Summer Forever [EPILOG]

56.1K 3.5K 1.2K
                                    

Song for this chapter : Only Hope  - Mandy Moore

***

NIALL JAMES HORAN

Max, Clay, Eleanor dan Louis sudah meninggalkan ruangan ini. Sebenarnya apa yang ingin dibicarakan Summer?

"Ni-all.." suara Summer membuatku merinding. Tidak, bukan karna perasaanku. Tapi karna aku benar-benar ngeri mendengar suaranya yang parau seperti itu. Kugenggam tangannya erat-erat.

"kau yang membawa heartbook-ku kemari?" tanya nya terbata-bata. aku menggeleng. "Louis."

"ia mengusulkan kami semua untuk menulis untukmu, agar saat kau sadar nanti, kau bisa membacanya. Ia yang mengambilnya di flatmu sekalian menjemput Eleanor." jawabku takut. Ia tersenyum. Ia mencoba membuatku tak khawatir tapi aku tidak bisa. Sejujurnya aku ingin sekali menanyakan padanya bagaimana bisa ia tahu soal heartbook padahal ia tak sadar daritadi, tapi ku urungkan niatku. ia masih lemah.

"Niall, sebenarnya Harry kenapa? ada apa dengan organ tubuhnya?" tanya Summer. What the fuck. Dadaku jadi sesak. Apa dia sedang menahan rasa sakitnya sekarang?

"Harry- Harry," aku tergagap. "Ni-all, waktuku tak banyak."

aku tersentak. apa maksudnya?!

"kedua mata Harry rusak parah." jawabku parau. Tiba-tiba saja Summer menggigit bibirnya tapi ia tidak menangis.

"Niall, bisa ambilkan heartbook-ku?" tanyanya. Aku mengangguk lalu bergegas mengambilkan heartbooknya berikut pulpen Louis yang terselip disana. Summer tersenyum lalu memintaku untuk membantunya untuk duduk. Dengan susah payah ia duduk dan menulis dibuku itu.

"apa yang kau tulis?" tanyaku. Ia hanya tersenyum. Oh, Summer, taukah kau kalau senyumanmu itu tak menjawab apapun? Aku terdiam. Selesai ia menulis diheartbooknya, Ia mengoyakkan dua halaman dari buku itu dan menulisnya lagi. Setelah selesai, ia memberikan kertas itu padaku. Tapi masih ada satu kertas lagi padanya.

"berikan pada Harry kalau ia sadar nanti. Jangan dibaca." katanya pelan. Aku mengangguk. Kupegang kertas itu. Lalu ia menulis lagi dikertas satunya.

"Niall, kau janji akan mengabulkan apapun permintaanku kan?" ku anggukkan kepalaku. Ya, Summer. Apapun.

"Niall, aku tahu aku tidak akan bisa bertahan. Dadaku benar-benar sakit." katanya. Aku terlonjak kaget. Kenapa ia berbicara begitu?

"Niall, waktuku tidak banyak. Aku ingin kau menyetujui surat ini." kata Summer sambil memberikan kertas tadi padaku. Aku membacanya dengan teliti. HOLY SHIT.

"apa kau gila?! kau pasti bisa bertahan, Summer!" aku berteriak frustasi tapi gadis didepanku ini malah menggeleng. "Niall," ia meneteskan airmatanya. Membuat dadaku semakin sesak.

"Waktu ku benar-benar sedikit. Aku tahu aku tidak bisa bertahan lagi. Jika aku mati, aku mohon. berikan kedua mataku pada Harry. Aku mohon. Kau harus mengabulkannya karna kau sudah berjanji." katanya. Tanpa kusadari, air mataku ikut menetes.

"Niall, aku sungguh mencintaimu. Tapi aku benar-benar tidak tahan lagi. aku-tidak-bisa.. aku- tidak- bisa bernafas-" ujarnya tersengal-sengal. Aku bergegas berdiri untuk memanggil dokter tapi Summer menahanku.

"berjanjilah." katanya. "Aku janji." ujarku akhirnya. Senyuman merekah dari bibirnya. kesukaanku. ""ke-kemarilah. aku butuh pe-lukanmu." katanya. Dengan sangat lembut kupeluk dirinya. kuciumi kepalanya, kuhirup dalam-dalam aroma rambutnya.

"Niall, kau adalah yang terbaik. Terima kasih untuk semua. Aku tidak perlu menulis surat khusus untukmu karna aku akan menyampaikan semuanya secara langsung." katanya pelan. "Stop, Summer. jangan paksakan dirimu." kataku khawatir. masih memeluknya.

Summer ForeverWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu