K

8.9K 993 114
                                    

[how semes got their kiss]



Wanda-Andira

Hari itu cerah. Wanda membaca dengan tekun seperti biasa di sofa pojok dinding Toko Buku Hydra, dengan secangkir teh hangat buatan karyawan Andira dan beberapa permen cokelat. Ini masih Senin pagi, jadi wajar toko sepi. Berhubung anak kelas 12 UNBK, satu sekolah libur. Nikmat sekali. Dia baru akan membalik ke halaman berikutnya ketika bel berdenting, menandakan seseorang baru saja masuk.

Wanda berkedip. Dia melihat Andira masuk dan mengecek beberapa kantong plastik di tangannya. Di belakang punggung cowok itu ada Dinda. Oh ya, dia lupa hari ini dua anak itu janjian ke Gramed bareng buat nyari beberapa buku baru. Si rambut cokelat membenarkan letak kacamatanya, memperhatikan bagaimana Dinda kelihatan excited dengan semua belanjaan mereka. Dia nggak bisa dengar apa yang mereka obrolkan lantaran selain ketenangan toko buku harus dijaga, jarak mereka lebih dari sepuluh meteran.

Dia senang adiknya senang juga, bahkan bisa berinteraksi normal dengannya sebagai pacar Andira. Cuma ya itu-ketika Dinda berjinjit dan memberi kecupan ringan di pipi Andira, senyum Wanda jatuh dan tatapannya berubah datar.

Oh shit. Dia lupa kebiasaan adiknya mengungkapkan rasa terima kasih pakai cium pipi. Kebiasaan bunda sih.

Wanda memperhatikan Andira yang kaget, mematung, sementara Dinda sudah ngeloyor keluar toko sambil mengayun-ayunkan kantong kresek di tangannya. Dia menutup buku tanpa melepas pandangan ke Andira yang kini mengernyit dan mengusap bekas ciuman Dinda.

Mereka bersitatap ketika Wanda sudah berdiri tegak, dan dia bisa lihat jelas bagaimana Andira memucat.

Heh. Jadi sebesar itu pengaruhnya pada Andira?

Adorable.

Dalam hati Wanda tertawa.


***


Jantung Andira mencelos. Dia nggak tahu apa Wanda salah paham atau apa, tapi kalau cowok itu ngira dia selingkuh gimana?

"Wanda," dia menelan ludah ketika Wanda sudah berhenti di depannya. "Eh, lo lihat yang barusan.. ?"

Si kacamata mengangguk. Andira meringis. Entah kenapa tatapan sang pacar masih datar-datar aja.

"Lo... nggak marah?" dia bertanya.

"Buat apa?" Wanda malah tanya balik.

Kini Andira merengut. "Gue dicium sama adik lo, Wan. Kok biasa aja sih? Kalo lo yang dicium sama orang lain, gue pasti udah nggak terima."

"Hoo."

Andira menggigit bibir gemas. "Lo nggak cemburu atau apa?" tanyanya memastikan.

Yang ditanya mengangkat bahu. "Ketimbang itu, gue lebih nggak suka ada jejak orang lain di elo."

Andira ingin menepuk kening. Bukannya itu sama aja?

Belum sempat dia menyuarakan isi kepalanya, Wanda sudah lebih dulu menarik kerah kemeja yang dia pakai. Otomatis dia membungkuk, dan nyaris mengeluarkan suara erangan ketika serta-merta Wanda menjilat pipinya.

You heard that right

Wanda. Menjilat. Pipinya.

Seluruh tubuh Andira seperti tersetrum ketika Wanda meneruskan aktivitasnya. Dia sampai harus memegang kedua bahu cowok itu, lututnya melemas dan otaknya mendadak blank.

I Don't Give Two Fucks [in ed.]Where stories live. Discover now