Summer Forever [EPILOG]

Start from the beginning
                                    

"Diamlah, my big pudding." katanya. "Aku cinta padamu Niall. aku benar-benar mencintaimu. Terima kasih sudah selalu ada untukku. Terima kasih sudah menjagaku. Terima kasih sudah memberiku kebahagiaan. Aku tak akan melupakan semua yang kulakukan denganmu. Cepatlah menikah. " aku sedikit terkekeh mendengar perkataannya.

"Aku sangat sangat mencin-ta-" Summer berhenti berbicara dan suaranya sekarang terdengar seperti orang tercekik. Aku melepaskan pelukanku padanya. Kutidurkan kepalanya. Dan ia tampak kesakitan.

"i-can't- b-r-reath.." ucapnya. oh maksudku bisiknya. mulutnya terus berbicara namun sekarang suaranya tak keluar. Aku buru-buru pergi keluar dan berteriak memanggil Dokter. Diluar, semua sudah panik dan hendak masuk. Max sempat masuk dan aku tak tahu apa yang dilakukannya didalam karna, para perawat yang sudah datang langsung menyuruhnya keluar.

Aku terdiam diluar. menunggu keadaan Summer. Rasa sesak didadaku tak kunjung hilang. Aku sungguh tidak ingin hari ini ada. Aku bersumpah.

*

Aku masuk kedalam kamar ini lalu menguncinya dari dalam. Tidak bisa kupungkiri, hatiku benar-benar sakit saat ini. Tanpa bisa kukomando lagi, tubuhku merosot kebawah. Bersender dengan pintu. Masih terasa aroma lavender yang tergantung di Air Conditioner di kamar ini. Summer lah yang memilih aroma itu dan memintaku untuk memasangnya disana. Aku melihat sekeliling dan mencoba untuk tidak tertawa. Hijau. Semua serba hijau. Akulah yang memilihnya. Aku ingat sekali ekspresi kagetnya ketika melihat kamar ini untuk yang pertama kalinya, dan aku menyukai wajahnya saat itu. Kulangkahkan kakiku menuju tempat tidurnya, aku sudah lelah menangis. Aku benar-benar lelah mengeluarkan air mata bajingan ini dari mataku. Aku hanya ingin mengenang Summer sekarang.  Ku pegang dan kulihat baik-baik pergelangan tanganku. Nama Summer masih ada disana dan sampai kapanpun aku tak akan pernah menghapus tatoo ini. Aku duduk diranjangnya dan menarik selimutnya, Damn. Aku bahkan masih bisa merasakan aroma tubuh gadis itu disini. Sialan.

"Niall?"

Suara Liam terdengar dari luar. Oh, ini sudah saatnya. Aku akan pergi ke pemakaman Summer.

"coming, Liam." ucapku lalu segera bangkit dan membuka pintu. Aku menemukan Liam sudah memakai tuxedo hitamnya. Ia tersenyum prihatin padaku. Tak lama-lama lagi, kami segera turun kebawah.

Dibawah, sudah ada Dad, Greg, Denise, Theo, Mom yang sedang hamil tua dan Gale. Aku tak apa-apa dengan keberadaan Gale karna sungguh, aku tak peduli lagi pada urusan Mom. Dad, Greg, Denise dan Theo langsung terbang ke London setelah aku beritahukan kalau Summer meninggal. Sementara Mom baru datang tadi pagi. Ia menangis. Dad menangis juga. Kami bertiga memang orang yang paling hina sekarang. Aku, Mom, dan Dad sudah mengucilkan Summer dari dulu. Aku sungguh menyesal sekarang. Sungguh menyesal.

Aku memeluk Dad yang matanya sudah memerah. Kupejamkan mataku dipelukannya, mati-matian aku menahan air mataku.

Louis, Eleanor, Zayn, dan Perrie juga sudah datang. Zayn duduk dikursi roda karna ia masih belum boleh banyak bergerak. Kami memutuskan untuk pergi. Oh ya, Harry belum sadar. Jadi ia tak ikut. Kalau Clay dan yang lainnya, kami janjian untuk bertemu dipemakaman.

Dan sekarang, kami sudah sampai di pemakaman. Aku bisa melihat Clay, Max dan orang tua mereka. mata gadis itu membengkak. Astaga. Aku melangkah menghampirinya dan memeluknya. "stay strong." bisikku. ia menganggukkan kepalanya. Aku juga melihat Calum, Cole, Luke, Michael, Ashton dan beberapa anak-anak lain yang tak aku kenali.

Aku menatap peti mati yang sekarang ada dihadapanku ini. Aku memejamkan mataku sejenak.

"kau siap, Niall. kau siap." ujarku pada diriku sendiri. Kulirik Denise yang menggendong Theo. Ia menangis. Greg mencoba menenangkannya walaupun dirinya sendiri juga menangis. Kalian tau tidak, bahkan Theo menangis. Aku mengambil Theo dari gendongan Denise dan menggendongnya.

Summer ForeverWhere stories live. Discover now