Coffee [PJM]

34 6 16
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Ting!

Suara lonceng di atas pintu berbunyi ketika aku membuka pintu. Aku berjalan perlahan menuju pojok cafe dan duduk di sana. Sengaja memilih tempat yang dekat jendela supaya bisa melihat orang berlalu-lalang. Seorang pelayan menghampiriku dan menanyakan pesanan.
"Aku pesan satu caramel macchiato dan satu americano." Setelah mencatat pesananku pelayan itu berlalu, menyisakan diriku yang tengah sibuk dengan pikiranku.

"Aku pesan caramel macchiato dingin." Suara itu menarik perhatianku. Aku menolehkan kepala untuk melihat si pemesan caramel macchiato itu. Dia duduk tepat di belakangku, bersama seorang gadis yang sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Kenapa kau suka memesan itu?" Aku menoleh cepat saat mendengar gadis itu melontarkan pertanyaan kepada pemuda di depannya.

"Karena aku menyukainya."

"Sekali-kali kau harus coba americano."

"Aku tidak menyukainya."

"Kau harus mencobanya, kau akan suka setelah mencoba," saran gadis itu.

"Aku tidak suka americano, aku membenci sesuatu yang pahit."

"Kau tahu? Dibalik rasa pahit selalu ada rasa manis." Aku tertegun. Sama persis, gadis itu mengatakan kalimat yang sama persis seperti yang Jeesa katakan padaku waktu itu.

"Dari mana kau dapat kata-kata seperti itu? bukan dirimu sekali." Pemuda tadi kembali bersuara.

"Ah, aku melihatnya di internet. Di blog Jung Jeesa, aku menyukai tulisannya."

Aku tersenyum kecut. Si Jeesa itu, dia selalu menuliskan apa yang kami bicarakan di blognya. Padahal itu kan bukan sesuatu yang penting. Kami hanya membicarakan hal random.

Pandanganku kembali pada jalanan di depan cafe, sudah tak lagi memperhatikan dua orang tadi. Aku suka duduk di pojok dekat jendela. Ini adalah tempat favorit kami dulu. Aku dan Jeesa sering sekali menghabiskan waktu di cafe ini ditemani segelas kopi.
"Kau tahu Jim? Ketika kau terbiasa merasakan pahit, maka kau akan mendapatkan rasa manis yang luar biasa. Seperti kehidupan. Saat kau terbiasa dengan rasa sakit, suatu saat kau akan merasakan kebahagiaan yang tak pernah kau sangka-sangka," katanya waktu itu saat aku menolak sarannya untuk mencoba americano.

"Kau ini bicara apa? Aku tak mengerti." Jeesa terkekeh.

"Lupakan saja. Suatu saat kau juga akan paham dengan yang aku katakan hari ini," jawabnya tak acuh.

Ah, ingatan itu selalu terputar tiap waktu. Entah bagaimana, dia seolah menguasai pikiranku. Semuanya hanya tentang dia dan aku. Padahal kebersamaan kami sudah berlalu sejak lama. Sekarang tinggal aku sendiri bersama kenangan itu. Kenangan yang tidak bisa ku bilang manis maupun pahit. Karena keduanya benar-benar berkadar sama.

Ku lirik segelas americano di hadapanku. Seulas senyum mewarnai bibir kala ingatan tentangnya kembali melintas.

Waktu itu hujan lebat. Kami baru saja selesai mengerjakan tugas kuliah. Jeesa memarahiku karena aku menyemburkan americano ke kertas tugasnya. Membuat segala kerja kerasnya sia-sia.
"Yak! Apa masalahmu, ha?" bentaknya padaku.

Bangtan Fanfict (Oneshots)Where stories live. Discover now