Keputusan Sarah - Alyra Una

Start from the beginning
                                    

Tentu, Sarah sempat menyesali keputusannya. Tapi, lagi-lagi ia ingat akan niat awal menikah dulu. Ibadah.

Berjalan enam bulan pernikahan mereka yang tidak kunjung membaik, bahkan anak-anak suaminya itu semakin sering membangkang pada Sarah.

"Kak Dita, tolong Mama bawakan belanjaan ke dapur, ya?" pinta Sarah yang baru pulang dari pasar di akhir pekan.

"Males, ah!" jawabnya cuek.

"Kak, jangan begitu dong. Mama kan minta tolong sama kamu. Nanti main HP nya bisa di lanjut lagi, Kak," Sarah menegur lembut Dita.

"Dita mau ke kamar dulu. Ada PR," alasan Dita untuk meninggalkan Sarah. Dia pun berlalu sambil cekikikan bersama Dendi—saudaranya yang sudah beranjak remaja.

***

Masalah lain datang ketika Sarah hamil. Meski tahu Sarah hamil, Rudi dan kedua anaknya tidak mau tahu. Mereka masih memperlakukan Sarah dengan sewenang-wenang, seolah Sarah adalah pembantu rumah tangga.

"Dendi, Mama tidak ada uang untuk membeli daging ayam. Jadi, makan ini dulu saja ya?" Sarah masih berusaha membujuk Dendi untuk makan meski perutnya masih terasa sakit.

"Aku juga tidak mau makan," ucap Dita ketus. Anak itu berdiri dan menyenggol Sarah saat melewatinya, sontak Sarah limbung dan jatuh terduduk, membuatnya merasakan sakit yang lebih pada perutnya.

Seketika ia menangis dan mencoba bangkit sendiri. Ia pergi ke bidan terdekat di sana. Memeriksakan kandungannya.

Sarah bisa bernapas lega saat mendengar bahwa kandungannya baik-baik saja. Ia tak tahu akan berbuat apa jika terjadi sesuatu pada bayi dalam perutnya.

***

Kini Sarah lebih fokus mengurus kandungannya saat usia kehamilannya mencapai tujuh bulan. Rudi pun memintanya untuk tidak terlalu lelah. Apa dia tidak mengetahui bagaimana anak-anaknya bersikap? Sarah sempat berpikir lagi, mungkin Rudi bisa berubah setelah Sarah melahirkan nanti. Tapi, Sarah masih belum yakin akan pemikirannya. Apalagi, sekarang Rudi hanya bekerja serabutan. Bahkan selama kehamilannya, Rudi tak sekalipun membelikan baju hamil untuk Sarah.

Wanita itu tak mau meminta. Ia takut akan mendapatkan kekejaman lagi dari Rudi seperti sebelum-sebelumnya.

Sarah sedang berbelanja di warung dekat rumahnya saat mendengar beberapa ibu-ibu sedang memperbincangkan suaminya. Tidak heran jika tetangganya menyebut Rudi sombong, karena memang Rudi tidak pernah mau bersosialisasi dengan tetangganya.

"Mbak Sarah, maaf ya. Bukan maksud kita untuk menjelek-jelekan suami Mbak, tapi memang dari dulu sikapnya seperti itu," ucap salah satu ibu-ibu yang menyadari kehadiran Sarah di sana.

Sarah tersenyum kecil.

"Mbak Sarah, kok mau sih menikah sama Rudi?" ibu-ibu lainnya bertanya.

"Saya hanya menjalani amanah dari mendiang istrinya, Bu," sebut Sarah dengan jujur.

"Apa? Amanah?"

Sarah sempat terkejut sedikit melihat reaksi ibu-ibu itu.

"Setahu saya, istrinya meninggal juga karena serangan jantung dadakan. Dan mungkin saja karena dia juga dulu tertekan sama sikap suaminya," ibu-ibu yang pertama bertanya pada Sarah itu bercerita.

Sarah tak bisa lebih terkejut lagi. Apa maksudnya ini? Apakah Rudi membohongi Sarah? Lalu, apa tujuannya? Sarah pergi meninggalkan warung setelah membayar.

Di rumah, Sarah ingin mempertanyakan hal itu pada Rudi, tapi ia takut. Ia tak berani membuat Rudi marah dan melakukan kekerasan padanya. Maka Sarah berniat akan mencaritahunya sendiri.

THE VOICE OF WOMEN (END)Where stories live. Discover now