Prioritas (3)

2.1K 261 17
                                    

Sejak kecil Wendy tumbuh dalam didikan orang tua yang teratur. Semua hal sudah dipertimbangkan, direncanakan bagaimana tahapan-tahapannya, tak lupa dengan segala resiko atau hal-hal yang menghambat rencana tersebut, sebuah rencana cadangan sudah dipersiapkan. Wendy dengan sukarela mengikuti alur yang telah dibuat oleh orang tuanya, dari pendidikan, segala aturan di rumah seperti apa, bagaimana cara bersikap, termasuk mengelola uang bagaimana. Wendy berpikir seperti itulah seharusnya orang tua, mengarahkan sang anak ke dalam hal-hal baik.

Namun di sisi lain orang tua Wendy tidak pernah menuntut sampai kadar memaksa sang anak harus menjadi seseorang yang mereka inginkan. Tidak, sikap konservatif mereka tidak sampai seperti itu. Setelah cukup dewasa, orang tua Wendy membebaskan anak-anaknya meraih mimpi yang mereka inginkan. Maka ketika Wendy memutuskan ingin meneruskan SMA di Korea, tidak ikut kembali ke Kanada bersama keluarganya, mereka hanya berdiskusi tentang tempat tinggal dan keperluan selama Wendy hidup sendiri. Ditambah izin dari orang tua Seulgi, yang mana Seulgi diminta menemani Wendy tinggal di flat sederhana yang berjarak lima blok dari sekolah.

Mengingat didikan orang tuanya yang teratur, maka dalam kamus hidup Wendy yang kala itu masih belia, pendidikan adalah prioritas yang paling atas. Jatuh cinta kepada lawan jenis bukan hal yang harus dia masukan dalam skala prioritasnya. Sewaktu dalam jenjang SMA, dia lebih tertarik dengan belajar atau buku-buku perpustakaan daripada duduk di bangku penonton melihat para anak lelaki bermain basket. Tapi memiliki sahabat seperti Seulgi, membuat Wendy terkadang akan duduk di sana sekali dua kali demi menemani sahabatnya itu berteriak menyebut satu nama yang kini menjabat sebagai kekasih Seulgi.

Seulgi pernah beberapa kali mencoba mengenalkan teman Jongin pada Wendy supaya Wendy tidak sendirian saat Seulgi dan Jongin berkencan. Wendy tahu sisi lain Seulgi yang ingin mendorong Wendy supaya mempunyai kekasih, namun pada akhirnya semua berakhir sama. Wendy tidak tertarik dengan ikatan seperti itu. Terhadap lawan jenis dia lebih nyaman menjalin hubungan sebatas teman. Kalaupun ada seseorang yang dirasa memiliki kelebihan yang bisa membuatnya senang, Wendy menganggapnya sebatas rasa kagum. Sebagai contoh di antaranya adalah Nam Taehyun. Wendy mengagumi teman seangkatannya itu karena suaranya sangat merdu saat bernyanyi bersama band-nya. Hanya itu.

Wendy bukannya introvert, lingkaran pertemanannya pun lumayan. Dia juga senang bertukar pikiran dengan orang lain, apalagi saat berdiskusi dengan tim paduan suaranya saat sekolah. Namun kembali lagi ke prinsip hidup Wendy, segala sesuatu harus dipertimbangkan. Maka jika ada suatu hal yang tidak terlalu penting, lebih baik tidak perlu dilakukan.

"Wen!" Satu panggilan cukup keras itu berhasil menyentak Wendy dari lamunan. Saat kepalanya berputar ke arah suara, irisnya bertemu milik Seulgi yang menatapnya khawatir.

"Kamu belakangan ini jadi suka melamun. Ada yang mengganggu pikiranmu?"

Wendy menghela napas, lalu mengangguk. "Chanyeol tidak bisa menyusul ke Busan, ke pernikahan Joohyun. Lusa dia akan ke London."

Kalimat terakhir Wendy terdengar lirih. Kekalutan menyergapnya saat membaca pesan Chanyeol beberapa saat lalu. Dua hari lagi adalah pernikahan Joohyun, Wendy sudah berpesan jauh-jauh hari supaya Chanyeol bisa datang ke pernikahan temannya itu.

Kemudian mendadak dada Wendy terasa sesak. Hari-hari sibuknya yang biasanya menyenangkan sekarang entah kenapa menjadi berat. Pikirannya berkecamuk antara ingin menetap di sini sampai acara selesai atau pulang untuk menemui Chanyeol. Lalu tahu-tahu air matanya sudah menetes begitu saja saat matanya mengerjap.

"Wen," Seulgi yang duduk di samping Wendy mengusap pundak sahabatnya. Siang itu mereka sedang makan di restoran cepat saji setelah mengurus beberapa hal. "Sebenarnya aku tidak ingin mencampuri urusanmu kalau itu dengan Chanyeol. Tapi melihat kamu tidak fokus begini cukup membuatku khawatir, tahu. Sepertinya kali ini masalah kalian serius. Entah apakah ini menyangkut yang dibicarakan ibu Joohyun kemarin atau tidak, kalau kamu ingin segera menemui Chanyeol sebelum dia pergi, lebih baik sekarang kamu pulang saja."

The Time We Will Always In Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang