Case 2 : Beginning (Part 2)

Start from the beginning
                                        

Si pemuda berkacamata menggebuk belakang sang kapten dengan tak tahu malu dan mengusap airmata di sisi matanya.

"Wa-wajahmu itu... pffft-"

"Aku serius, Mizutani." Ootsubo memijat pangkal hidungnya secara Imajiner.

Mizutani menarik napas dalam, mencoba menelan tawanya.

"Maaf-maaf.. ekspresimu lucu sekali, aku tidak tahan."  Komentarnya diselingi kekehan kecil.

"Jadi..."

Pemuda pemilik eagle eye itu meraih botol air dan meneguk setengahnya, lalu kembali pada kapten yang masih setia menunggu jawaban.

"Tidak ada masalah, sebenarnya. Aku hanya... kurang tidur."

"Kurang tidur?" Ootsubo memang menyadari kantung mata Mizutani sedikit menghitam. Tapi tidak menduga si pemuda adalah tipe anak yang suka keluar malam-malam.

"Bagaimana ya... Aku masih belum memutuskan masuk universitas dan jurusan yang pas. Jadi aku sering mencari data universitas. Dan ternyata itu cukup mengganggu jam tidurku."

Ootsubo mengamatinya, lama. Sebelum menghela nafas dan beranjak dari tempatnya.

"Jangan terlalu sering bergadang. Sebentar lagi kita akan melawan Seirin, dan aku tidak mau hal seperti tadi terjadi saat pertandingan."

"Siap, laksanakan." Mizutani memasang tangannya ke posisi hormat dengan senyum lebar, Ootsubo hanya menghela nafas dan kembali ke lapangan.

Beberapa adik tingkat melihat kearah mereka dengan tatapan bertanya tanya, penasaran apa yang sebenarnya terjadi apalagi jarang-jarang kedua senior itu terlihat akrab seperti tadi.

Sang kapten nampaknya tak mau berkata banyak. Beberapa masih mencoba mendapat jawaban dari Mizutani, namun tentu saja tak mendapat balasan yang memuaskan.

Dan latihan akhirnya kembali berjalan setelah Miyaji turun tangan dan melempar beberapa nanas ke arena.

~Skip Time~

"Tadaima."

"Okaeri, Kazunari."

Mizutani mengikuti sang adik dari belakang. Tak terlalu ambil pusing ketika ayahnya tak menyambut dirinya.

Sudah terlalu biasa, meski hati kadang masih perih rasanya. Karena bagaimanapun, pria itu tetap ayahnya kan?

Sosok wanita paruh baya muncul, mata keperakan miliknya menangkap kedatangan kedua putra. Senyumnya pun mengembang.

"Okaeri, Kazu-chan, Mizu-kun."

Kazunari memberi pelukan erat pada ibunya, lalu naik tangga untuk mencapai kamarnya. Mizutani hanya tersenyum tipis di belakang dan menoleh ke sang ibu.

"Ada yang bisa kubantu, kaa-san? "

Wanita itu hanya tersenyum manis dan menggeleng. Mizutani mengangguk singkat.

Tangga demi tangga berderit ketika kaki pemuda dengan berat 73kg itu menginjakkan kaki. Tak butuh waktu lama untuk dirinya menemukan kamar dengan gantungan kayu berukirkan namanya di sisi kiri koridor, berlawanan arah dengan kamar sang adik yang terletak di seberang.

Membuka kunci, Mizutani akhirnya menapaki kamarnya kembali. Menarik napas, ia melepas tas selempangnya, meletakkannya di samping lemari kemudian melepas kacamatanya.

Code Name : Sea! [SLOW-UPDATE]Where stories live. Discover now