5

439 17 7
                                    

Beberapa tahun setelah masa putih abu-abu berakhir, Riana dan Dean tidak pernah bertemu lagi. Sejak saat itu, mungkin Dean sadar akan hubungan Riana dan Tyas yang tidak baik. Maka dari itu ia mencoba menjauh dari Riana dan membangun kembali hubungan dengan Tyas. Walaupun setelah lulus SMA, Dean memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Tyas.

Tyas pun menerimanya. Tidak ada yang spesial dari hubungan mereka selama itu. Dean mengungkapkan bahwa perasaannya terhadap Tyas hanya sebatas suka atau kagum, bukan karena Dean mempunyai perasaan cinta untuk Tyas.

Miris memang. Tapi itulah jalannya. Selama beberapa tahun belakangan ini, Dean mencoba mencari keberadaan Riana. Dari yang ia tahu, Riana telah pindah ke Kota Jogja dan melanjutkan kuliah di sana.

"Iya. Halo, Ri? Oke, gue ke sana sekarang." itu Dean. Laki-laki itu sedang disibukkan dengan kegiatan-kegiatan kampusnya saat ini.

Sejak ia dituntut untuk fokus terhadap kuliahnya, Dean mulai membagi fokusnya untuk belajar daripada memikirkan cara untuk bertemu dengan Riana. Ditambah lagi, sekarang Dean adalah mahasiswa semester akhir.

"Lo dari mana sih, Yan? Gue sama Tyas nungguin lo dari tadi. Katanya mau hang out bareng," itu adalah suara Ari, teman semasa kuliahnya yang berada di satu jurusan yang sama.

Ari merupakan laki-laki asli Solo yang baru ditemui Dean di kampus tempatnya berkuliah. Karena kesamaan hobi yang dimiliki Dean dan Ari, akhirnya mereka sering menghabiskan waktu bersama. Satu tahun belakangan ini, Ari mempunyai hubungan spesial dengan Tyas. Ya, Tyas mantan pacar Dean. Ari mengetahui hal itu, tapi tidak masalah baginya. Berpacaran dengan mantan dari sahabatnya.

Awal berpisah dengan Tyas memang Dean berusaha untuk tidak peduli lagi dengan Tyas. Dengan dalih agar bisa move on, Dean menolak semua usaha Tyas untuk berteman dengannya. Tapi setelah tahu bahwa Tyas berpacaran dengan sahabatnya. Lambat laun Dean mulai bersikap biasa dengan Tyas.

"Kali ini mau ke mana? Lo ajak Tyas lagi? Habis gue jadi obat nyamuk lo berdua," Dean meraih segelas minuman yang dipesan Ari di atas meja. Saat ini mereka sedang berada di cafe dekat kampus.

"Iyalah. Lagian Tyas juga sama kayak kita yang lagi suntuk mikir skripsi. Lo sih jomblo melulu, kasihan tuh tangan nggak ada yang gandeng," Ari mencibir Dean sambil mengangkat tangannya yang menggenggam tangan milik Tyas ke atas meja.

Melihat Dean yang diam saja, Tyas berusaha membuka suara. Memang dia masih merasa canggung dengan mantan pacarnya itu, "Gue sama Ari udah beli tiga tiket kereta ke Jogja. Besok pagi kita berangkat." ucap Tyas sambil menyodorkan sebuah tiket kereta kepada Dean.

Jogja?

Dean mengangkat wajahnya untuk menatap Ari dan Tyas bergantian. Dengan raut wajah seolah mengatakan "serius?" Dean meneguk ludahnya kasar.

"Kenapa sih, Yan? Kok lo kaget gitu?" pertanyaan Tyas membuat Dean merubah raut wajahnya menjadi biasa.

Ini kesempatan, pikir Dean. Di Jogja, Dean harap bisa bertemu dengan Riana. Walau kemungkinannya sangat kecil karena Jogja merupakan kota yang luas.

"Serem deh, Yan. Perasaan cafe ini enggak angker, kenapa lo senyum-senyum sendiri?" Ari mendorong dahi Dean dengan telunjuknya karena Dean mulai memunculkan gelagat anehnya.

Ternyata sambil memikirkan segala hal tentang Jogja dan Riana tadi, tanpa sadar bibir Dean tak henti-henti menunjukkan senyuman lebar.

"Ya udah, besok kita ketemuan di stasiun. Gue mau pulang, beres-beres. Bye."

Ari dan Tyas menatap kepergian Dean dengan heran. Kelakuan Dean yang kelewat aneh itu membuat mereka berdua mewanti-wanti supaya Dean tidak berubah menjadi orang gila besok.

Jodoh Titipan (short story)Where stories live. Discover now