2. Dayang-Dayang Mas Aga

61.6K 2.1K 405
                                    

"Tolong jangan membuatku menjadi seorang pencandu senyuman itu, nanti jika sudah kecanduan, apakah kau ingin bertanggung jawab?"

Sanjak Teduh

-Sebisa mungkin aku selalu ada di saat tersulit dalam hidupmu selagi aku masih ada di bumi dan berjalan ke arahmu-

***

Di tengah kisah cintanya yang tak kunjung bahagia, setidaknya Teduh memiliki keluarga bahagia meski sudah terpecah belah menjadi dua. Meski sudah terpecah, mereka akan tetap saling ada satu sama lain walau hanya sebagian besar.

Teduh tinggal bersama Aminya di rumah yang baru setahun dibeli oleh Mas-nya yang pertama, Balbi Telaga Amzari. Kadang suka dipanggil Mas Aga oleh adek-adeknya, dan Balga atau Amri oleh teman-temannya. Mas Aga ini anak pertama dari tujuh bersaudara yang sudah dua tahun menjadi seorang penyanyi.

Selain punya suara yang indah lengkap dengan instrumen nya, Mas Aga juga memanfaatkan suaranya yang tinggi itu untuk membangunkan adek-adeknya dan sering mengusili mereka. Belum lagi bakat menirunya yang selalu diasah tiap hari di rumah.

"Luka yang suka melukai hati perempuan, bangun gak lo! Bangun Luka sayang bangun ayo bangun! Lanjutkan hidup, mulai berubah jangan melukai hati orang lain, tapi melukai hati sendiri, ayo Luka!"

Luka yang sedang tidur di sofa ruang keluarga mendecak kesal, mengambil bantal sofa di kakinya, melempar ke arah Mas Aga yang berhasil menghindar.

"Mas Aga jomblo enam tahun, bisa diem gak? Kalau nggak nanti gue buang bantal pulau iler lo!"

"Kayak lo berani pegang aja. Masuk kamar gue aja lo udah kebauan, padahal kamar gue wangi Shinta."

"Shinta lo bau."

Luka berjalan ke pintu kamarnya dan menutup rapat. Namun, Mas Aga justru memainkan simbal di depan pintu kamar Luka yang menimbulkan teriakan dari dalam, "MAS AGA!"

"Ini akibat lo ngatain Shinta gue bau, rasakan wahai dayang raksaksa!"

Luka keluar dari kamarnya, berlari masuk ke kamar sebelah, kamar Mas Aga tentunya. Mas Aga yang mencium bau-bau ketek Luka yang penuh dendam padanya, menaruh Simbal sembarangan. Mengejar Luka sebelum Luka benar-benar meraih bantal kesayangannya.

"Luka berhenti di tempat!"

"Sorry, Anda biduan bukan polisi!"

Luka meraih bantal dengan satu tangan, sedang satu tangan lainnya mencapit hidungnya. Berlari menghindari Mas Aga yang berteriak, "Luka jangan macem-macem sama Shinta gue! Jangan sakitin Shinta gue!"

Sedikit menggambarkan si Ludwig Luka, nama panggilan sebenarnya bukan Luka tapi Kaka, cuma karena orangnya yang suka ganti-ganti cewek, jadi Mas Aga memanggilnya Luka.

Luka masih SMA kelas akhir di sekolah seni. Luka juga punya kembaran yang nggak identik, namanya Masaki Lalu, panggilannya Kiki. Mereka anak Ami dan Ayah yang ke enam dan ke tujuh.

Fisik dan sifat si kembar sangat berbeda. Kaka tinggi dan tampan serta suka mempermainkan hati perempuan.

Sedangkan Kiki tinggi standar dan imut, belum lagi dia sangat bucin pada pacarnya yang pertama dan tak pernah putus selama tiga tahun ini.

Sanjak TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang