilet dan belum balik sampe sekarang.

"Sunwoo, keknya kita harus bicara." Kata gue dramatis. Ketiga cowok itu langsung noleh berbarengan, disusul oleh siulan Eric.

"Bicara apa, my lovely chairmate? Sini, sini. Kita bicarain baik-baik di sini." Katanya tengil sembari mengibaskan tangannya, mengisyaratkan gue untuk mendekat ke arahnya.

"CIAAAAAAA..." Eric dan Haknyeon bener-bener rame.

Melihat gue menghela napas berat, Sunwoo buru-buru bangkit dari meja Eric.

"What's wrong? What's wrong?" gue dan Sunwoo berjalan beberapa langkah menjauhi meja Eric.

"Nggak usah sok polos deh lo." Sunwoo malah ngakak setelah gue ngomong gitu.

"Pak Jongsuk makin ganteng kan hari ini?" tanya Sunwoo ngeledek.

"Eh, ayam kecap diasinin! Berani-beraninya, ya, lo ngerjain gue?!" bentak gue yang membuat beberapa siswa lain natap ke arah gue.

"Waduh waduh seyeeem," ledeknya lagi.

"Sialan. Gue sumpahin bibir lo nggak sembuh-sembuh!"

"Sumpahin gih. Gue malah seneng kalo disumpahin. Itu tandanya ada yang care sama gue sampe didoain kayak gitu, hahaha."

Gue mengambil napas dalam-dalam dan membuangnya secara kasar. "Dan gue nggak terima nilai kimia lo lebih tinggi dari gue."

"Iri nih ceritanya?" tanyanya.

"Apaan sih? Lo nggak tau diri, ya? Gue yang nyontekin lo pas ulangan, tapi kenapa nilai lo lebih gede?" gue mengepal kedua tangan gue.

"Kalem, kalem, jangan emosi." Sunwoo terkikik sejenak. "Ya, gimana, ya? Namanya juga udah takdir."

Gue injek sekenceng-sekencengnya sneakers hitam yang lagi dipake sama cowok yang barusan ngomong. Dia pun merintih kesakitan.

"Tai lo!" umpatnya. Dia natap gue nyalang.

Yerim tiba-tiba nyamperin gue dan menarik pundak gue, takut gue diapa-apain sama Sunwoo. "Jiyoo, udah, udah! Balik makan lagi, yuk. Bakso lo udah dingin tuh."

Akhirnya gue nurut sama Yerim dan balik ke tempat duduk gue. Gue juga ngeri kali kalo udah ngeliat Sunwoo berubah galak kayak gitu. Mata gue udah berair, nih.

tbc

Chairmate | SunwooWhere stories live. Discover now