the youngest's family tale

333 27 7
                                    

terkadang kita butuh jeda, ketika kita memutuskan untuk menunggu; terdiam dibalik asa yang meminta perhatian.

terkadang kita butuh ruang, ketika kita merasa dunia terlalu menekan; satu ruang yang membuat kita nyaman.

Keluarga...

Adalah apa yang kita butuhkan. Adalah tempat berkeluh-kesah, dan tempat bersandar.

Namun... Bagaimana jika satu-satunya tempat berpulang, justru sebaliknya menjadi bumerang?



















"Jungkook! Udah jam berapa ini?!!! Mau tidur sampe kapan sih? Bangun!!!" teriakan yang terus berulang menggema di bangunan tingkat dua komplek perumahan elit kota Seoul.

Yang diteriaki masih terlelap, sedangkan yang meneriaki sudah terlalu lelah.

Wanita paruh baya itu menghela napas kasar menghadapi tingkah anak bungsunya. Hanya bisa geleng kepala atas perangai malas pria kesayangannya itu.

Si anak sulung, yang kebetulan tengah menginap di rumah (karena setelah bertunangan dengan kekasihnya, dia tinggal bersama calon suaminya itu) hanya ikut geleng kepala lalu mengusap punggung mamanya menenangkan.

"Udah biarin aja ma. Mungkin Kookie semalem ngebut nugas." Yoongi, anak sulung di keluarga itu berbicara, berharap itu akan sedikit menenangkan mamanya.

Mereka sedang membuat kue, terlalu iseng karena tidak ada kerjaan, dan Yoongi juga sudah tingkat akhir, jadi dia lagi santai karena hanya tinggal merampungkan skripsi akhirnya.

Nah sedangkan adiknya, Jungkook baru masuk kuliah (sudah semester 2 sih) di universitas yang sama dengan Yoongi, tapi mereka sudah jarang bertemu karena jadwal Yoongi yang tak tentu, terlebih Yoongi sudah tidak tinggal di rumah.

Inginnya mama mereka, Seokjin, Jungkook juga membantu membuat kue. Tetapi anaknya yang satu itu masih sibuk bergelung dalam selimut. Sudah siang begini orang tua mana yang tidak kesal anaknya belum bangun? Membantu beberes juga tidak. Kerjaannya cuma kuliah (ini memang dia wajibkan), nongkrong sama temennya, terus kalau di rumah cuma main hape atau main game, dan hal itu benar-benar kadang membuat Seokjin kesal dibuatnya.

"Halah alibi ngerjain tugas adik kamu mah, Yoon. Paling main game di hapenya sampe lupa waktu. Sana bangunin adikmu. Udah jam 1 dan belum ada tanda-tanda bangun. Untung ini hari Minggu. Huft, gimana mau dapet jodoh kalo tiap hari begini."

Yoongi langsung melesat ke kamar adiknya karena kadang dia juga tidak sanggup mendengar omelan mamanya. Kadang omelannya ngena di hati, dan itu benar-benar membuat kuping panas. Jadi daripada Yoongi kena dampaknya juga, mending dia menginvasi kamar adiknya.

Saat Yoongi masuk, Jungkook masih pulas dengan selimut membungkus dirinya. Namja manis itu menggeleng kehabisan kata. Sudah siang begini, apa Jungkook ga sadar waktu?

Maka dari itu Yoongi memilih duduk di kursi putar meja belajar Jungkook, lalu mengambil pistol mainan yang ditata di dinding, yang dia ingat itu berisi air. Lalu dari tempatnya dia duduk, dia membidik muka Jungkook dan menyemprotkan air menggunakan pistol itu. Hal tersebut sukses membuat Jungkook kelabakan karena mengira atap kamarnya bocor.

"Anjir boc--fuck." niatnya panik langsung hilang saat dia bangkit tergesa, lalu tanpa sengaja mengarahkan pandangannya ke arah Yoongi dan dia sukses mengumpat. "The fuck, hyung. Iseng banget si lu ah."

"Bangun, kelinci bongsor. Udah jam 1, mama udah ngomel daritadi. Bantuin bikin kue."

"Ogah ah ngantuk."

A Journey to AtlantisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang