Bab 16

380K 16.5K 1.4K
                                    

Bian masih berdiri di depan pintu. Ragu untuk mengetuk kamar istrinya. Dia menarik napas panjang. Tangannya terulur, mengetuk pelan. "Tari ..., " panggilnya. Dia tahu Tari masih terjaga.

Tidak ada jawaban.

Bian mengetuk kembali. Sampai tiga kali belum ada jawaban.

"Tari, aku akan berdiri di sini sampai kamu keluar. Kalau kamu tidak keluar juga, aku akan .... "

Pintu tiba-tiba terbuka. Wajah Tari muncul menggunakan mukena. "Aku sedang salat. Orang salat tidak bisa berjalan membuka pintu atau menjawab salam," ucap Tari datar.

"Maaf," ucap Bian kikuk. "Aku tidak tahu kamu sedang salat."

"Lain kali aku memasang pengumuman di depan pintu."

Bian berdehem. "Makan, yuk. Aku membuat sesuatu," ajak Bian.

Mata Tari melebar. "Kamu masak?" tanyanya tidak percaya.

Bian mengangguk. "Iya, kenapa? Kamu pikir aku tidak bisa memasak?"

"Masak air?"

Bian mendecak kesal. "Kamu merendahkan kemampuan memasakku."

Tari tersenyum kecil. "Sebentar, aku ganti mukena dulu." Tari kembali masuk.

Bian masih berdiri di tempatnya. Dia mengintip sedikit dari pintu yang terbuka. Belum pernah dia masuk ke kamar istrinya. Hanya satu kali saat membantu Tari membereskan kamar saat Pakde datang. "Boleh aku masuk?" tanya Bian ragu.

"Eh, boleh, masuk saja," jawab Tari dari dalam.

Bian membuka pintu lebar dan masuk. Kamar istrinya masih sama seperti yang dulu. Hampir tidak ada perubahan. Dia melihat banyak barang dan buku di meja kerja. Seharusnya Tari membeli rak buku. "Kamu perlu rak buku," ucap Bian.

"Rak buku?" tanya Tari seraya merapikan mukena dan sajadahnya.

"Iya," ucap Bian seraya duduk di meja kerja. "Mejamu berantakan. Bagaimana kamu bisa bekerja dengan kondisi seperti ini?"

"Mejaku baik-baik saja," ucap Tari seraya meletakkan perlengkapan salat di ujung tempat tidur. "Ayo."

Bian menatap Tari seraya mengulurkan satu tangannya. "Help," ucapnya seraya tersenyum kecil.

Tari memutar bola matanya. Huh, dasar manja, rutuknya dalam hati. Dia mendekati Bian dan menarik tangan suaminya untuk berdiri.

Bukannya berdiri, Bian malah menarik tangan Tari. Membuat istrinya terdorong ke depan dan jatuh di pangkuannya. Tari refleks memeluk bahunya dan terpekik. Dia tertawa pelan.

"Mas Bian!" seru Tari seraya memukul pundak suaminya keras. Dia segera beranjak berdiri dan menatap suaminya kesal.

"Maaf," ucap Bian cengar-cengir. Dia kembali mengulurkan tangan dan menatap istrinya dengan wajah memelas. "Please .... "

Tari merengut. Dia menarik napas pendek kemudian membantu suaminya kembali. Awas saja kalau bercanda lagi, batinnya.

Kali ini Bian berdiri dan menggandeng istrinya ke meja makan. Sebenarnya dia tidak bisa memasak sesuatu yang rumit. Hanya yang sederhana seperti ....

"Mie rebus instan?" tanya Tari ketika melihat apa yang dimasak suaminya di meja makan.

"Mie rebus spesial ala Bian," ucapnya sombong.

Wedding Agreement ( WEB SERIES tayang di Disney Hotstar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang