4

363 21 2
                                    

Rasa hampa menyelimuti hati Dean sejak beberapa hari yang lalu. Memang tidak jika ada Tyas yang kini selalu ada di setiap waktunya. Tapi masih ada satu hal yang kurang. Riana. Entah sejak kapan, tapi Dean merasa bahwa Riana menghindarinya. Tidak ada lagi waktu bersama seperti yang dulu-dulu. Di sekolah pun tidak ada interaksi di antara mereka berdua.

"Yan!"

Dean menengok saat namanya dipanggil oleh Arga, teman sekelasnya, "Apa?"

"Bisa tolong ambil buku matematika di kelas sebelah nggak. Bu Sri tadi suruh gue, tapi gue harus ke ruang bk nih. Tolong ya?"

"Kelas sebelah?" Dean mengernyit dan berpikir. Kelas sebelah yang dimaksud Arga itu sebelah kanan atau kiri kelas mereka?

"Itu, kelas Riana. Lo bisa minta ke dia deh kalo nggak mau repot. Udah dulu ya, gue buru-buru," Arga berlari keluar kelas sesaat setelah menepuk bahu Dean.

Kelas Riana? Kebetulan, sudah lama Dean tidak menemui sahabatnya itu. Jika diingat-ingat pun, Dean hanya bisa melihat Riana dari kejauhan saja. Saat bersama Tyas pun, dia tidak akan sempat menghampiri Riana dan mengajaknya berbicara seperti dulu.

Dengan langkah semangat, Dean menuju ke kelas Riana, dari jendela bisa dilihat hanya ada sedikit siswa di dalamnya. Termasuk Riana yang sedang duduk di bangkunya sambil menulis sesuatu di bukunya sanbil sesekali melihat papan tulis di depan kelas. Tak lupa earphone yang bertengger di kedua telinganya.

"Ngapain, Yan?" teguran seseorang membuat Dean yang masih berdiri di depan kelas terlonjak kaget.

"Hm? Eh, itu. Gue mau ambil buku matematika, disuruh Bu Sri."

"Oh. Tuh di meja, ambil aja sendiri. Sama sekalian kalo mau ketemu Riana, jangan cuma diliatin gitu," Dean tersenyum kikuk begitu teman sekelas Riana itu masuk ke dalam kelas, diikuti dirinya yang berjalan pelan, berharap Riana bisa melihat keberadaannya.

"Woi! Jangan ngalangin papan tulis, lagi nyatet nih!"

Dean otomatis menyingkir saat mendengar suara yang memarahinya. Tentu saja itu bukan Riana, tapi yang membuat Dean senang adalah, Riana mendongak dan menatapnya terkejut.

"Hai, Riana," sapa Dean sambil berjalan ke arah bangku Riana.

"Ngapain lo di sini, Al?"

Bukannya menjawab, Dean malah menggaruk rambutnya canggung. Sama sekali tak ada nada ramah dalam perkataan Riana. Hal itu malah membuat Dean semakin bingung mau melakukan apa.

Kembali Dean menatap Riana yang terlihat menunggu jawabannya, "Hm, gue... gue mau ambil buku matematika."

"Oh. Itu, ambil aja di meja guru," ucap Riana sambil menunjuk meja guru menggunakan pensilnya.

Dean pun mengikuti arah yang ditunjuk Riana dengan kaku. Niat awalnya, dia ingin berlama-lama di sini, sambil menghabiskan waktu istirahatnya untuk mengobrol dengan Riana. Tapi melihat respon Riana, Dean tak mau memperkeruh suasana hati Riana yang tidak baik -mungkin-.

"Ya... ya udah. Gue balik ke kelas dulu ya," Riana hanya mengangguk dan bergegas mengambil tumpukan buku matematika lalu berjalan menuju kelasnya.

"Mungkin nanti gue bicaranya sama Riana. Duh, Ri, lo kenapa sih. Gue jadi bingung mau ngapain."

***

Tyas sedang berdiri dan memperhatikan Dean dari balkon kelasnya di lantai dua gedung sekolah. Laki-laki yang berstatus sebagai pacarnya itu terlihat sedang menguntit seorang gadis yang sedang berjalan seorang diri. Riana gadis itu.

Jodoh Titipan (short story)Where stories live. Discover now