CHAPTER 19

2.8K 377 16
                                    

Seingat Yoojung, kemarin mood Jungkook benar-benar buruk. Meski sebenarnya itu sangat menguntungkan bagi Yoojung, seperti ia tak perlu berteriak mengingatkan otak Jungkook agar tak mesum atau suara bising yang sering Jungkook lakukan. Namun itu terasa seolah rumahnya kehilangan sesuatu.


Oh, tidak-tidak. yoojung tak ingin menyebutnya ia merindukan si mesum Jungkook. Hanya saja,―bagaimana menyebutnya ya? Apartemennya sangat sepi kemarin. Aneh saja melihat Jungkook tiba-tiba berubah menjadi seperti patung yang dipajang di tengah jalan. Diam, tak bergerak dan tak bersuara. Menyalakan televisi namun tak menontonnya. Pikirannya seperti tengah melayang entah kemana.

Ketika ditanya, "Kau mau makan malam dengan apa?"

"Terserah."

"Jawab dengan benar Jeon Jungkook! Atau kau malah akan kuberi makanan anjing sungguhan. Aku bisa meminta makanan anjing ke tetangga sebelah jika kau mau."

"Itu boleh juga." Jawabnya dengan malas.

Namun hari ini Yoojung melihat Jungkook seolah tak pernah ada yang terjadi kemarin. Lihat saja si mesum itu sekarang dengan sintingnya memakai celana dalamnya di atas kepala seperti mengenakan topi. Kebiasaan lama yang membuatnya naik darah seketika.

Dengan santainya Jungkook melipat satu-persatu baju yang telah kering sembari bersenandung riang tak menyadari keberadaan Yoojung yang sudah bak singa kesetanan siap menerkam si anjing mesum.

"JEON JUNGKOOK!"

Dan seperti yang sudah terduga, Jungkook menjawab dengan santai, "Iya, sayang?" rasanya jika ia tinggal bersama Jungkook untuk beberapa tahun ke depan, Yoojung mungkin akan mati muda karenanya. Lihat saja tingkahnya yang bisa membuat tekanan darahnya naik.

Yoojung mendorong Jungkook dan mengambil alih tugas melipat. Menyambar celana dalamnya di atas kepala Jungkook sembari melayangkan satu pukulan panas di lengan peuda tersebut. Sementara Yoojung sibuk melipat pakaiannya dan juga milik Jungkook, Jungkook duduk diam di samping Yoojung.

Yoojung memakai kaos tanpa lengan pagi ini. Irisnya menatap sebuah garis panjang sebuah bekas luka di lengan kanannya. Ia mengerutkan kening dan menyambar lengan Yoojung. "Ini kenapa?"

Yoojung menangkis tangan Jungkook kesal. "Bukan apa-apa. Hanya luka sewaktu keil karena bermain."

Jungkook mendecih. "Hei, kau bermain apa saat kecil hingga memiliki luka seperti ini? Pasti dulu kau sama mengerikannya seperti sekarang." Gumam Jungkook. Ia hendak meletakkan kepalanya di atas meja ketika Yoojung mendesis dan mengangkat tangannya seolah hendak memukulnya. "Mengerikan pantatmu! Saat aku bermain, aku hapir diculik, tahu!"

"Diculik? Siapa juga yang mau menculik gadis galak sepertimu."

"Diamlah, jika kau tak mau membantuku melipat bajumu."

Jungkook mengantar Yoojung kuliah lagi hari ini. Jungkook beralasan ia ingin melihat 'Si Bantet Jimin' itu. Entah sejak kapan Jungkook membuat julukan tersebut namun itu berhasil membuatnya mendapat satu jitakan di kepala oleh Yoojung.

"Aku tak melihatnya?"

Yoojung berkacak pinggang. "Tentu saja kau tak perlu melihatnya! Sudah sana pergi! Kau akan dipecat bosmu jika bermalas-malasan seperti ini."

