Kos

3.6K 72 11
                                    

Perkenalkan, nama aing Ujang, lahir di Ciampea, sekarang umur 22 tahun. Izinin aing bercerita.

Aing anak pertama dari empat bersaudara, sebenernya aing bukan anak kandung, aing Cuma jadi pancingan dari sepasang suami istri yang udah delapan tahun menikah dan belum dikaruniai anak. Aing terlahir dari seorang perempuan muda yang ditinggal pergi begitu aja sama suaminya ketika ibu kandung aing hamil tujuh bulan.

Ibu kandung aing Cuma penjual bubur sumsum, yang biasa berjualan di sebuah SD di wilayah Ciampea, kalau setelah jam istirahat bubur sumsum masih sisa, ibu kandung aing menjajakan dengan berkeliling.

Bapak aing kerja serabutan, kadang jadi tukang jagal, kadang jadi kuli bangunan, kadang jualan ayam, apa aja asal halal. Suatu hari, bapak dapat tawaran kerja ke Kalimantan dari temannya, bapak sih mau aja, ibu yang awalnya keberatan karena sedang hamil, tapi demi memperbaiki keuangan, dengan berat hati merelakankepergian suaminya.

Bapak berjanji untuk mengirim surat setiap pekannya, sayangnya hanya ada lima surat dari bapak. Bapak bilang kangen, dan tidak sabar untuk melihat aing. Tapi, ketika aing sudah lahir ke dunia, teman bapak pulang, bapak tidak.

Ibu mendesak teman bapak, menanyakan keberadaan bapak, teman bapak hanya menggeleng lalu memberikan segepok uang dalam amplop coklat.

Ibu resmi menjadi janda tanpa talak, tanpa melihat jasad bapak. setelah lebih dari dua pekan terus menggeleng, akhirnya teman bapak bersuara. Bapak sedang mengambil air wudhu disaat langit masih gelap, dan dimangsa buaya.

Tetangga ibu merasa iba, ibu masih sangat muda, baru sembilan belas ketika menjadi janda. Sedang mereka sudah berkepala tiga, mendamba anak, lalu mereka meminta.

"kamu bisa menjadi TKW di Arab, biar anak ini kami yang rawat. Pergilah, percayakan pada kami, biar Tuhan yang menjadi saksi"

Ibu tergugu, aing mah paling Cuma biar eak.. eak.. aja ketika ASI berubah menjadi susu formula, eh mending sih, mana aing tahu kalau ternyata diganti air tajin?

***

Hari ini aing bersama bapak angkat aing pergi ke Kota Depok, wilayah Pondok Cina, guna mencari jodoh, eh engga ding, nyari kosan. Aing keterima kerja di salah satu toko donat terkenal di sebuah emol di bilangan Margonda. Bapak yang udah ngenggep aing sebagai anak sendiri, merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan aing. Yakali aing PP Depok-Ciampea, jauh gitu, mana aing enggak punya kendaraan, aing mah anak kereta.

"bapak Cuma bisa bayarin maksimal dua bulan awal kamu kerja, untuk makan dan bayar kos. Selebihnya, kamu belajar mandiri ya, Jang"

Aing sedih juga denger Si Bapak, secara dari aing bayi udah serumah sama beliau. Sekarang dengan berat hati aing harus pergi, aing bukan benar-benar ingin pergi.

Setahun setelah orang tua angkat aing mengadopsi aing, ibu angkat aing mendadak ngidam. Luar biasa emang aing, eh enggak, Tuhan maksudnya. Dan setelah itu, teruslah ibu angkat aing melahirkan anak setiap dua tahunnya. Aing punya adik angkat tiga orang, semuanya perempuan.

Rumah bapak angkat aing Cuma ada dua kamar, hidup kami sederhana, bapak Cuma seorang pegawai negeri sipil, ibu hanya ngurus rumah tangga. Aing udah gede, risih sendiri jadinya ketika adik-adik sudah beranjak dewasa dan aing sadar mereka bukan muhrim bagi aing.

Aing memutuskan mencari kerja yang agak jauh dari rumah, tapi ibu angkat aing melarang aing pergi ke Kalimantan, wejangan dari ibu kandung aing.

"perbulannya lima ratus ribu, sudah termasuk listrik, tapi ada tambahan kalau Mas-nya membawa Komputer" begitu kata salah seorang yang sudah menjadi penghuni

Kosan HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang