CHAPTER 25

2.7K 343 10
                                    

Jungkook tiba-tiba harus menghadiri sebuah meeting di luar negri. Menjadi presdir JBC tersembunyi tak selamanya membuat seluruh pekerjaan menjadi Namjoon yang memegang. Ada beberapa hal yang memang harus dirinyalah yang datang. Padahal ia masih mengkhawatirkan Yoojung. Namun bagaimanapun juga ia tetap harus berangkat ke Jepang.

Ia mengutus Namjoon untuk terus mengawasi Park Jimin dan Yoojung. Pikirannya memikirkan banyak hal buruk lantaran firasatnya mengatakan demikian. Sesuatu hal aneh ada pada diri Jimin. Namun ia tak tahu dan belum sempat menyelidikinya.

Dengan alasan diutus oleh atasannya untuk berangkat ke Jeju,-karena tak mungkin ia berterus terang mengatakan akan pergi ke Jepang, dia harus melayani tamu penting disana. Begitulah alasan Jungkook pergi meminta izin pada Yoojung. Tak masuk diakal memang, karena bagaimana bisa seorang officeboy pergi ke Jeju untuk melayani tamu penting jika saja mereka bisa mengutus orang yang berada diatas pangkat seorang officeboy. Namun beruntung Yoojung tak banyak bertanya. Hanya mengangguk dan berpesan padanya untuk hati-hati.

Maka, berangkatlah Jungkook ke Jepang. Membawa seluruh kekhawatiran dan mempercayakan Yoojung pada Namjoon. Ia resah. Bahkan meski Jungkook berada di sisi Yoojung, ia tak dapat melakukan apapun. Bagaimana jika ia tak ada?

Yoojung akan sendirian di apartemen. Jimin akan leluasa datang ke apartemen. Lalu pemuda bermarga Park itu akan menginap. Lalu...

Jungkook menggeleng kepalanya kasar. Membuang jauh pikiran buruknya. Mindset bahwa Jimin adalah rivalnya dan juga lelaki yang perlu diwaspadai, melarangnya berpikiran baik pada Jimin.

Jungkook telah berangkat menuju bandara. Namjoon yang mengantarnya dan membantu membawakan baraannya. Ia akan berada di Jepang selama 3 hari. Hanya tiga hari, tidak seminggu. Jungkook harus bersabar dan mempercayakan semuanya pada Namjoon disini. Meski telah duduk di kursi pesawat, perasaannya terus diselimuti kegusaraan. Ada sebuah perasaan buruk tentang kepergiannya.

Jungkook tak tahu. Ia bingung. Semua pasti akan baik-baik saja. Pasti akan baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Yoojung akan baik-baik saja.

Jungkook terus mengulang kalimat itu pada dirinya. Menenangkan diri meski berakhir sia-sia karena ia tetap mengkhawatirkan Yoojung.

"Semua pasti akan baik-baik saja." Gumamnya.

.

---

.

Yoora mempercayai kakaknya pada sosok pemuda bernama Jeon Jungkook. Meski lelaki itu tidak normal,−entahlah ia tak tahu harus menyebut Jungkook apa sebagai manusia setengah anjing, namun ketimbang Park Jimin ia lebih memilih kakaknya bersama Jeon Jungkook.

Ia punya penglihatan yang bagus. Bisa tahu mana lelaki yang baik untuk kakaknya. Terlebih saat ke Seoul tempo hari ia melihat kakaknya bersama peuda bernama Park Jimin. Jelas sekali ia melihat kakaknya menunduk ketakutan sedang Jimin nampak marah.

Setahunya, kakaknya tidak pernah menunjukkan ketakutannya pada seseorang. Ia adalah adik Yoojung sehingga sangat tahu bagaimana kakaknya itu. Meski Yoojung ketakutan akan suatu hal, kakaknya tersebut selalu berusaha untuk tak terlihat takut. Begitulah yang Yoora yakini.

Tapi kenapa untuk kali pertama ia melihat kakaknya terlihat menunduk takut pada pemuda bermarga Park tersebut. Yoora merasakan hal yang aneh diantara mereka berdua.

Maka dari itu, untuk ke dua kalinya dalam minggu ini, Yoora kembali berangkat ke Seoul. Ia harus memastikan kakaknya itu baik-baik saja disana. Dan memastikan bahwa Jimin tak seburuk yang ia bayangkan.










To be continued.

Mad Dog✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt