14 (Seharusnya)

1K 43 23
                                    

Namanya sanggup membuatku beku untuk beberapa saat..

-----
Darel bergerak gelisah bersamaan dengan laju mobil yang memelan karena akan berhenti. Anggrei yang masih mngeluarkan setengah badannya di jendela tidak menyadari bahwa kakaknya sudah berkeringat dingin dan gugup.

Pikiran Darel semakin kacau dan dan kemana-mana.  Entah kenapa memikirkan sekarang dia berada ditempat, oh.  Didepan rumah cewek itu membuat Darel kembali merasakan gejolak itu lagi. Perasaan gelisah dan bimbang yang rasanya semakin tidak dapat di kontrol.
Menarik nafas sembari memejamkan mata Darel berusaha untuk tetap tenang. Toh, bukan Seira yang ada disana. Tapi kenyataan bahwa Anggrei berteman dengan adik cewek itu membuat Darel menghela nafas untuk kedua kalinya. Bukan tidak mungkin mereka akan bertemu, dan rasanya Darel tidak siap akan kemungkinan itu.

Sementara Anggrei dengan cepat membuka pintu mobil dan dengan semangat berlari kearah Seril yang sama antusias menyambut Anggrei.

"Hai bestie akohh!" sapa Grey dengan suara centilnya lalu mengibaskan rambutnya seolah itu membuatnya tampak keren, alhasil terlihat lebay. Dasar bocah

"Hai grey! Sini-sini," ujar Seril dengan suara melengkingnya yang khas dan gerakan tangannya yang melambai memanggil anggrei.

"Tadi kayaknya gue lihat story Ig lo bareng kakak lo, kan? Coba panggilin gih ajak masuk dulu." ajak Seril ketika melihat bayangan seorang cowok dibalik kemudi.

Anggrei mendadak lupa akan keberadaan sang kakak. Terakhir dilihatnya Darel seperti orang yang baru mendapat vonis hukuman yang berat. Menepuk pelan dahinya, Anggrei memutar badan dan kembali berjalan kearah mobil Darel yang terparkir 2 meter dari keberadaan dua bocah itu.

"Kak!" panggil Anggrei ketika membuka handle pintu mobil dengan sedikit kasar. Tetapi meskipun panggilan yang lebih mirip pekikan keras itu mengudara, tidak bisa mengembalikan sosok yang dipanggil itu dari lamunan dan tatapan kosong didepan sana. Entah apa yang dipikirkan kakaknya itu.

Kening sang adik mengerut. Perlahan tangannya mengarah didepan sang kakak dan kemudian jari telunjuk Anggrei menoel pelan pipi sang kakak yang sepertinya belum menyadari kehadiran sang adik.

3 kali Anggrei menoel pipi sang kakak, ekspresi itu tidak berubah sedikitpun.

"GREYY CEPETAN DONG NANTI KAK SEIRA GAK NGASIH GUE PERGI!" dan mendengar teriakan dari Seril, barulah Darel tersadar dari lamunan panjangnya. 'mungkin gak tadi kak Darel kesambet penunggu disini?', batin Anggrei menatap Darel seram.

Sementara telinga Darel yang mendengar nama Seira disebutkan, seketika sadar dan langsung peka hanya dengan mendengar nama cewek itu.

Menoleh kesamping kiri, Darel tersentak kaget mendapati Anggrei yang memasang ekspresi wajah melongo serta tatapan mata melotot sedikit ketakutan.

"Shit! Ngapain lo melotot kayak kunti gitu?" ujar Darel bingung.

Tanpa menjawab pertanyaan sang kakak, Angrrei dengan cepat turun dan berlari memutari mobil dan dengan segera membuka pintu mobil sebelah kanan tempat dimana sang kakak berada. Tanpa menghiraukan tatapan bingung Darel, Anggrei menarik tangan Darel sekuat tenaga hingga menyeret sang kakak agar cepat berjalan menuju Seril yang saat ini menatap kedua kakak beradik ini dengan bingung.

"Nih kenalin kakak gue yang lo liat beberapa menit lalu di story Ig gue. Emang sih rada ganteng dikit tapi jangan sampe yah lo suka sama dia,  dia gak bisa move on dari seseorang. Kadang gue kesel,  kadang gue kasihan. Tapi banyakin kesel sih!" cerita Anggrei tanpa diminta.

Seril lantas tertawa cekikikan mendengar perkenalan Absurd sahabatnya ini. Bahkan nama Darel saja tidak Ia sebutkan. Eh, malah curhat.

"Yaudah, yuk masuk dulu. Gue mau pamitan," ujar Seril masih dengan cekikikan ketika berbalik masuk kedalam rumah.

"Kak ikut masuk dulu yuk!"

"Gak." jawab Darel cepat.

Anggrei tau kakaknya memang paling malas kalo diajak kemana-mana
, tapi melihat gerak-gerik mencurigakan dari sang kakak sejak mobil berhenti didepan gerbang tadi, membuat otak sedikit pintarnya kebingungan akan reaksi yang tidak seperti biasanya. Dan oleh karena itu Anggrei berucap, "Gue gak nanya, itu perintah!" dan kembali menarik tangan Darel. Kali ini dengan kedua tangannya.

-------------

DAREL

SIAL.

Dan untuk kesekian kalinya gue mengumpat dalam hati ketika punya adek macam Anggrei yang keras kepala. Gue memang belum cerita tentang Seira kepada Anggrei, dan buat apa juga gue cerita tentang Seira.  Dia siapa? Dan__Ngapain gue susah-susah cerita sama Anggrei untuk hal yang gak gue anggap penting?

Oke. Ini sedikit penting, tapi gak sepenting itu sampai gue bisa mengungkit nama Seira didepan Grey.  Cukup Dia.

Gue akhirnya pasrah mengikuti Anggrei yang saat ini semangat banget menyeret gue untuk masuk kedalam rumah ini. Jantung gue yang sedari tadi berdetak cepat, semakin cepat sampai rasanya gue pengen langsung cek ke rumah sakit terdekat, tangan yang semakin basah dan dingin. Tanda gue gak siap untuk kemungkinan terburuk di otak gue saat ini.

"Tangan lo kok keringet dingin sih kak? Lo gugup ketemu Seril apa gimana sih?" tanya Anggrei ketika diapun menyadari kegugupan gue, "Nih muka juga dari tadi kayaknya gelisah gitu, jangan bilang lo jatuh cinta pandangan pertama sama Seril?!"

Mendengar omongan ngelantur Anggrei membuat gue memasang wajah sangar tanda gak senang akan spekulasi bocah satu ini.

Gue gak menjawab dan memilih menenangkan suara deg deg-an yang rasanya semakin terdengar sampai ke telinga.

"Grey, gimana kalo gue nunggu kalian dimobil aja yah?" ujar gue dengan memelas.

Anggrei memincingkan matanya terlihat gak percaya dengan omongan dan wajah memelas gue. Adik gue emang gak bakal percaya.

Sedetik kemudian mulai terdengar langkah kaki seseorang. Oh, atau mungkin lebih dari satu orang, karena langkah kaki yang lainnya mulai terdengar lebih seperti sedang berlari menuju kearah gue dan Grey berada.

Gue gak siap dengan kemungkinan yang ada dalam otak gue. Tapi, ketika langkah kaki itu semakin mendekat seiring dengan atensi Grey yang teralihkan dengan siapapun yang ada didepan sana. Gue mengalihkan tatapan dimanapun asal gak didepan sana.

Karena untuk kesekian kalinya. Telinga gue langsung peka ketika mendengar suara yang memanggil nama seseorang dengan berucap, "Gue udah izin lewat telepon sama papa dan mama. Ka Seira jangan lebay deh! Tadi pagi juga sebelum berangkat aku udah izin sama mereka." dengan nada sebal.

Tetapi bukan kalimat protes itu yang menjadi fokus gue. Satu nama yang diucap oleh Seril sanggup membuat gue beku dan terpanah. Gue gak mendengar apapun lagi setelah itu, gak juga menghiraukan apapun percakapan Anggrei dan Seril. Karena akhirnya dengan perlahan dan penuh dengan perasaan abstrak yang gue rasakan saat ini, gue memutuskan untuk menatap sosok didepan sana yang membuat perasaan gue gak menentu.

Seira. Dengan wajah polos dan ekspresi yang gak bisa gue jabarkan, juga menatap gue dengan bungkam. Entah apa yang ada dalam pikirannya,  tapi gue gak harus bertanya-tanya apalagi mencari tahu apa yang dia pikirkan ketika melihat gue saat ini.

Tapi rasanya saat ini gue pengen kabur dan menghilang dari hadapan Seira. Gue benci situasi ini, gue gak mau gue menunjukkan diri gue dihadapan Seira disaat seharusnya gue memikirkan Dia yang memang gak seharusnya gue lupakan setiap gue dihadapkan oleh cewek ini.

Gue memilih memalingkan wajah. mengubah ekspresi dingin, seperti yang seharusnya gue tunjukkan didepan orang asing.

Termasuk orang didepan gue.

---------

Eh udah 2 tahun aja wkwk😂

Love You Cowok Dingin!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang