Intro: Keana Park

17.1K 2K 214
                                    

NOTE:

🚫🚫 GAK ADA YANG BOLEH BAWA CERITA INI KELUAR DARI PLATFORM WP!🚫🚫

🚫🚫GAK BOLEH! POKOKNYA MAU DIJADIIN DRAMA ROLEPLAYER, AU, TUGAS SEKOLAH, ATAU APA AJA, DILARANG DENGAN SANGAT KERAS MEMBAWANYA KELUAR DARI PLATFORM INI! HAL INI TERMASUK DALAM PLAGIARISME. AKU GAK PEDULI KALIAN MAU NAMBAHIN CREDIT ATAU GAK, TETAP TIDAK BOLEH!!!!🚫🚫

*****

Suasana langit di siang hari ini perlahan-lahan berubah menjadi gelap. Awan hitam telah menggulung-gulung menghiasi atas sana, yang semula tadinya cerah, kini mulai menjatuhkan satu persatu rintik hujan untuk segera membahasi bumi di bawahnya.

Gadis kecil itu berlari dengan cepat, sambil berusaha melindungi dirinya dari air hujan yang semakin jatuh dengan deras. Tak ada tempat pemberhentian di sekitarnya. Alhasil seluruh tubuhnya mulai basah akibat derasnya hujan saat ini.

Dari atas sana suara petir mengejutinya sambil mengeluarkan kilat lalu disusul suara kerasnya. Kabut yang perlahan menutupi jalanan membuat dia harus berlari dengan cepat di bawah guyuran hujan. Beberapa kali dia terjatuh akibat jalanan aspal yang licin itu, membuat lututnya nyeri, bahkan lecet hingga mengeluarkan beberapa tetes darah.

Hingga tibalah ia saat ini, di depan rumahnya yang memakan jarak  jauh dari tempatnya bersekolah. Dia harus mengeringkan bajunya terlebih dahulu sebelum ibunya melihatnya.

Inilah resiko tinggal di desa. Jarak rumah dan sekolah yang jauh membuat dia jarang mendapatkan layanan antar jemput. Kecuali, jika di hari pembagian rapot, ibunya akan datang menjemputnya ke sekolah.

Memasuki ke dalam rumahnya, dia sama sekali tak disambut siapapun di dalamnya. Ini sudah menjadi hal biasa. Rumahnya tampak gelap karena cuaca di luar sana juga menggelap.

"Ibu aku pulang!" pekiknya. Tak ada yang menjawab.

Tak apa, mungkin ibunya sedang tidur siang sekarang. Dia harus berganti baju secepatnya sebelum ia kedinginan dan ibu akan melihatnya. Setelah selesai mengganti baju, Dia lekas pergi ke ruang makan di lantai bawah dan tiba-tiba kakinya mendadak terasa nyeri.

"Aaww....," rintihnya. Dia baru teringat, jika lututnya terasa begitu nyeri akibat terjatuh di jalanan tadi. Lantas ia segera berbalik menuju kamar ibunya, berniat untuk mengambil kotak obat di sana.

Saat ditemui di dalam kamarnya, ibu sedang tertidur dengan posisi membelakanginya.

"Ibu—"

BRAK!!

Suara lainnya menghancurkan hening di dalam ruangan itu. Itu berasal dari pintu atas yang terhempas akibat angin hujan. Ibu lupa menutup pintunya sebelum hujan tadi. Tanpa tunggu lama, dia segera berlari menaiki tangga atas dan benar saja air hujan telah membasahi setiap anak tangga di sana.

Dia berpikir, bagaimana bisa ibu lupa menutup pintu atas. Biasanya ibu ke lantai atas untuk menjemur pakaian dan saat dia lihat ibu lupa mengangkat semua jemurannya hari ini.

"Ya! jemurannya!" Ia panik. Semua jemurannya basah akibat derasnya air hujan.

Mau tak mau dia harus berbasah-basahan lagi untuk mengambil jemurannya yang lupa diangkat tersebut. Ditambah angin hujan yang semakin kencang berhembus ke arahnya membuat dia semakin ketakutan. Tubuh kecilnya kesulitan mengangkat jemuran basah yang semakin berat itu.

Setelah selesai mengangkat semua jemurannya, dia lantas segera menutup pintu atas tersebut dan menghampiri ibu di kamarnya. Ia hendak melayangkan protes terhadap ibunya yang ceroboh karena sudah lupa mengangkat jemurannya.

fix you Where stories live. Discover now