seventh (auckland)

1.9K 160 15
                                    

Haibara menjatuhkan dirinya ke atas kasur di hadapannya. Tubuhnya terasa rileks setelah dirinya bersentuhan dengan kasur empuk yang memanjakan tulang tulangnya yang kaku karena kelelahan.

Selama beberapa menit Haibara tidak melakukan apapun selain merebahkan tubuhnya di kasur itu. Sampai akhirnya pintu kamar yang di pakai Haibara terbuka dan memunculkan sesosok pria tua yang sedang menatapnya sembari menggelengkan kepalanya.

"Pergilah mandi Shiho-chan, setelah itu bergabunglah denganku untuk makan malam di bawah" ucap pria tua itu sembari melangkah masuk mendekati Haibara.

Haibara menggelengkan kepalanya pertanda menolak. "Malas" balas Haibara singkat tanpa bergerak sedikitpun dari posisinya.

"Ck..., terserah kau sajalah bocah! Ini aku bawakan beberapa baju yang dulu kau tinggalkan disini. Walaupun sepertinya tidak akan berguna karena baju baju ini terlalu besar dengan ukuran tubuhmu yang sekarang"

Setelah mengatakan itu pria tua itu kembali melangkahkan kakinya keluar dari kamar Haibara dan menutup pintunya pelan.

Saat pria tua itu sudah tidak ada, Haibara merubah posisi tidurnya yang sebelumnya tengkurap menjadi telentang. Haibara kemudian terkekeh kecil sembari mengingat-ngingat kejadian beberapa jam lalu saat dirinya baru sampai disini.

Flashback

"Shiho?" Pria tua yang membukakan pintu berukuran sangat besar itu terbelalak tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.

Tapi tiba-tiba pria tua itu menggeleng "tidak-tidak.., Shiho-chan jauh lebih besar dari anak ini. Lagi pula Shiho-chan lebih cantik dan sexy" ucapnya membantah.

Haibara yang mendengarnya mendelik kesal. "Aish.. sudahlah, biarkan aku masuk! Aku bisa mati beku di luar sini" ucap Haibara dan memaksa masuk ke dalam rumah itu.

"Hei... tunggu anak kecil, kenapa kau masuk seenaknya seperti itu!" Pria tua itu mengejar Haibara yang terus berjalan menenteng kopernya tak peduli.

BUGH

Haibara menjatuhkan tubuhnya di sebuah sofa yang berada di ruang keluarga. "Hei kau bocah! Apa-apaan ini?!" Teriak pria tua itu tidak terima.

"Hah..." Haibara menghela nafasnya kasar. "Namaku Shiho, Abraham, Shiho! Bukan bocah atau anak kecil" akhirnya Haibara membalas.

Pria tua itu menatap Haibara dengan wajah tidak percaya. "Shiho? Kau Shiho putriku? Yang benar saja bocah! Shiho sekarang sudah berusia 20 tahun. Tidak mungkin kan dia malah menyusut menjadi anak sekolah dasar sepertimu?".

Haibara kembali mendelik kesal. "Aku memang menyusut menjadi anak kecil sejak 2 tahun lalu. Dan ini karena APTX itu" balas haibara.

"Duduklah Ab, akan aku jelaskan semuanya" lanjut Haibara lagi.

Setelah itu, mengalirlah cerita bagaimana dirinya yang Seorang Shiho Miyano berubah menjadi anak kecil dan berubah nama menjadi Haibara Ai, bagaimana dia bertemu Conan, profesor Agasa, hingga perjuanganya bersama Conan dalam menghancurkan BO hingga akhirnya sekarang mereka hancur.

"Jadi Akemi sudah wafat Shiho-chan?" Tanya Abraham dengan wajah sedih. Dan mendengar itu Haibara hanya mengangguk mengiyakan.

"Lalu kenapa kau tidak memberi tahuku Shiho-chan?" Tanya Abraham lagi, kali ini air mata itu sudah terjatih dari pelupuk matanya.

"Keadaan Ab, keadaan yang membuatku tidak bisa menghubungimu. Kalau aku sampai menghubungimu atau mendatangimu keberadaanku akan terlacak dan kau akan dalam bahaya besar. Maaf"  balas Haibara sedih.

Abraham kemudian menggeleng pelan. "Sudahlah.., semua sudah terjadi. Mau bagaimana lagi. Tapi Shiho-chan, kenapa kau kemari? Maksudku, kau meninggalkan teman-temanmu dan profesor itu. Apa kau tidak sedih?"

"Sedih? Tentu. Tapi aku ingin mengabarkan apa yang sudah terjadi beberapa tahun kebelakang juga kabar kematian Akemi-neechan padamu secara langsung. Selain itu, aku memutuskan untuk tinggal bersamamu disini"

Melihat tidak ada respon apapun dari Abraham, Haibara pun berdiri dari duduknya dan melangkah pergi. "Aku ke kamarku dulu" ucap Haibara sambil terus melangkah.

"Lalu bagaimana dengan mereka di jepang? Apa kau meninggalkan mereka begitu saja? Melihat watakmu yang seperti ini aku tau kau pergi tanpa pamit" langkah Haibara terhenti mendengar pertanyaan itu.

"Itu adalah sebuah resiko, lagi pula menurutku itu setimpal. Aku bisa tinggal bersama "ayah" Auckland ku tersayang lagi. Kau tidak merindukanku ya?" Balas Haibara tanpa menoleh.

"Ya, tapi kau meninggalkan "ayah" Jepangmu tanpa sepatah katapun"

Dan setelah mendengar itu tubuh Haibara sedikit menegang. Tapi kemudian, Haibara tidak menjawab apapun dan melanjutkan langkahnya menuju kamarnya sendiri. Meninggalkan Abraham yang menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Flashback off

"Ya, setiap tindakan meiliki resiko" ucap Haibara setelah mengingat kejadian itu. Setelahnya, Haibara hanya memejamkan matanya dan kemudian terlelap.

...............

"Jadi, kenapa kau hanya berdiam diri disini tanpa melakukan apapun Shin-chan?" Sebuah suara menghentikan Conan dari lamunannya.

"Tidak ada, memangnya kenapa okasan?" balas Conan seadanya dan melanjutkan kegiatanya yaitu melamun menatap ke arah halaman rumahnya.

"Tidak ada?! Bukankah kau sudah memilih dan mengambil keputusan mengenai mereka berdua?" Yukiko, ibu Conan itu pun menjawab kaget.

Conan yang mengerti arah pembicaraan ini menatap malas ibunya. "Aku sedang tidak ingin membahasnya".

Yukiko mendelik kesal. "Kenapa kau tidak memulainya dari Inggris, Shin-chan? Bukankah dia lahir disana?" Pertanyaan Yukiko membuat Conan menatap ibunya tidak percaya.

"Dari mana okasan tau?" Tanya Cona dengan nada kekagetan yang kentara.

"Dengan melihat Ran yang menangis sambil berlari keluar dari rumah pun okasan sudah mengetahuinya" balas Yukiko santai.

"Maaf" ucap Conan lirih setelah mendengar perkataan ibunya itu.

Yukiko menatap anak semata wayangnya itu denga tatapan heran. "Kenapa kau meminta maaf Shin-chan?"

Conan menggeleng pelan "maaf karena membuat mimpi kalian hancur, mimpi untuk membuat Ran menjadi menantu kalian karena aku lebih memilih Haibara".

Yukiko yang mendengar itu terkekeh kecil. "Memang siapa yang berkata kalau kami menginginkan Ran sebagai menantu kami?"

"Cara pandang dan nada bicara otousan dan okasan lah yang membuatku berfikiran seperti itu. Kalian tidak suka kan dengan pernyataanku saat di meja makan saat itu? Saat aku meminta kalian untuk tidak keberatan menjadikan Haibara sebagai menantu kalian" balas Conan panjang lebar.

Yukiko kemudian merengkuh putranya itu dan menggeleng. "Kau salah Shin-chan, saat itu kami hanya merasa aneh karena kau kelimpungan dan terlihat gila karena Ai-chan menghilang. Aku dan ayahmu hanya kaget karena kau bahkan mengabaikan Ran karena hal itu. Itulah kenapa ayahmu bertanya seperti itu saat itu"

"Percayalah, aku ataupun ibumu tidak akan mempermasalahkan siapa yang akan kau pilih. Karena kami tau kau telah yakin dengan pilihanmu"

Suara itu bukan mucul dari mulut Yukiko maupun Conan, melainkan dari mulut Yusaku. Conan dan Yukiko yang mendengar itu mengalihkan pandangannya ke arah belakang mereka.

"Apa perlu aku membantumu mencarinya Shinichi?" Tanya Yusaku sembari mendekati anak dan istrinya itu.

Conan kemudian menggeleng dan tersenyum. "Tidak perlu otousan, aku akan mencarinya sendiri dengan usahaku sendiri" dan setelah itu Conan melepaskan diri dari pelukan ibunya dan melangkah menuju komputer yang ada di meja belajarnya.

"Aku akan memulainya dari Inggris''

.............

TBC

OK, DONE! Maaf ya lama next nya, soalnya lagi sibuk daftar univ nih... doain ya guys. Tapi insyaallah kalau gak ada halangan mulai bulan depan aku free job kok, jadi bakalan sering post. Doain aja ya... see you in the next chapter guys! Don't forget to voment 💕

Where Are You Haibara?!Where stories live. Discover now