Kisah Para Wanita Sukses - oleh Ninna Rosmina

325 19 3
                                    

Dulu, sewaktu aku masih gadis, aku pernah ngobrol dengan salah seorang teman wanita. Dia bertanya padauk: "Na, menurut lo, cewek yang sukses itu, apakah cewek yang sukses secara karir dan finansial, atau sukses dalam mendapatkan suami yang sukses?"

Dan tanpa perlu berpikir lama-lama, aku pun menjawab, "Yang sukses mendapatkan suami yang sukses."

Namun, setelah bertahun-tahun kemudian. Setelah aku pikir-pikir lagi, kesuksesan itu relatif, dilihat dari sudut pandang mana. Mungkin saja 'kan, seorang wanita berhasil mendapatkan suami yang mapan dan sukses, tapi dalam hidupnya dia merasa tertekan dan kesepian. Belum lagi, kalau suaminya ternyata menikah lagi. Di lain pihak, ada seorang wanita yang berjodoh dengan pria yang biasa-biasa saja, tapi dia merasa sangat bahagia dan berkecukupan.

Ada satu kisah, tentang Ibu Sari (nama samaran). Beliau mendapatkan suami yang pekerjaannya bisa dibilang incaran orang-orang yang ada di seluruh Indonesia. Suami Bu Sari bekerja di Bank Indonesia. Fasilitas enak, gaji besar, punya jabatan juga. Dengan kata lain, Bu Sari hanya perlu mengurus anak-anaknya, masak dan beberes rumah. Bu Sari ini tidak boleh pergi ke mall tanpa diantar suami. Intinya, Bu Sari tidak boleh kemana-mana tanpa dampingan sang suami. Sebenarnya, pengawasan ini tidak merugikan siapa-siapa. Namun, kalau larangan dan peraturan yang diterapkan oleh seorang suami disalah artikan oleh sang istri, ada kemungkinan hasilnya malah berakibat buruk. Misalnya menyebabkan stress dan perasaan tertekan.

Itulah yang terjadi pada Bu Sari

Ketika gadis, Bu Sari merupakan gadis yang aktif, bebas jalan-jalan, dan tidak mengenal kata capek. Fisik Bu Sari sehat dan kuat. Bu Sari juga berkarakter bebas. Namun, begitu menikah, dia mendapat peraturan ketat dari sang suami. Tidak boleh bekerja, hanya di rumah aja. Padahal, rumah mereka berada di lokasi yang cukup jauh dari kota. Kompleks perumahan mereka juga masih sepi. Padahal, Bu Sari hanya diizinkan berkunjung ke tetangga saja. Terbayang kan, bagaimana bosannya Bu Sari?

Namun, karena dia patuh pada suami, dia pun mencoba untuk bersabar. Padahal, karena peraturan itu juga, Bu Sari jadi jarang menengok saudara-saudaranya, bahkan mengunjungi ibunya sendiri.

Dari luar, kehidupan Bu Sari bias dibilang sangat enak. Tidak ada yang harus dipikirkan selain anak dan suami. Namun, sebenarnya ... ketidakpuasan Bu Sari hanya dia yang tahu.

Bu Sari tidak memegang keuangan keluarga dengan menyeluruh, melainkan mendapat jatah perbulan dari suami. Pengeluaran di luar itu harus lapor terlebih dahulu pada suami. Menghadapi sikap tegas dan galak dari suami, membuat Bu Sari jadi takut untuk membuat suaminya marah. Kalau sang suami sudah bilang tidak, dia tidak akan berusaha untuk mencoba lagi.

Dan begitulah, pengekangan berlebihan ini, memunculkan banyak sekali kalimat negatif dalam diri Bu Sari. Kalimat seperti, "Ah, ini semua kan kerja keras suami. Aku nggak berhak untuk ikut campur." Atau, "Aku sih udah kayak pembantu aja di sini." Dua contoh kalimat itu terus saja dipendam. Bahkan untuk membantu ibu sendiri pun dia tidak berani untuk memaksa kalau suami sudah bilang "Tidak!"

Ibaratnya, kehidupan Bu Sari seperti seekor burung dalam sangkar emas. Bu Sari jadi kehilangan jati diri dan karakter aslinya. Belum lagi karena terlalu banyak memendam perasaan tanpa mencurahkan isi hatinya, Bu Sari jadi sering sakit-sakitan.

Kalau dulu, Bu Sari sehat dan memiliki masalah pencernaan saja, kini Bu Sari harus bolak-balik masuk rumah sakit karena jantungnya lemah.

Jadi kehidupan yang tidak bahagia itu juga secara tidak langsung memengaruhi kesehatan Bu Sari. Namun, lagi-lagi ... Bu Sari tidak berdaya karena kodratnya sebagai wanita yang manut.

Kisah yang lainnya adalah seorang ibu rumah tangga. Panggilah dia Cici Mei. Cici Mei adalah penjual boneka-boneka grosiran di sebuah pertokoan. Kehidupan Cici Mei tidak jauh berbeda dengan Bu Sari. Suami Cici Mei merupakan tipe yang sangat otoriter. Bahkan untuk keperluan belanja ke pasar, suami Cici Mei yang melakukannya.

