4. Jaehyun menjadi satu-satunya yang bisa kulihat

646 112 28
                                        

Dengan langkah selambat siput Taeyong menuruni tangga menuju stasiun subway. Teman-temannya yang lain mengikuti kegiatan klub masing-masing jadi tak ada yang menemaninya pulang hari ini.

"Fiuh... Akhirnya sampai juga." Baru saja ingin bernapas lega, Taeyong kembali dibuat panik saat kereta yang akan ditumpanginya bersiap menutup pintu. Setengah berlari Taeyong menghampiri kereta dan dia baru sadar kakinya baru saja terkilir beberapa jam yang lalu setelah mengambil langkah pertama. 'Ugh, aku lupa soal kakiku...'

Pintu kereta tertutup dan untungnya Taeyong sudah berhasil masuk. Kakinya berdenyut lebih menyakitkan lagi karena ia paksa berlari tadi. Sambil berpegangan pada besi penyangga di dalam kereta ia mendekati kursi kosong di dekatnya.

'Beruntungnya aku... Terima kasih...' terharu, Taeyong hampir saja menangis karena bisa dapat tempat duduk di saat ia sangat membutuhkannya.

"YA AMPUUUN... Memalukan sekali!" Seorang ibu paruh baya mendekati tempat Taeyong duduk. "Anak zaman sekarang ya, tidak punya tatakrama untuk mengalah pada orang tua!"

Taeyong terkejut karena tiba-tiba saja ibu itu berteriak padanya.

"Hanya karena kau masih muda, kau hanya memikirkan kenyamananmu sendiri! Tidak dapat dipercaya! Benar-benar!"

Wajah Taeyong memerah karena semua orang kini melihat ke arah mereka. "Tidak sopan!" Teriakan ibu parah baya itu berhasil menarik perhatian orang-orang. Taeyong panik dan malu.

"Ma-maaf..." Taeyong bersiap berdiri, tapi kakinya kembali terasa sakit. 'Oww...'

Belum sempurna Taeyong berdiri, ada tangan yang menahan bahunya dan mendorongnya kembali untuk duduk dengan nyaman. Begitu mengangkat wajah, Taeyong menyadari yang melakukannya adalah "Jaehyun..."

"Tunggu! Apa yang kau lakukan anak muda?!" Ibu paruh baya itu berpaling pada Jaehyun.

Seolah tak mendengar, Jaehyun hanya berfokus pada Taeyong, "Bagaimana kakimu?"

"Eh..." Ibu paruh baya berpaling pada kaki Taeyong.

"Jadi semakin bengkak, huh? Kau merawatnya dengan benar tidak sih?"

Jaehyun menoleh pada si ibu paruh baya yang mulai menyadari situasi Taeyong. "Maaf, tapi kakinya baru saja terluka. Dia tidak bisa berdiri terlalu lama. Nyonya bisa mencari tempat duduk lain." Jaehyun berkata sopan sambil sedikit membungkuk.

Orang-orang yang memperhatikan mulai membicarakan Taeyong yang malang sekali malah mendapat caci maki saat ia sedang terluka. Ibu paruh baya itu tampak tak terima, tapi dia tak bisa berdebat lagi. "Kalau begitu bilang dari tadi dong! Mana aku tahu kalau kau begitu!" Dengan langkah dihentak-hentak ibu paruh baya itu akhirnya pindah ke gerbong lain.

"Ribut sekali..." Gumam Jaehyun melihat ibu paruh baya itu telah pergi.

"Te-terima kasih..."

"Tidak masalah, cuma begitu saja-" mata Jaehyun terbelalak saat ia menoleh kembali pada Taeyong dan mendapati wajah itu memerah dengan mata yang berkaca-kaca.

Tubuh kecil Taeyong bergetar dengan bibir mengatup menahan emosi yang bisa pecah kapan saja. Taeyong merasa bodoh dan malu karena hampir menangis gara-gara masalah sekecil itu. Kalau Taeyong berkedip sedikit saja, maka dia akan mulai menangis.

'Bagaimana ini? Aku tidak mau Jaehyun melihat. Oh tidak, ini buruk. Aku akan menangis... Aku akan menangis...'

Tes

Satu tetes besar air mata lolos dari mata Taeyong. Disusul beberapa tetes lagi setelahnya. Setelah puas, Taeyong mengusap air mata yang masih menggenang di matanya dengan lengan bajunya. Dilihatnya Jaehyun tengah memunggunginya. Punggung lebar Jaehyun bersandar pada tiang besi di samping tempat duduk Taeyong.

STROBE EDGE (JAEYONG version)Where stories live. Discover now