4. Pria yang aku sukai

16 0 0
                                    


Aku memiliki beberapa pria yg aku sukai saat aku kelas 7. Memang dasar anak baru gede, liat ganteng dikit langsung suka.
Namanya tico, dia senior kelas 8. Ka tico anak basket, pakai kacamata, tinggi dan hitam manis. Aduh aku juga heran kenapa dia pas sekali dengan kriteria yg aku suka, aku suka senyumnya dengan lesung pipi nya yang manis sekali. Aku dekat dengan nya karna aku mengenal dekat ka riani, ka riani menobatkan aku jadi adiknya disekolah. Saat itu tico sepertinya sedang mendekati ka riani, sehingga aku juga mengenalnya. Selepas dari itu aku sering bertemunya di masjid sekolah saat sholat ashar. Kadang aku menunggu nya selesai sholat supaya bisa mengobrol. Aku jadi suka sekali dengannya karna dia menyenangkan, bercanda dengannya aku sangat suka. Bodohnya aku saking sukanya dengannya mau saja di manfaatkan untuk mencari bunga mawar. Aku pernah cerita dengan nya kalau di komplek rumah ku banyak yg menanam bunga mawar. Dia menyuruhku mencari mawar berwarna biru dan orange, yang benar saja bagaimana aku mencari warna mawar seperti itu, akhirnya aku memetik beberapa mawar dari rumah berbeda. Lebih tepatnya aku mencuri mawar tersebut. Ah dasar mau saja aku disuruh mencari mawar sampai mencurinya. Mawar yg aku curi 3 tangkai, supaya tidak layu aku masukan tangkainya di air mineral kemasan gelas, aku menjaganya sepanjang jalan supaya tidak tumpah airnya dan tidak jatuh mawarnya. Waktu itu aku naik bus, aku memilih duduk di depan samping supir supaya mawarnya aman tak tersenggol orang. Nadia naik bus yg sama, dia ketawa habis habisan melihat aku menuruti perinta tico, setelah aku ceritakan semuanya. Aku tidak tau apa yang supir bus pikirkan setelah menyimakk ceritaku, dia terlihat senyum senyum menatap jalanan. Akhirnya sampai di sekolah, aku dan nadia bertemu niken, niken bertanya tentang mawar yg aku bawa, nadia yg menjelaskan kali ini, niken tidak tertawa tapi bilang kok aku mau aja disuruh si tico, sampe nyuri segala. Dari jauh aku lihat tico berjalaan menghampiri ku sambil ketawa senang, karna apa yg dia minta ada di tangan ku. Mawar yg aku bawa berwarna pink, kuning dan merah. Dia sempat protes kenapa membawaawar yang seperti itu, hah aku mengeluh sudah bagus aku bawakann, nadia dan niken menatapnya sinis kesal mendengar ucapannya. Akhirnya aku berikan mawarnya, dia jalan sedikit berlari sepertinya buru buru, sambil berteriak bilang terimakasih. Tak lama aku lihat dia kembali dengan mawar berwarna orange, aku bingung dengan warna mawar nya yg berubah. Dia senyum senyum menghampiri seseorang di lapangan. Aku yg masih berdiri di tempat tadi di depan lorong kelas bersama nadia dan niken agak menunduk menonton adegan romantis itu. Di depan kami ada tanaman dengan pot yg cukup menutupi kami yang sedang kepo. Ternyata dia memberikan mawar curian ku itu ke pacarnya atau ke calon pacarnya aku tak paham. Sialan gerutu ku dalam hati. Setelah adegan romantis yg berakhir dengan senyum senyum di wajah 2 sejoli itu aku hanni dan niken pergi dari lorong menuju kelas kami masing masing. Hani menatap ku kasian. Wajah ku tidak bisa mennyembunyikan rasa kesal, sedih dan bodoh saat itu. Nadia menepuk nepuk bahu ku menenangkan. Sejak itu aku tau aku hanya di manfaatkan supaya dia tidak keluar uang untuk membeli mawar. Dasar ga modal suara niken mememecah lamunanku meflashback detik detik aku mencuri mawar mawar itu. Ah takan terjadi lagi hal seperti ini.

Tapi hari hari selanjutnya amaat manis saat semua siswa beehamburan keluar gerbang untuk pulang aku di panggil ka tico untuk diajak ke depan jalan rayaa bersama, waktu itu dia naik sepeda, karna rumahnya di sebrang jalan raya gang masuk sekolah ku. aku pulang bareng nadia, dan niken. Mereka tidak keberatan aku duluan, toh aku bakal nunggu mereka juga untuk naik bus bersama. Akhirnya aku naik sepeda ka tiko duduk miring di depan karna dia tak punya boncengan belakang, tapi itu indah sekali. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya, tak ingin turun, rasanya ingin di bonceng sampai rumah. Malu sebenarnya jadi tontonan anak anak lain yg sedang jalan kaki.
Serasa semua mata tertuju padaku, teman teman ka tico yg melihat pun menggodanya, meledeknya sambil berteriak. Ah semakin malu aku. Tapi ka tico menenangkan ku dengan tawanya. Ya Tuhan kenapa aku jadi aneh begini. Menghayal jadi pacarnya yg selalu diantar pulang dengan sepeda.
Tak hanya hari itu, hari berikutnya kalau ka tico papasan dengan ku aku pasti diajaknya naik sepeda. Kadang dia bawa sepeda motor, yah aku sih senang sajaa apapun yang dia kendarai, yg penting aku di boncengnya.
Pergantian semester pun tiba, kelasnya rolling jadi pagi. Ahh aku jadi tak diboncengnya lagi. Aku sedih sekali. Saking tak bisa membendung nya aku menangis. Merasa kehilangan sosoknya. Kenapa harus ada rolling kelas sih keluh ku. Nadia hanya bisa menenangkan dengan ucapan sabaar, kan masih bisa ketemu, kan masih satu sekolah katanya. Tapi ya benar juga, masih satu sekolah masih bisa ketemu. Lagipula aku suka piket osis pagi hari, untuk meminta sumbangan masjid ke kelas kelas, masih bisa liat dia dikelasnya. Masih bisa ketemu di kantin saat dia istirahat, atau papasan saat dia pulang sekolah aku berangkat sekolah di koperasi. Baiklah aku akhirnya ikhlaskan cinta pertama ku semenjak tangisan itu aku menyadari, aku merasa kehilangan sosok nya. Iya dia cinta pertama ku yg bisa membuat aku menangis karna kehilangan dia yg padahal masih ada di dunia, masih satu sekolah pula. Lebay kalau sekarang ku ingat ingat haha*

Pria yang ku sukai ke 2 adalah senior ku yg satu komplek dengan ku. Aku sampai menguntitnya. Aku moveon dengan cepat. Ketika cinta pertama ku masuk pagi, aku mendapatkan penggantinya korban rolling kelas. Aku bilang sama bela aku suka kakak kelas yg sekelas dengan kak rama, senior yg dia suka juga. Terus bela jd senang merasa punya teman seperjuangan. Ya ampun emang dasar anak kecil baru gede yg masih awam soal cinta cintaan. Selanjutnya aku mencari tau namanya, rumahnya, sampai saat aku menguntitnya bersama tika. Aku geli sekali jadinya, waktu mengendap ngendap, saat dia nengok kearah kami, tak ada tempat sembunyi kami salah tingkah nengok nengok ke arah lain pura pura tak melihatnya. Yaampun penguntit abal abal. Akhirnya aku tahu nama jalan rumahnya, tapi belum tau rumahnya yg mana karena kami ketinggalan. Jalan rumahnya tak jauh dari rumah teman ku rosi. Jadilah aku mampir kerumah teman ku itu. Lalu alu ceritakan kalau ada senior ku yg tinggal dekat dengannya, anak pindahan di sekolah ku. Dia ternyata mengenalnya, maksudnya dia tau kalau ada tetangganya yg baru pindah. Ayahnya angkatan udara. Pindah dinas sebelumnya di tanggerang. Waow tak salah aku menguntitnya. Aku jd tau banyak dari rosi. Keberuntungan ku yg kesekian kalinya. Ahahaha*

Hari demi hari berjalan cepat, sampailah aku di kelas 8. Aku masih asik masuk siang, sedangkan teman ku seperti nadia, aluna, rindi, dan lainnya masuk pagi. Aku tika dan niken masuk siang.
Dia senior yg ku suka kelas 9 dan dia masuk pagi. Ah sialnya aku kebagian kelas siang, jadilah tak bisa berjumpa dengan kakak tampan. Tapi aku tak kehabisan akal. Hampir setiap hari aku datang pagi untuk piket osis, sampai senior ku menyanjung kerajinan ku ini. Padahal aku ada maksud tertentu. Hahaha*

Baiklah setelah aku mengelilingi kelas kelas sampailah aku di kelasnya. Dia dengan rambut ikal, kulit putih, badan tinggi nan tegap membuat aku salah fokus saat berdiri di depan kelas untuk minta sumbangan masjid. Saat menuju kursi tempatnya duduk jantungku berdegup kencang, aku harus mengontrol kegugupan ini. Jangan sampai salah langkah, apa lagi kesandung. Dia selalu memberikan sumbangan nya, dan itu kesempatan mata kami bertatap. Alahmak tak kuat lagi kaki ini melangkah menjauh. Inginnya terus berdiri menatapnya. Setelah keluar dari kelasnya aku selalu menghembuskan nafas lega, lalu senyum senyum mengingat tatapannya. Saatnya menghitung hasil uang sumbangan di koperasi sekolah, dan menunggu nya istirahat dan jajan disana. Itulah ritual ku hampir setiap hari. Hahaha* ya tuhan indahnya ciptaan mu.

Entah aku mendapatkannya dari mana tapi amat tak karuan perasaan ku ketika rangkaian nomor dan namanya berada di kertas yang ku tatap dari tadi, -sambil berjalan dari depan komplek menuju warung langganan ku, tika dan kiki- Bagaimana ini, apa aku harus menyimpan, atau langsung ku sms, mungkin ku telpon? Aku bingung, tika hanya ketawa melihat tampang bingung ku. Ku buka kertas itu lalu ku lipat ku masukan ke saku, ku ambil lagi, ku buka lagi, ku lipat lagi, lalu masuk lagi itu kertas ke saku ku. Terus saja sampai berkali kali. Tika akhirnya menghadang tangan ku yg akan mengantongi kertas itu lagi. Lama lama dia kesal juga dengan tingkah bingung nan bodoh ku. Akhirnya dia ambil kertas itu, lalu meminjam hp ku, dan menekan tombolnya, nafas ku tertahan sesaat, "nih udah gue save, namanya pangeran kribo" aku menghembuskan nafas lega, dia tidak mengirim sms hanya menyimpan nomornya. Aku nyengir nyengir melihat layar hp ku "pangeran kribo" sambil membayangkan tampang nya. Baiklah mungkin besok atau lusa aku berani untuk memulai menghubunginya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 24, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Putih Biru StoryWhere stories live. Discover now