Jungkook mendecakkan lidah. Kesal sekali mendapati sosok yang dinanti tak datang juga. Lebih-labih ia menyesal mengaku telah bekerja di perusahaannya sendiri. Tahu Yoojung memanfaatkannya untuk mengusirnya, Jungkook tak akan mengaku seperti itu.

"Baiklah. Tapi ingat baik-baik! Kau..." Jungkook mengacungkan telunjuknya pada Yoojung. "Kau dilarang mendekati Jimin lagi. Menyapanya, berbicara dengannya, atau bahkan jalan bersama dengannya. Apapun yang berkaitan dengan Jimin, DI-LA-RANG! Mengerti?"

Sebenarnya Yoojung ingin balas meneriaki Jungkook mengatakan "Siapa kau melarangku melakukan ini-itu!" namun ia mengurungkannya. Menyadari Jungkook akan semakin lama berada disini dan malah terjadi adu mulut di depan kampusnya. Jadi, Yoojung hanya mengangguk cepat sembari tersenyum. "Aku mengerti. Jadi, pergilah bekerja, Jungkook-a!"

Jungkook terkekeh. "Hehe.. ternyata begini rasanya ketika istriku menyuruhku berangkat bekerja."

Ekspresi Yoojung berubah masam. "Siapa yang kau maksud istrimu, huh?!"

"Oh, bukankah itu Park Jimin!' tiba-tiba Jungkook menunjuk arah belakang Yoojung membuat Yoojung menoleh ke arah yang di tunjuk Jungkook. Namun ia tak menemukan sosok Jimin disana dan malahan ia merasakan sesuatu yang dingin dan basah menekan pipinya.

"Muach... bye-bye, sayangku! Tunggu aku di rumah istriku!" teriak Jungkook usai mencuri ciuman di pipinya.

Sialan kau Jeon Jungkook.

---

Jungkook memandang dingin ke lain arah. Sesekali mendesah kesal. Sedangkan nenek Choi tak dapat berbuat banyak. Ibu Jungkook terdiam kaku memandang putranya yang terlihat jelas sekali tak menerima kehadirannya.

Tentu. Tentu saja. Siapa pula yang mau menerima ibu yang telah membuang anaknya sendiri. Jungkook pasti amat sangat membencinya. Rayoung tak boleh berharap lebih pada Jungkook. Bahkan meminta maaf pun ia tak berhak.

Hanya saja, untuk saat ini ia benar-benar merindukan putranya tersebut.

"Kenapa ibu kesini?"

Rayoung tersenyum kecil mendengar akhirnya Jungkook membuka suaranya. Meski tatapan putranya masih begitu dingin. "Ibu merindukanmu, Kook."

"Masih bisa ya, merasa rindu pada putra yang kau buang sendiri? Tak ada kah perasaan bersalah di hati ibu?" Jungkook menjeda sejenak, menggigit bibir bagian bawahnya dan mendesah jengkel. "Ah, mau gila rasanya! Kenapa aku terus memanggilmu 'ibu' setelah semua yang kau lakukan."

Nenek Choi mendesah resah. Ia tahu sangat berat bagi Jungkook menerima kehadiran ibunya. "Ibu senang kau tumbuh dengan baik."

Sekali lagi Jungkook mendecih dan tersenyum sinis. "Kau senang melihatku tumbuh dengan baik tanpa tahu apa yang harus kulalui?"

Oh Rayoung terdiam. "Jungkook-a.. maafkan ibu. Ibu.."

"Sudahlah. Nenek, aku pergi dulu. Masih banyak yang harus kuurus." Ucap Jungkook. Berdiri dari duduknya, mengabaikan ibunya dan keluar dari ruangan kerja meninggalkan ibunya.

Nenek Choi mendesah memandang Oh Rayoung. "Kau tahu, butuh waktu agar Jungkook memaafkanmu. Aku tahu perasaanmu, nak. Karena dulu saat ayah Jungkook masih hidup, aku pernah melakukan hal yang sama terhadapnya."










To be Continued.

Mad Dog✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang