3. Menyakitkan, tapi kau tidak bisa membenci rasa itu

Comenzar desde el principio
                                        

Sret!

"Woaaa! Taeyong!!"
.
.
.

Taeyong terduduk sendirian di sisi lapangan. Pergelangan kaki kirinya dibebat perban lantaran terkilir akibat terjatuh dari tangga tadi.

"Oper ke sini! Oper!"

"Ahahaha!"

Taeyong hanya bisa melihat teman-temannya yang tertawa-tawa sambil bermain bola. Dia yang tak bisa bergerak banyak karena kakinya terluka hanya bisa menonton dengan pasrah.

'Semuanya kelihatan bersenang-senang. Beruntungnya mereka... Tak akan ada yang ke sini. Membosankan...'

Taeyong merasakan seseorang mendekat dan begitu menoleh, dia benar-benar terkejut melihat siapa yang sudah berdiri di sampingnya.

'Jaehyun...? Kenapa dia di sini...'

"Kau baik-baik saja? Kau jatuh dari tangga 'kan?"

'Eegh? Apa dia melihatku jatuh? Memalukan sekali...'

"A-aku baik!! Hehe... Jaehyun, kenapa bisa di sini?"

"Menjalankan tugas dari guru." Jaehyun menunjuk ruang guru di belakangya. "Karena hari ini adalah giliranku."

"Oh, kau mendapat itu dari ruang guru? Apa itu peta?" Taeyong merujuk pada benda berupa gulungan besar kertas yang dibawa Jaehyun. "Kalau peta itu untuk pelajaran di kelas, bukankah berarti semua orang sedang menunggumu kembali?"

"Tak apa kalau aku berkeliaran sedikit. Itu hak mereka yang mendapatkan giliran tugas. Lagipula yang menungguku juga hanya guru sebenarnya."

"Ah, benar juga."

'Jaehyun bicara lebih banyak dari yang kukira. Dan karena aku sedang sendirian dan kebosanan, aku merasa senang sekali dia datang. Mungkinkah Jaehyun memang sengaja ke sini untuk menemaniku? Ah, hanya bercanda. Itu tak mungkin terjadi, hehehe...'

Taeyong memandangi bagian pahanya. Di atasnya, ada bayangan Jaehyun yang tengah berdiri.

'Ada bayangan Jaehyun di kakiku... Lihat, bayangannya saja terlihat keren.'

Dengan perasaan berdebar yang entah muncul dari mana, Taeyong mencoba menyentuh bayangan itu. Semakin dekat tangannya pada bayangan itu, semakin kencang pula debaran di dadanya.

"HEII!! KAU MENGOPER KE MANA SIH?!"

Teriakan salah satu teman Taeyong dari lapangan membuatnya terlonjak di tempat.

"Aku pergi sekarang." Melihat bola menggelinding ke arah mereka, Jaehyun memutuskan untuk pergi.

"Eh? Baiklah..."

Jaehyun sudah pergi saat ada seseorang mendekati Taeyong untuk mengambil bola.

"Kenapa dia bisa di sini?" Yutalah yang datang. Dia mengusap keringat di wajah dengan kaus yang dipakainya.

"Oh, dia baru kembali dari ruang guru katanya dan berkeliaran sedikit setelah mengambil peta."

"Begitu..."

"Sebenarnya itu cukup membantuku. Aku kesepian sendirian saja di sini, tak ada yang bisa kulakukan."

"Benarkah? Kenapa tak bilang dari tadi?" Yuta memungut bola lalu melemparkannya kembali ke arah lapangan. Bukannya kembali ke lapangan, dia malah mendudukan dirinya di tanah di samping Taeyong.

"Kalau kau bilang, aku akan segera ke sini dan menemanimu." Yuta memeluk lututnya demi menyamankan posisi duduknya.

"Terima kasih..."

"Tak apa, karena aku memang ingin melakukannya."

Taeyong merasakan dadanya memberat dengan debaran yang muncul setelah mendengar kalimat Yuta. 'Apakah begini rasanya diperlakukan baik oleh orang yang kau sukai?'
.
.
.

Taeyong menceritakan soal kejadian saat olahraga tadi pada teman-temannya. Tentu saja yang dia ceritakan lebih banyak tentang Yuta daripada tentang Jaehyun. Taeyong masih merasa beberapa hal tentang Jaehyun yang dirasakannya perlu sedikit dirahasiakan.

"Hmm, aku penasaran, apakah yang kurasakan ini benar atau tidak."

"Yah, kalian berteman sudah terlalu lama, wajar saja kalau kau tidak menyadarinya." Balas Ten.

"Memangnya kalau jatuh cinta itu rasanya seperti apa sih?" Taeyong masih tak mengerti. Ketiga teman Taeyong berpikir cara yang paling mudah untuk menjelaskannya pada Taeyong.

Doyoung berbicara lebih dulu. "Hm? Contohnya, dengan memikirkan orang itu saja, jantungmu akan terasa 'dugeun dugeun'."

Giliran Haechan. "Terkadang, bisa juga terasa menyakitkan. Seperti kau ingin menangis tanpa alasan yang jelas. Dan serasa ada yang meremas dadamu dari dalam."

"Benar! benar!" Ten menimpali.

"Ugh? Menyakitkan, kok kedengerannya seram ya?"

Ten mengerti kalau dijelaskan begitu saja Taeyong bisa salah paham, makanya dia menambahkan. "Nah, memang kedengerannya menyakitkan, tapi kau tidak bisa membenci rasa itu."

'Menyakitkan, tapi tak bisa membencinya?' Taeyong masih tidak mengerti.
.
.
.

To Be Contiuned~
.
.
.

Buat yg read and voment terima kasih sebelumnya🤗

STROBE EDGE (JAEYONG version)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora