Sekolah Berhantu (Bagian 21-25)

2.7K 114 4
                                    

BAGIAN 21

Aku berniat menolak uluran tangan yang membantuku bangun itu. "Aku bisa bangun sendiri." Kataku sambil mencoba berdiri. Lalu kutepuk celana seragamku yang kotor karena terguling-guling itu. Tas sekolahku yang kutinggalkan di lantai lorong kuambil dan kusampirkan di pundak.

Tak mengindahkan orang tersebut, aku melihat ke sekeliling. Ternyata aku berada di lorong yang membawaku ke perpustakaan tadi. Pintu perpustakaan berada tak jauh dari belakangku.

"Kenapa kamu bisa berada disini?" Aku menatap orang itu dan bertanya.

"Justru aku yang mau bertanya begitu. Kenapa kamu bisa tau Pintu Jawaban itu?" Ujarnya.

Aku meneruskan langkahku. Eyang dan Bolu tidak ada lagi disana. Lorong itu juga telah sepi. Hanya ada kami berdua saja disana.

"Oh ya, kita belum kenalan." Katanya sambil menjulurkan tangan. "Kamu Adam, murid baru itu kan?"

Aku mengangguk. Kubalas salaman tangannya itu. "Ya, aku murid baru disini."

"Kenalkan, aku Peggy." Sambil tersenyum, dia menerima salaman tanganku. "Salam kenal ya."

"Dari mana kamu bisa tahu tentang Pintu Jawaban?" Tanyaku sambil berjalan.

Peggy tertawa. "Sejak di kelas waktu kamu berteriak itu, aku sudah curiga kalau kamu bisa melihat hantu."

Peggy, gadis yang duduk di bangku di belakangku saat di kelas, gadis yang menepuk punggungku saat aku berteriak karena hantu lengan buntung.

"Terus?"

"Yah, aku mengikutimu." Peggy tertawa lagi. "Maaf ya. Tapi aku melihat kamu sering berbicara sendiri dan saat kamu menyentuh pintu perpustakaan, aku mendapatkan jawabannya."

"Jawaban apa?" Tanyaku lagi.

"Kamu bisa melihat hantu. Benar kan?"

Aku terdiam dan membathin. 'Kok dia bisa tahu ya? Tapi kalau dia sampai tahu rahasiaku, bahaya tidak ya?'

Peggy tertawa lagi. "Kamu jangan khawatir. Aku takkan ceritakan tentang rahasiamu itu kepada siapapun. Hanya kita berdua yang tahu rahasia ini."

"Heh, kamu bisa membaca pikiran ya?" Tanyaku ragu-ragu.

"Bagaimana ya?" Peggy menatap kosong ke depan. "Yah, anggap saja begitu."

"Kamu juga bisa melihat hantu?" Tanyaku lagi.

Peggy menggeleng. "Aku tidak sehebat kamu. Tapi kalau membaca pikiran, aku bisa."

"Oh, pantas kamu bisa tahu apa yang sedang kupikirkan." Kataku.

"Aku tertarik dengan dunia gaib." Sambung Peggy lagi. "Aku bisa melihatnya, tapi tidak dengan mata sepertimu."

"Maksudnya?"

"Aku melihat dengan kekuatan bathinku." Kata Peggy. "Tuh, kamu lihat disana. Di pohon itu."

Peggy menunjuk ke sebuah pohon yang berada di taman di samping koridor.

"Ada seorang anak perempuan kecil yang sedang duduk membaca sesuatu disana. Di bawah pohon itu. Benar?" Tanya Peggy kepadaku.

Aku melihat ke pohon yang ditunjuk Peggy. Di bawah pohon itu ada semacam hiasan berbentuk lingkaran terbuat dari semen dan porselen. Di bawah pohon itu duduk seorang anak kecil, wajahnya tertutup rambut, sedang duduk tak bergeming, sebuah buku berada di pegangannya. Wajahnya tertuju pada buku itu.

Aku menggangguk. "Iya, benar." Kataku. 'Hebat! Dia bisa melihat tanpa menggunakan matanya.'

"Dan itu..." Peggy menunjuk lagi. "Di taman, seorang anak laki-laki sekitar 8 tahun berlari-lari mengikuti anak-anak yang bermain. Benar?"

Sekolah Berhantu (Tidak Tamat - Telah diterbitkan dalam Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang