SPARK

16 0 0
                                    

Serigala itu menatapku dan aku langsung tahu bahwa dia bukan hewan biasa. Bukan karena ukuran tubuhnya yang sebesar kerbau. Bukan pula karena bulu seputih saljunya yang tampak bersinar di bawah sinar bulan. Namun karena mata emasnya yang mengawasiku dipenuhi kecerdasan dan spekulasi.

"Selamat malam, Putri kecil."

Sebuah sapaan mengalun lembut di keheningan malam. Untuk sesaat, aku mencari-cari asal suara itu. Sampai kulihat gerakan halus moncong serigala yang masih duduk dengan tenang di hadapanku.

"Beast?" cetusku tanpa dapat ditahan.

"Benar sekali." Kali ini terdengar tawa penuh rasa terhibur dalam suaranya.

Tubuhku langsung menegang. Serigala ini adalah salah satu dari sedikit hewan yang terlahir dengan kemampuan menggunakan kekuatan Elemen dan memiliki akal pikiran setara manusia.

Aku pernah mendengar dari para prajurit yang bergosip di sela-sela latihan tentang seekor Beast serigala berbulu seputih salju. Namun bulu putihnya hampir selalu diselimuti darah sehingga orang-orang memanggilnya Scarlet, merah yang sangat pekat.

Tak seorangpun tahu dari mana Scarlet berasal. Dia muncul tiba-tiba lebih dari seabad lalu di negara ini. Dia memperlakukan negara ini seperti taman bermain pribadinya. Setiap beberapa waktu, dia akan mengacau untuk menciptakan pertempuran.

Orang-orang mengatakan, Scarlet hidup hanya untuk menghancurkan, hanya untuk peperangan. Di negara yang memuja api dan dikuasai oleh emosi ini, dia dapat memuaskan dirinya dengan konflik melawan pasukan militer.

Apa yang diinginkan Beast ini sampai menculikku dari Istana berpenjagaan ketat?

Harus kuakui juga kalau dia melakukannya dengan sangat baik. Entah bagaimana caranya, dia berhasil membawaku ke reruntuhan ini. Aku bahkan tidak terbangun dari tidurku. Padahal selelah apapun aku sehabis latihan, biasanya tidak ada seorangpun dapat mendekat tanpa membangunkanku.

"Kau menginginkan pertempuran besar. Jadi kau menculikku untuk menarik perhatian prajurit militer." Aku mengambil kesimpulan dengan cepat.

"Kau sangat cerdas untuk anak yang baru berusia empat belas tahun." Scarlet bangkit dari duduknya dan mendekat. "Benar. Aku bosan dengan pertempuran kecil-kecilan yang semakin jarang terjadi. Sudah saatnya untuk menaikkan skala permainan."

Instingku berteriak untuk menjauhi Scarlet. Namun kebanggaanku sebagai seorang Putri, tidak mengijinkan gerakan yang menunjukkan kelemahanku. Aku menegakkan tubuh dan mengawasi gerakan Scarlet dengan waspada.

"Kau juga pemberani..." Scarlet menghentikan langkahnya dan mengamatiku.

Tiba-tiba kurasakan hawa dingin merambati tubuhku diikuti tarikan-tarikan halus dalam pikiranku. Di hadapanku, bulu putih Scarlet perlahan merona merah.

Aku mengedipkan mata, tidak percaya. Saat aku membuka mata, bulu Scarlet tampak putih seperti sebelumnya.

Ilusi?

Apakah karena cerita tentang bulu putih Scarlet yang selalu berselimut darah dalam pertempuran, aku jadi membayangkan rona merah tadi?

"Tapi, aku tidak menyangka harus mencarimu ke dalam barak pelatihan prajurit," Scarlet bergumam, menyentakkanku kembali ke kenyataan."Apa yang dilakukan seorang Putri di tempat sekotor itu?"

Aku membuang muka dan menukas ketus. "Bukan urusanmu."

"Dan aku penasaran." Tanpa memperdulikan kekasaranku, Scarlet kembali bergumam. "Bagaimana tubuhmu bisa penuh luka-luka dan memar seakan kau habis berkelahi habis-habisan?"

KUMPULAN CERPEN SFWTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon