"Maafkan hyung menggangu ya, istirahat saja dulu disini. Sebentar lagi kita akan tampil." Derapan menjauh itu mencuri perhatian Jungkook juga, kenapa kau begitu baik?

Hatinya berdesir agak perih, belakangan ini terlalu banyak bentakan pada pria manis─huh, benci sekali mengakui itu. Hanya akan bertambah kadar kegilaannya yang belakangan coba ia atur, agar kewarasannya tak hancur lebur.

Tapi serius, kenapa ucapan dalam mulutnya seperti bumerang... Kenapa dia yang marah padahal frasa itu tertuju pada Jimin. Hampir saja Jungkook terlelap jika suara Namjoon yang antusiasme; Kerja, kerja, kerja, kita harus semangat kalau mau sukses! Secara gamblang menyentaknya dari tarikan mimpi.

Otomatis bertemu Jimin lagi, otomatis akan memiliki satu momentum mereka harus bersama lagi diatas panggung. Oke, oke. Ia jujur sedang muak.

Tapi Jungkook memutuskan untuk profesional disini.

.

"Kalian sudah bekerja keras, kawan."

Karisma Namjoon seperti siraman air ditengah siang bolong. Benar-benar aura kelemimpinan yang kuat dan dengan sederhana yang megah luar biasa itulah Jungkook memutuskan untuk bergabung, bersama BigHit, BTS dan keenam member yang memiliki warnanya sendiri. Dipertemukan lewat hujan badai perjuangan─mereka adalah pelangi. Meninggalkan segudang penawaran yang menjanjikan gemerlap begitu besar, ia memutuskan untuk berjuang walau harus menggelar tiker terlebih dahulu dipinggir jalan, istilahnya.

Tahun pertama dan kedua masih sulit, tidak mudah memang membuka diri pada orang baru, sekalipun mengingat kalau mereka akan bersama dalam jangka waktu yang kemungkinan besar lama. Kontrak agensi selama lima tahun, termasuk masa trainee yang tidak pernah terasa mudah. Tidak pernah tanpa air mata. Kalau bukan karna Namjoon, Jungkook berpikir untuk membuat channel youtube saja, kau bisa dengan instan dipuji sana-sini, tawaran manggung, dan mendapat sogokan uang agensi manapun. Namun Jeon Jungkook disini karna melepas itu semua, dan bernaung bersama keluarga baru yang terasa hangat. Menerimanya.

Dengan Jimin dari salah satu jajaran orang yang Jungkook sayang─mungkin dia ada diposisi pertama. Lelah datang, senyuman Jimin secerah pantai Busan saat musim panas. Tawanya bagai nyanyian burung yang tiap pagi mengetuk kaca. Perhatiannya seperti sang ibu─dalam bentuk membalas rindu.

Jungkook tidak perlu khawatir, rumah bersamanya.

Jimin membantu Jungkook menemukan dirinya sendiri.

Seperti yang rumah lakukan pada setiap penghuninya.

Dalam detik itu juga keran perasaan Jungkook macet, tidak bisa mengendalikan luapan sayangnya pada sang hyung satu kampung halaman. Hingga tenggelam dalam air rasa cinta yang buta, sesak. Ini bukanlah hal normal yang terasa manis. Cinta yang ia miliki─menyakitkan.

Akan terlalu banyak yang harus dikorbankan.

Gigi kelincinya meringis perih, sedikit lelah dengan jadwal mereka yang mulai banyak dan tubuh Jungkook ada dalam batasannya hari ini. Walau pertunjukan selesai dan penampilan mereka telah sempurna seratus persen, para member tetap kalang kabut melihat maknae mereka kelelahan. Hoseok berlari kebelakang stage karna posisi mereka masih disamping panggung, dibalik tirai hitam yang menjulanh tinggi─menutup kemungkinan para aRMy berteriak histeris karna khawatir. Seokjin bergegas mengambil air dan Namjoon terus melayangkan pertanyaan dimana yang sakit, apakah kita perlu kerumah sakit sebelum kembali ke dorm. Jimin baru usai mengambil handuk kecil dengan Taehyung yang lari padanya. Mulut besar alien itu terus saja berucap sampah, tidak penting bagi Jungkook namun karna kakak terdekatnya itu begitu tulus peduli─Jungkook menjawab dengan kekehan ringan.

I'm Not Your Uke!➖TaeGi + KookMin  [Hiatus]Where stories live. Discover now