49. DG!

15.8K 641 19
                                    

Ares menarik Brian masuk ke dalam Le Ciel dan langsung menuju ke ruangan Dario. Mereka berdua melewati beberapa pegawai Dario dan hal itu membuat mereka terkejut. Brian terhenti saat Ares menghentikan langkahnya di dalam lift, beberapa pegawai Dario melirik ke arah Brian dan hal itu membuat Brian sedikit menundukkan kepalanya terlebih saat Gael ikut masuk dalam lift itu di lantai tujuh

 Brian terhenti saat Ares menghentikan langkahnya di dalam lift, beberapa pegawai Dario melirik ke arah Brian dan hal itu membuat Brian sedikit menundukkan kepalanya terlebih saat Gael ikut masuk dalam lift itu di lantai tujuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian menarik hoodienya menutupi wajahnya meski Gael sudah melihatnya sebenarnya. Mereka tiba di lantai sepuluh dan Ares menarik Brian memasuki ruangan Dario

'I'm gonna die' batin Brian

Pintu itu terbuka dan Ares menariknya masuk. Kosong. Brian mengerjapkan matanya daat melihat kursi kebesaran ayahnya kosong. Suara perempuan menyambutnya

"Hubby? Kamu bawa siapa itu?" tanya perempuan itu yang Brian tahu itu adalah neneknya

"Orang yang menolong kita tempo hari"

Kanaya langsung tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Brian. Dia bahkan menjabat tangan Brian

"Astaga! Keningmu memar,  nak. Biar aku ambilkan ice bag untukmu" ujar Kanaya dan dia berlalu

"Honey" panggilan Ares itu membuat Kanaya berhenti dan berbalik

" Ada apa?"

"Alex dimana?"

"Mengurus keributan di bawah sebentar"

Ares mengangguk dan Kanaya segera beranjak. Dia meninggalkan Brian dan Ares. Brian menghela lega saat tahu ayahnya tidak ada di ruangan itu

"Siapa namamu?" tanya Ares

"Ian" ujar Brian singkat

" Trima kasih sudah menolongku"

"Hn. Bukan masalah Mr."

Brian mendengar pintu di belakangnya terbuka. Brian mengira neneknya sudah kembali

"Dad" suara berat itu membuat Brian menutup matanya sejenak

Ayahnya. Dario ada di ruangan itu. Brian merasa ingin melompat dari gedung itu saja! Brian bisa mendengar langkah kaki ayahnya mendekat

"Siapa dia?" tanya Dario

'Putramu Dad' batin Brian

"Orang yang menolong ibumu dan aku tempo hari"

Jawaban itu membuat kedua orang disana terkaku. Mereka berdua menelan ludah mereka dengan perlahan. Ares langsung membalik badan Brian dan menarik hoodie anak itu

"See? Mirip kan denganmu?" ujae Ares

Dario melirik Brian dengan ekor matanya. Brian hanya bisa diam tanpa berkata apapun

"Oh! Kalau kamu masih ingat Lex, kamu bilang Dad bisa bertanya padanya kan?"

Ares menoleh ke arah Brian dan tersenyum tipis. Senyuman khas keturunan Dimitry

"Siapa ayahmu Ian?"

Pertanyaan itu bagaikan petir yang menyambar Dario dan Brian. Brian tidak menjawab dia diam di tempatnya dengan kepala sedikit dia miringkan

"Maksud anda Mr?" tanya Brian

"Siapa ayahmu? Aku ingin berterima kasih padanya"

Keheningan mengisi ruangan itu. Selama beberapa menit Brian terdiam mencari jawaban yang tepat. Hingga mebit kelima berlalu masih tidak ada jawaban.Akhirnya, Dario sudah menyiapkan dirinya untuk memberitahu ayahnya siapa Brian. Dia sudah membuka mulutnya tapi, Brian lebih dulu tersenyum miring dengan tatapan yang menurut Dario mengandung kekecewaan

"Ayah saya tidak tinggal di Andlesia Mr., ayah saya ada di negara lain" jawab Brian

"Benarkah? Jadi, ayahmu berada di luar negeri? Bukan disini?"

"Iya Mr. maaf kalau tidak ada urusan lain, saya masih ada urusan. Saya permisi"

Brian berjalan menjauh dan ucapan Ares membuat langkah kakinya terhenti

"Kau yakin ayahmu bukan dia?"

Dario terkejut dengan pertanyaan ayahnya. Brian hampir menangis, dia mengarahkan pandangannya ke atas sejenak, sebelum berbalik dengan senyuman sinis di bibirnya

"Siapa maksud Mr? Mr. Alexander? Beliau hanya seorang pebisnis yang merajai dunia hiburan malam di setengah dunia. Beliau tidak mungkin menjadi ayah saya. Saya permisi"

Brian membuka pintu ruangan itu dan melangkah keluar. Meninggalkan Dario yang merasa tertohok oleh ucapan putranya sendiri. Hatinya mencelos melihat mata anaknya yang memerah menahan airmata-nya, juga senyum sinis penuh kekecewaan di bibir Brian. Brian berjalan melewati Gael. Tangannya menghapus kasar setitik airmatanya

"Ah! Kenapa cepat sekali pergi? Aku baru saja membawakanmu ice bag" ujar Kanaya saat mereka berpapasan

Brian tersenyum kecil

"Saya masih ada urusan. Biar ice bag-nya saya bawa saja. Trima kasih madam"

Brian mengambil ice bag itu dan melangkah memasuki lift. Dia turun di lantai empat dan memilih turun dengan tangga darurat yang terhubung ke pintu belakang. Brian mengganti jaketnya dan segera keluar dari Le Ciel. Berbaur di keramaian, mencari targetnya yang juga baru keluar dari Le Ciel bersama seorang wanita penghibur menuju ke hotel yang berjarak tiga gedung di belakang Brian. Brian tersenyum saat targetnya mendekat

"Arrrghhh"

Bruggh

"Kyaaaaa!!! Tolong!!!"

Brian tersenyum dia menjauh sejauh mungkin. Melewati gang-gang kecil dan membuka jaket serta sarung tangannya. Brian membuang jaketnya di tempat sampah terdekta. Tentu saja dia sudah mematikan sejenak seluruh cctv disekitarnya

Brian masuk ke mobilnya. Dia memasukan sarung tangan dan pisau miliknya ke dalam kantung plastik hitam. Brian membuka laptopnya dan mengirimkan e-mail

From: DG

Mission complete. Send the payment to under Castle bridge

[KDS #2] Xander's 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang