36 : seriously,im sorry

Mulai dari awal
                                    

Ini kedua kalinya, Nana takut terhadap tatapan Guanlin, setelah yang pertama adalah saat ia melihat Nana dengan Baejin. Sungguh, Nana merasa bersalah.

"Maaf nggak bilang ini sebelumnya."
Nana menunduk.

"Eh ngapain malah nunduk gitu, temuin gih orang didatengin temen lama juga."
Seru Guanlin yang membuat Nana menatap nya dengan kerutan di dahi, apa Guanlin tidak marah padanya setelah ia menyembunyikan hubungan antara dia dengan Renjun dulu, pikir Nana. 

"Yuk, kedepan." Nana menarik lembut tangan Guanlin, sedangkan dilain sisi, Guanlin hanya tersenyum tanpa makna.

"Renjun, sorry lama." Nana terkekeh.
Lalu ia duduk dihadapan Renjun, dan Guanlin di sampingnya.

"Ah, nggak apa-apa, lagian cuma pengen maen aja kok." Ucap Renjun dengan ekor matanya sesekali melirik Guanlin dengan tatapan bingung.

Nana yang baru menyadari itu, langsung tersenyum.
"Ah, kenalin ini Guanlin, pacar gue.."
Ujar Nana pelan sekali.

Dan, ya seketika ekspresi Renjun berubah dan hatinya bergejolak.

"Guanlin, kenalin ini Renjun temen lama gue." Sambung Nana.

"Tadi, udah kenalan, kok." Guanlin terkekeh sebagai reaksi atas ucapannya, bermaksud untuk memecah ke canggungan diantara mereka bertiga.

"Ooh gitu.."

Terlihat ada sebuah kecanggungan diantara mereka bertiga, dengan segera Guanlin mengambil ponselnya sebelum ia berujar.

"Gue pulang duluan, ya. Disuruh Bunda balik." Ucap Guanlin seraya menatap Renjun, kemudian beralih pada Nana.

"Huh, yaudah, aku anterin.."

"Nggak usah, aku bisa sendiri, lagian ini buru-buru banget." Potong Guanlin cepat.

Dengan segera Guanlin pergi dari situ dengan senyuman yang sulit diartikan.
Sebenarnya, itu hanyalah akal-akalan Guanlin saja agar suasana tidak menjadi awkward. Dan ia membiarkan Nana sementara agar dapat menjelaskan semuanya nanti.

Kini beralih pada Renjun yang menatap Nana dengan nanar.
Rasanya, ia tak akan menduga jika akhirnya seperti ini, pikir Renjun.

"Nana? Itu..beneran pacar kamu?"
Kini Renjun berbicara dengan lembut.

"I-iya.."

"Terus, aku gimana?" Tanya Renjun dengan tatapan penuh luka, Nana belum Pernah melihat mata Renjun yang seperti ini, sorot matanya yang selalu ia lihat seakan penuh semangat dan begitu hidup.

Rasanya aneh, mendengar Renjun berbicara seperti itu, seakan Nana dan Renjun menjalin sebuah hubungan dibelakang Guanlin. Padahal tidak, mereka hanya mengalami masa pemulihan setelah lama tak bertemu, meski kini perasaan Nana pada Renjun bsrbeda, perasaan sayang pada sahabat, hanya itu, tidak lebih, tidak kurang.

"Itu.. terserah kamu, aku nggak pernah maksa buat kita deket lagi kayak dulu. Tapi kamu yang memulai lagi, di satu sisi, aku memang suka kamu ada disini, tapi di satu sisi yang lain, aku nggak bisa berpaling dari Guanlin." Ucapnya to the poin.

"Aku tahu... seharusnya, dulu aku nggak pergi, aku.... terlalu pesimis buat Nerima kenyataan kalo kamu dulu nggak Nerima aku, padahal sebenarnya, perasaan kita sama." Gumam Renjun dengan tatapan kosong didepan.

"Kalo aja, kamu berani kayak gini dari jauh hari... mungkin hubungan kita udah lebih," tanpa sadar, setiap kata yang Nana ucapkan membuat pelupuk matanya berair.

Apa yang Nana ucapkan memang benar, jika saja Renjun bersikap seperti itu dari jauh sebelum mereka berpisah, mungkin hubungan mereka akan lebih. Tapi, itu bukan berarti Nana menyesali hubungan nya dengan Guanlin, ia sangat amat bahagia menjalani hampir satu tahun terakhir bersama lelaki itu.

Always Lin [Lai Guanlin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang