Pulang part 1

828 5 5
                                    

"Kak, pengen pulang," rengek Mita pada kakaknya. Gadis kecil itu mengayunkan tangan Deva beberapa kali.

Deva bersimpuh merendahkan badannya agar bisa leluasa menatap wajah sang adik. "Katanya mau liburan di Bandung?" Deva menyelipkan rambut Mita ke belakang telinga kemudian mengusap pipinya. "Kita kan baru sampai seminggu yang lalu."

Mita menunduk. Entah apa yang membuat gadis kecil itu meminta pulang.

"Jangan sedih gitu dong, nanti puasanya batal." Deva memeluk Mita dan mengusap rambutnya dengan lembut. "Gimana kalau nanti sore kita jalan- jalan?"

Mendengar itu, Mita menjadi bersemangat dan langsung melepas pelukannya. "Horeeeee!!!"

Matahari mulai meredup, sesuai janjinya, Deva mengajak sang adik berkeliling kota Bandung atau lebih tepatnya jalan- jalan di sekitar tempat kosnya. Lagi pula masih ada hari esok dan esoknya lagi, entah sampai kapan, untuk menjelajah kota tersebut.

Tempat itu benar- benar terlihat seperti pasar. Aneka ragam makanan dijajakan disana. Bukan hanya itu, melainkan juga pakaian, lukisan, sepatu, bahkan tempat bermain untuk anak- anak. Suasana seperti ini mungkin tidak akan Deva temui di kampung halamannya. Bukannya tidak ada, hanya saja tidak seramai dan semeriah di sana.

"Kakak, kapan kita pulang?" Mita mengambil bola berwarna putih dan melemparkannya ke dalam ring. Tidak masuk.

Deva mengambil bola yang berwarna merah kemudian dalam hitungan sekejap bola tersebut dapat melewati ring dengan mulus. "Kamu nggak suka disini?"

Mita tersenyum. "Suka." Gadis kecil itu merentangkan tangannya, Deva menyambutnya dan menurunkan Mita dari tempat semula. "Tapi aku kangen sama temen- temen." Mita menunjukkan jarinya satu per satu seperti sedang berhitung. "Sama Lisa, Mona, Ratu, Ima terus.... Ata."

"Tapi kan kakak masih kuliah, gimana dong?" Deva merendahkan badannya kemudian menggendong sang adik.

"Kakak nggak usah kuliah di sini, kakak sekolah di rumah aja," jawabnya polos.

Deva tersenyum kecil. Mita memang tidak tahu apa- apa. "Yaudah, lebaran nanti kita pulang terus ketemu sama temen- temen Mita, mau?"

"Iya. Mau." Gadis itu mengangguk cepat.

Suara adzan terdengar sayup. Deva dan Mita menyantap makanan yang sempat mereka beli di bazar. "Kak, telfon mama." Mita menyodorkan ponsel kepada Deva.

Deva terdiam sejenak. "Pulsa kakak habis. Besok aja ya telfon mamanya." Ia kemudian menghampiri adiknya dan membopong gadis kecil itu untuk duduk di sofa. "Sekarang kita nonton tv dulu. Siapa yang mau nonton Miss Spider?"

Tak butuh waktu lama, senyum Mita kembali merekah. Ia dengan segera melipat kedua kakinya ke atas sofa dan menikmati kartun kesukaannya. Namun ketika gadis itu tengah asyik menikmatinya, ada jeda iklan yang membuat Mita sedikit kesal dan hal tersebut membuat Mita merengek kembali pada Deva. "Kak, mau pulang. Ayooo pulang!" teriak Mita.

Deva tiba- tiba berdiri dari tempatnya semula. "MITA!! Bisa nggak sih nggak kayak gitu!" Tanpa sadar, Deva telah melampiaskan amarah pada adiknya.

Gadis itu tersentak, tubuhnya membeku. Matanya berair dan mulutnya bergetar. Tetes demi tetes air mengalir di pipinya. Menyadari hal tersebut membuat Deva kelabakan. Apa yang telah ia lakukan? Ia telah menyakiti gadis kecilnya. Dengan segera, Deva memeluk Mita untuk menenangkan. Mita terisak di pelukan kakaknya. Tangisnya semakin menjadi. "Maafin kakak ya. Kakak nggak bermaksud kayak gitu. Yaudah besok kita pulang."



Hai hai, kembali lagi dengan cerpen kedua. Hope u like it. Makasih yang udah mau baca. vote dan comment sangat berarti buat saya. Kritik dan saran jugaaa :)

Kumpulan cerpenWhere stories live. Discover now