(4) Pintu Misterius Di Ujung Lorong

115 35 96
                                    

Ketika malam menjadi suram. Ketika langit tak berbintang. Ketika bulan tak menampakkan dirinya. Ketika itulah kegelapan datang, membawa para pemburu malam.

💀
💀
💀

"Kenapa rasanya malam ini dua kali lebih mengerikan dari sebelumnya?" Ujar Kenzie saat tiba kembali di Brunfelsia Street. Matanya menyapu sekeliling desa yang sepi, dan memang selalu terlihat sepi.

Anehnya, Crystal dan Caera juga merasakan hal yang sama. Suasana desa itu dua kali lebih mencekam dibanding malam sebelumnya ketika pertama kali mereka tiba di sana. Kabut tebal menyelimuti desa yang senyap dan tampak mulai gelap karena matahari sudah nyaris tenggelam di ufuk barat.

"Kak Crystal!" Seseorang berteriak memanggil Crystal. Seorang gadis yang berlari ke arahnya sambil melambaikan tangan dan membawa sebuah kotak di tangan kanannya. Rambutnya panjang agak pirang, tubuhnya kurus, dan berkulit putih, Gadis itu memiliki paras yang sangat cantik, tetapi juga asing bagi Crystal.

"Halo, maaf mengejutkan kalian," sapa gadis itu sambil menundukkan kepalanya sedikit, dan memberikan senyuman super ramah, ketika berhadapan langsung dengan Crystal. Sudah dapat dipastikan, bahwa dia terdidik dengan etika yang baik di keluarganya.

Crystal mengangkat alisnya, sambil memperhatikan gadis itu dengan baik. "Apa kau mengenalku?" Dia merasa tak pernah bertemu gadis itu sebelumnya.

"Namaku Elena, aku tinggal di sebelah rumah Nenek Padma bersama kakakku, dia bilang, dia baru saja bertemu dengan seorang gadis seusianya yang sangat cantik di halaman belakang rumah tadi pagi, namanya Crystal, dan aku rasa itu adalah dirimu, benar, kan?"

Crystal mencoba mengingat-ingat, satu-satunya orang yang ia temui di halaman belakang pagi tadi hanya Ezio, yang memang mengatakan bahwa dia memiliki seorang adik. "Apa kau adiknya Ezio?" Tanya Crystal.

"Benar sekali," Elena tersenyum, terlihat jelas bahwa dia adalah sosok yang ceria, "aku sudah lama menunggumu pulang, tadi siang saat aku datang ke rumah Nenek Padma, kalian sedang tidak ada di rumah, jadi aku memutuskan untuk menunggu sampai kalian pulang supaya bisa memberikan undangan minum teh bersama besok, dan juga kue bolu pisang buatanku," dia kemudian menyodorkan secarik kertas, dan sekotak bolu pada Crystal.

"Tapi aku rasa ini terlalu formal dan sedikit berlebihan," Crystal tak menyangka bahwa Ezio tak bercanda dengan omongannya.

"Kakakku yang menyuruh untuk memberikan undangan itu, karena dia takut kau tidak akan datang ke rumah besok."

Spontan Crystal tertawa, "ini konyol, dia bisa saja menghubungiku tanpa harus membuat undangan secara tertulis, kan?" Batinnya bertanya-tanya, Kenapa Ezio begitu menginginkannya datang ke rumah?

"Apa aku juga boleh datang?" Tanya Kenzie yang sejak tadi terperangah melihat kecantikan Elena, dan tak bisa menyembunyikan ketertarikannya pada gadis itu. Matanya tak bisa bohong bahwa dia benar-benar tersihir oleh pesonanya. Ditambah aura gadis itu juga terpancar dengan sangat indah.

"Aku dan kakakku berharap kalian bertiga bisa datang," lagi-lagi Elena tersenyum. Senyuman yang membuat Kenzie semakin tertampar oleh keindahan visual yang dilihatnya. "Kalau gitu aku pulang dulu, dan semoga kalian suka dengan bolu pisang yang aku buat."

"Terima kasih, sampaikan salamku untuk Zio," sahut Crystal.

Elena mengangguk, dan kemudian berjalan pergi. Sementara Crystal, Kenzie, dan Caera juga langsung bergegas masuk ke rumah. Melihat suasana malam yang mengerikan, serta udara dingin yang menusuk tulang, sangat tidak baik untuk berlama-lama di luar. Crystal lalu membuka pintu rumah, dan melihat Nenek Padma sedang sibuk ke sana kemari, seperti sedang mencari sesuatu yang hilang.

PORTAL: The Gate to The Second WorldWhere stories live. Discover now