Sampai di sini, Cici Mei sama sekali tidak merasa keberatan, malah dia sangat menikmati dan berbahagia. Hidup enak dan nyaman, bisa beli apa saja, tidak capek bekerja, apa lagi yang dia inginkan?

Sampai akhirnya, roda kehidupan memutar balikan semuanya. Suatu hari, sang suami divonis kanker. Alih-alih mau berobat, sang suami malah melakukan bunuh diri. Padahal, keluarga ini bermaksud melakukan pengobatan ke Singapura. Persentase keberhasilan yang hanya 50-50 membuat sang suami pesimis.

"Daripada melakukan operasi dan menghabiskan seluruh uang yang ada, lebih baik uangnya untuk putri kita saja," begitu ucapan sang suami pada Cici Mei.

Kehidupan Cici Mei yang tadinya bisa dibilang sangat enak, berubah seratus delapan puluh derajat. Dengan meninggalnya suami secara mendadak, Cici Mei langsung diserang rasa panik. Selain ditinggal pergi suami dengan jalan bunuh diri, dia juga diwarisi usaha yang bisa dibilang tidaklah kecil. Cici Mei harus bekerja sangat keras untuk bisa mengelola usaha yang ditinggalkan oleh suaminya. Dia sama sekali tidak tahu barang, modal berapa, keuntungan berapa persen yang harus didapat, bagaimana cara bertemu dengan pembeli, atau dengan supplier bonekanya. Belum lagi, dia harus mengurus anak perempuannya yang pada saat itu masih batita.

Dua kisah di atas terlihat sebagai kisah yang menggambarkan penderitaan wanita. Mungkin terlihat tidak adil. Namun, marilah kita menyimak kisah ini sampai habis.

Setelah bertahun-tahun Bu Sari menjalani hidupnya dengan pasrah di bawah tirani suami, anak-anak pun tumbuh besar dan dewasa. Tiba saatnya, suami pensiun dari pekerjaan.

Ketiga anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang baik, penurut dan sukses secara karir. Yang pertama dan kedua bekerja sebagai auditor, dengan gaji yang cukup besar. Sementara si bungsu menjadi seorang dokter. Selain itu, karena suami sudah pensiun, Bu Sari jadi sering menghabiskan waktunya bersama suami.

Mereka berdua sepakat untuk memperbanyak ibadah, mendatangi kajian agama dan menghapal Alquran. Kemana-mana berdua. Persis seperti remaja yang sedang berpacaran. Bu Sari akhirnya tidak lagi merasa kesepian ataupun tertekan. Sebaliknya, dia merasa bahagia. Bahkan di akhir hidupnya, Bu Sari menyadari kalau sepanjang hidupnya, dia hidup dalam keberkahan Yang Maha Kuasa. Rasa tidak puas itu merupakan hal yang sia-sia dan hanya bagian dari godaan setan saja.

Karena kesabaran dan keikhlasan untuk melayani suami dan mengurus anak-anak ... Bu Sari menjalani hidup yang berkecukupan dan tidak pernah kekurangan. Karena sifatnya yang lembut, dia dicintai oleh suami dan ketiga anaknya. Bahkan oleh tetangga-tetangganya. Di akhir hidup Bu Sari, tidak ada seorang pun yang menaruh dendam padanya.

Begitu pun halnya dengan Cici Mei. Dengan ketegaran dan keuletan dalam menerima kepergian suaminya, Cici Mei akhirnya berhasil mengurus usaha peninggalan suaminya dengan sukses. Bahkan sambil mengurus usaha, Cici Mei tetap bisa mengurus putrinya dengan baik. Walaupun berat, Cici Mei tetap ikhlas dan sabar menjalani hidupnya. Hidup Cici Mei masih terus berjalan. Begitupun juga dengan kehidupan putrinya. Saat ini, kehidupan mereka berjalan dengan baik, bahagia dan berkecukupan.

Dua kisah wanita yang berbeda. Dan semoga saja dari kisah ini kita semua bisa mengambil hikmah dari perjuangan wanita-wanita hebat ini. Wanita yang hebat dalam menangani masalah yang mendera kehidupan, tanpa pernah mengenal kata menyerah. Atau melupakan kodrat mereka sebagai wanita.

 Atau melupakan kodrat mereka sebagai wanita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Profil Penulis

Ninna Rosmina sangat pemalu. Saking Pemalunya, dia jarang membuat status di media sosial. Ibu rumah tangga yang belum memiliki anak, tapi dia hidup bahagia bersama suami dan keluarga besar penuh berkah. Buku yang pernah dia tulis di antaranya: Cinta yang Lain, One More Chance, Never Let Go, Maret Flowers, Wonderful Life, Frankfurt, Ink Magic, Aurora, dan akan terus bertambah (Amiin ^_^ ) 

Ninna Rosmina bisa dihubungi di media sosialnya, termasuk wattpad dengan nama Ninna Rosmina.

THE VOICE OF WOMEN (END)Where stories live. Discover now