Masih Hujan, Masih Bercerita

Magsimula sa umpisa
                                    

"Lu pernah mikir gasih kenapa lo sama gue jadi kenal?" ucap Vanno mengeluarkan pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Ucapan Vanno kali ini berhasil memecah keheningan yang baru saja akan terbentuk. Vanno sekilas melirik Zee yang masih bungkam. Biasanya gadis itu langsung menanggapi ucapan Vanno cepat, bahkan sering sekali memotong ucapan Vanno. Ia tampak mengerutkan dahinya mendengarkan pertanyaan Vanno barusan.
Ck Apa gadis itu mau mengejek Vanno lagi?

"Lo sama gue? kenal? gue rasa gue nggak kenal lo juga sebaliknya." jawab Zee ringan dengan wajah tak perdulinya. Vanno reflek memutar pandangnnya ke arah Zee di barengi matanya yang membulat mendengar jawaban yang keluar dari mulut gadis ini. Hah gadis ini? heran Vanno.

"Lo apaan sih,  kalau orang omong tuh dicerna dulu pake otak, jangan cuma ngasal buka mulut."

"Loh kok lu malah ngatain gue?"

"Dimananya ngatain? makanya dicena dulu, pahami dulu. Elu tuh ya diajak mikir aja susah amat sii??"

"Elu tuh belibet ngomongnya."

"Belibet dimananya? otak lo cethek".

" Kaya lo enggak aja".

"Ck tau ah lo. Bikin crewet aja lu. Omongan gue tu mahal".

"Siapa suruh lu nanggepin? Biasanya aja kalau diajak omong orang lain lu cuma diem, kaya patung."

Vanno terdiam, Kenapa dia menanggapi?ucapan Zee itu kini ia arahkan pada dirinya sendiri. Dan ia sendiri bingung akan menjawab apa. Sepersekian detik kemudian Vanno tersadar, ia segera menghapus pertanyaan payahnya itu.

"Karna lo itu rese" ucap Vanno yang membuat perdebatannya bersama Zee akan segera tersambung lagi.

"Rese? gue rese? dimana gue rese?" tanya Zee protes. Kali ini ia bangkit dari posisi duduknya dan mendekat ke Vanno seakan menantang. Vanno hanya menampakkan wajah datarnya.

"Rambut kuncir lo rese, dasar panda." jawab Vanno cepat.

Zee mendengus sebal. Lagi-lagi Vanno menyalahakan rambut kuncirnya. Itukan hal yang sepele menurut Zee. Apakah laki-laki itu benar tidak menyukainya? Ah sudahlah apa pedulinya Zee?

"Kok lu ngatain rambut gue lagi??"

"Emang rambut lo jelek, rese'. Dasar"

"Selera lo jelek" Ucap Zee tak mau kalah. Kali ini posisi duduknya yang berjarak dekat dengan Vanno memungkinkan ia untuk membuat laki-laki disampingnya ini semakin kesal. Zee rasa ia sangat menyukai hal itu. Dan benar saja, sepersekian detik yang lalu sebuah sibakan rambut berhasil menyapu wajah Vanno dengan mulus. Alhasil wajah Vanno yang sudah kesal itu menjadi amat sangat kesal. Vanno yang semula menatap entah kemana reflek menoleh, menatap Zee yang baru saja berbuat lancang padanya yang kesekian kalinya. Matanya juga berubah menampakkan tatapan membunuh yang tak lain ia tunjukkan pada Zee. Sedang Zee hanya menampakkan wajah datarnya. Bersikap seolah tak terjadi apapun. Ia berusaha sekuat mungkin menyembunyikan tawanya, cukup ia simpan dalam hati untuk kali ini.

"Yang bagus tuh ke gini maksud lo ia kek gini? gue kan udah sering bilang biasa aja kali rambutnya." geram Vanno. Kali ini sebelah tangannya telah berhasil menyaut rambut Zee dan menjambaknya hingga mau tak mau kepala Zee ikut terdongak. Rasanya tangan Vanno sudah gatal untuk segera memangkas rambut Zee hingga sepantaran dengan rambut milik Dora.

  Kali ini tawa Zee dalam hati yang baru dirasakannya seketika memudar, diganti dengan ekspresi menyedihkan yang ketara sekali di raut wajahnya.

"Isshhh apaan sih lo lepasin tangan lo" Protes Zee dengan tangannya yang sibuk memegangi talinan rambutnya yang terjambak itu, mencoba sedikit menahan agar kepalanya tidak ikut tertarik lepas

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Isshhh apaan sih lo lepasin tangan lo" Protes Zee dengan tangannya yang sibuk memegangi talinan rambutnya yang terjambak itu, mencoba sedikit menahan agar kepalanya tidak ikut tertarik lepas.

  "Awal lo masuk Citra Harapan, gue ga pernah peduli elo itu siapa. Mau lo anak baru, anak lama. Gue ga pernah perduliin. Mau lo hampir satu kelas terus sama gue, mau lo mati-matian ngajakin gue omong, bahkan sampe gue tau kalau ternyata elo anaknya pemilik perusahaan Callypso yang payah itu, gue ga perduli. Sekalipun bokap gue selalu nyuruh gue buat ngebenci elo, nyelakain elo dan ngalahin elo, gue tetp aja gaperduli sama lo. Tapi gara-gara rambut kucir lo yang aneh dan abnormal ini, semuanya jadi beda. lo tau!" Tutur Vanno panjang lebar di ikuti dengan tangannya yang terlepas dari rambut Zee ketika ia mngakhiri kalimatnya. Entah sadar atau tidak sadar, Vano malah seolah mencurahkan segaka unek-unek hatinya yang selama ini terjadi. Dan juga kalimatnya barusan menjadi kalimat terpanjangnya dua minggu terakhir ini eh, entah sejak kapan.

   'Huffthh' Zee mendengus sebal sambil memperbaiki tatanan rambutnya yang rusak gara-gar tingkah Vanno yang menyebalkan. Pandangannya tak lepas menatap tak suka pada laki-laki ber bulu mata lentik yang mengangumkan itu. Ashh sudahlah ini bukan waktunya memuji.

  "Eh Stevanno, cukup ya ini kesejuta kalinya lu tarik-tarik rambut gue , selebihnya lo narik lagi, gue botakin bulu mata lo." ucap Zee penuh ancam dengan pandangan yang menjurus dan tangannya yang bersidekap kuat. Laki-laki ini benar-benar meremehkannya.
  "Lah ini kan salah nya elo...emmh rambut lo" ucap Vanno tak mau disalahkan dibarengi tatapannya yang balik menyeringai.

"Salahnya tuh di elo" Kali ini Zee bangkit dari duduknya

"Dimanaya gue?" Vanno juga mengikuti langkah Zee seolah tak mau kalah.

"Lu masukin kodok ke sepatu gue." Ucap Zee dengan jari telunjuknya yang menunjuk bebas kearah Vanno.

"Gausah nunjuk-nunjuk, elo yang mulai duluan. Lo narik baju olah raga gue ke tiang bendera."

"Lo masukin kepiting idup ke makanan gue."

"Lo tendang-tendang tas gue"

"sapa suruh taro lantai"

"Yah emang tempatnya disitu"

"Lo masukin tikus ke tas gue"

"Itu hamster pinter, kampungan banget sii lo."

"Lo ngebuang kartu tes gue"

"Lo naro contekan di meja gue, sampe gu.."

"Elo yang ud...."

"DUARRRR"

Tiba-tiba suara petir yang memekakkan membuat terkejut dan sekaligus membungkam mulut keduanya. Menghentikan aksi debat tak bermutu yang hampir saja mereka tampilkan di segala tempat dan suasana. Kini yang tersisa hanya degupan jantung keduanya yang terpacu cepat. Zee dan Vanno hanya saling perpandangan. Menatap wajah menyedihkan satu sama lain. Dan sepersekian detik kemudian keduanya terduduk lemas.

***

Hallo Funny Readers...
How are you guys?
Comeback with VannoZee
Sampai part ini masih setia menceritakan Vanno dan Zee aja ya...
Gimana-gimana??? Ayo kirim komentarmu untuk masukan buat cerita ini. Any Idea for the next part?? comment below, please 😉
Vomment yaa..
Happy Funny Readers Gaes 💙💙💙
_Zonaj

My Ponytail GirlTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon