BAB 13 - Aku Menemukanmu

En başından başla
                                    

"Mom?" Alvis kembali bertanya ketika Kimberly tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Brian sendiri yang akan menjelaskannya. Sebaiknya kau ikut saja bersamanya." Kimberly tersenyum lembut.

"Mengikuti si brengsek ini? Kenapa? Dan kemana?" Alvis terus bertanya. Ia berubah menjadi laki-laki yang banyak bicara jika ada sesuatu yang membuatnya penasaran setengah mati.

"Sudah, ikut saja dengannya." Kimberly lalu menatap Jiho dan Milo, "Kalian juga ikut."

Akhirnya Alvis menyerah dan menuruti perkataan wanita itu. Ia mempercayai kata-katanya dan mengikuti Brian yang entah sejak kapan telah menunggu mereka di luar pintu masuk.

"Ayo, cepatlah. Hari mulai gelap." Brian mulai tak sabar karena Alvis, Jiho dan Milo berjalan sangat lambat dan berada jauh di belakangnya.

"Sebenarnya, kemana kau akan membawa kami?" Alvis kembali menaruh curiga pada Brian yang berjalan di depannya.

"Aku membawa kalian untuk bertemu dengan seseorang." Balasnya santai dan sedikit memancing mereka agar menebak-nebak.

"Seseorang? Siapa maksudmu?"

"Menurutmu siapa?" Brian kembali mempermainkannya seraya tersenyum misterius.

"Tak usah bicara kalau kau tak berniat memberitahu!"

Jiho berbisik pada Milo, "Coba kau baca pikirannya. Cari tahu kemana ia akan membawa kita."

"Aku tak bisa melakukannya tanpa kontak fisik pada seseorang yang baru pertama kali kutemui."

"Kalau begitu cobalah lakukan, kau kan kucing. Ia tak tahu wujud aslimu."

"Oh ya, kalau tidak salah tadi nyonya kimberly bilang 'kalian' kan? Padahal setahuku cuma ada kau di belakang Alvis. Apa maksudnya? Jangan-jangan kucing yang ada di bahumu itu dihitung juga?" Brian bertanya heran ketika sesaat kemudian Milo melompat turun dan mengahampiri Brian.

Dengan santainya, Milo kembali melompat dan kini duduk seenaknya diatas kepala Brian.

"H-hey! Apa-apaan kucing ini?!" Brian berusaha menurunkan Milo dari atas kepalanya.

"Diamlah! Aku tak bisa berkonsentrasi jika kau terus bergerak!" Seru Milo kesal.

"Ahh! A-a-apa itu yang barusan?! Kucing itu berbicara!" Serunya terlonjak kaget dan terjatuh dengan Milo yang telah turun dari tubuhnya.

Jiho menatap datar pada Brian lalu beralih pada Milo, "Bagaimana? Kau bisa melihatnya?"

"Aku hanya melihatnya sedikit. Ia akan membawa kita pada Arvis."

"Apa kau bilang? Arvis? Kau tak salah lihat kan?!" Seru Alvis yang kini malah beralih menatap Brian dengan tajam.

"Sialan! Jangan mengagetkanku begitu! Jadi, kucing itu bisa bicara? Mengerikan sekali." Keluh Brian kembali berdiri dan berdiri menjauhi Milo dengan pandangan jijik.

"Hey! Jawab!" Alvis maju lalu menangkap serta meremas kerah baju Brian dengan tak sabar.

"Iya, iya! Kalian benar! Arvis memintaku untuk menjemput kalian! Puas!" Balasnya berdecih kesal seraya menepis tangan Alvis. "Sebentar lagi kita sampai. Ayo." Katanya kembali memimpin dan berjalan di depan.

"Arvis? Apa maksudnya dengan semua ini?" Jiho tak habis pikir. "Kau dan Arvis adalah bagian dari Oracle, lalu kenapa kita harus mempercayai kalian?"

"Tidak! Aku percaya pada Mom, ia tak mungkin menjerumuskan kita." Bantah Alvis pelan, tapi matanya tetap saja terus mengawasi Brian. Ia tak bisa menghilangkan rasa curiganya pada Brian.

"Sudah kubilang kan dari dulu. Aku tak bisa merasakan niat jahat saat Arvis menemui Carina dulu. Kurasa ia bukan orang jahat, walau aku juga tak bisa menyebutnya orang baik." Milo kembali melompat ke pundak Jiho.

Setelah berjalan lebih dari sekitar sepuluh menit Jiho kembali bersuara, "Masih jauh?"

"Tidak. Kita sudah sampai." Brian berhenti di depan sebuah pohon besar.

"Aku melihat penghalang." Milo menatap ke atas dan melihat sebuah penghalang yang berbentuk setengah lingkaran, persis seperti penghalang yang ada di pulau.

"Siapa yang membuatnya?" Tanya Jiho kagum.

Hanya mereka yang berada di level Diamond ke atas yang bisa membuat penghalang sekuat dan sekasat mata ini.

"Siapa lagi? Kau pikir aku bisa?" Brian mengangkat kedua bahunya.

"Arvis. Pasti ia yang membuatnya." Jawab Alvis menggantikan Brian.

Brian hanya tersenyum sarkas lalu mulai membuka penghalang di hadapannya dengan kekuatannya.

Mereka langsung masuk begitu penghalang itu terbuka celah yang berbentuk seperti pintu.

Deg!

Alvis, Milo dan Jiho langsung terdiam seketika saat menyadari keberadaan seseorang yang sangat mereka kenali. Meski pun tak merasakan innernya sama sekali, tapi mereka bisa merasakannya dengan jelas keberadaan gadis yang selalu mereka cari-cari selama dua tahun ini.

"C-carina?" Alvis menatap Brian dengan bingung, yang dibalas laki-laki itu dengan senyuman sarkas.

"Jadi, selama ini kau berada di sini..." gumam Milo tersenyum lega saat mengetahui bahwa tuannya baik-baik saja.

"Dia kan yang selama ini kalian cari-cari?" Tunjuknya ke arah seorang gadis yang kini berlari ke arah Brian.

Mereka kini berada di halaman luas sebuah rumah kayu kecil.

"Brian! Kau kemana saja?! Lama sekali sih!" Serunya dengan suara nyaring.

"Aku... tak salah lihat kan? Ini bukan mimpi kan?" Gumam Jiho kemudian menampar pipinya sendiri dan meringis kesakitan, dan itu membuktikan bahwa ini semua bukan mimpi.

Bruk!

"Carina!" Seru Brian meringis ketika melihat Carina terjatuh. Lihat saja nanti, pasti Arvis akan menyalahkan dirinya karena tak bisa menjaga gadis itu.

"Ughh..." Carina meringis pelan. Saat ia berusaha bangun dari jatuhnya seseorang mengulurkan tangan padanya.

"Eh? A-Arvis?" Ia menatap Alvis kebingungan tapi setelah agak lama menatapnya ia menggeleng. "Kau bukan Arvis. Siapa kau?"

Awalnya Alvis terkejut saat mendengar pertanyaan itu. Tapi kemudian ia kembali berpikir bahwa yang terpenting saat ini ia telah menemukannya.

Ia telah menemukan kepingan yang hilang. Ia telah menemukan kembali separuh jiwa dan hatinya. Ia telah menemukan kembali pujaan hatinya. Dan... ia sangat bersyukur akan hal ini.

Alvis menatap Carina lembut seraya tersenyum tanpa sepatah kata pun. Ia masih tetap mengulurkan tangannya pada Carina, berharap kalau gadis itu akan menerimanya.

Carina yang masih kebingungan akhirnya menerima uluran tangan itu dengan ragu.

Alvis sudah tak tahan lagi, saat ia membantu Carina berdiri ia malah menariknya agak kuat sehingga tubuh Carina tertarik ke arahnya.

Grep!

Alvis memeluknya erat. Sangat erat. Carina yang berada di pelukannya pun hanya diam. Ia bingung dengan perasaan yang ia rasakan sekarang. Ini seperti... perasaan yang telah lama hilang kini telah kembali.

"Aku menemukanmu." Gumam Alvis masih tetap tak melepaskan pelukannya.

Carina mengernyit heran, masih tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, begitu pula dengan maksud ucapan laki-laki yang kini masih terus melingkarkan tangannya erat pada pinggangnya.

***

Eakkkkk...

#TeamAlvis kembali bangkit wkwkwk.

Nunggu vote 400 baru lanjut yah :v

HOLDER : Elsewhere (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin