Pregnant

2.3K 246 21
                                    

Dilema. Itu yang dirasakan Chanyeol sekarang. Antara membatalkan pekerjaannya atau meninggalkan Wendy, istrinya yang tengah hamil dua minggu.

"Aku tahu kamu khawatir dengan kondisiku Yeol, tapi tidak perlu berlebihan sampai membatalkan jadwalmu ke Jepang. Bagaimanapun mereka klienmu dan kamu tidak boleh mengecewakan mereka."

Ya, masalahnya kali ini Chanyeol mendapat klien yang berdomisili di Jepang. Sebenarnya Wendy fine-fine saja Chanyeol terbang kesana. Toh semua itu demi pekerjaan, dan biasanya Chanyeol memakan waktu dua minggu saja untuk sebuah pemotretan yang mengharuskannya ke luar negeri. Dan lagi, usia kandungan Wendy masih muda, bahkan perutnya masih terlihat rata.

Namun rupanya sisi paranoid Chanyeol (yang menurut Wendy berlebihan) membuat pria tinggi itu merasa harus selalu ada di samping Wendy. Yah, namanya juga kehamilan anak pertama mereka, jadi ini merupakan pengalaman baru bagi keduanya.

"Mereka pasti bisa maklum kalau aku bilang istriku sedang hamil." Chanyeol rupanya tetap bersikukuh dengan keputusannya, yang membuat Wendy menghela napas. "Aku pun tidak serta merta akan membatalkan begitu saja, Wen. Aku akan menyarankan pada klienku untuk menggunakan jasa fotografer yang lain. Temanku yang sesama fotografer pun ada."

"Yeol, tapi aku tahu klienmu ini seperti apa. Tidakkah kamu merasa kurang profesional dengan mengatakan alasan seperti itu? Aku--bahkan juga kamu--sepertinya tahu apa resiko yang terjadi jika kamu tiba-tiba membatalkan janji begini."

Chanyeol tentu saja tahu resiko besar yang menantinya. Klien yang akan menggunakan jasanya merupakan pendiri fashion yang menjadi brand ambassador besar di Negeri Sakura. Satu fakta yang sudah menjadi rahasia umum kliennya adalah mereka sangat perfeksionis, tidak suka memberi toleran pada kesalahan, dan sangat menghargai waktu. Maka janji termasuk di dalamnya. Segala aturan itu berlaku pada semua, baik untuk staff mereka sampai ke model artis yang mereka kontrak. Dengan semua kedisplinan itu, sang atasan tidak segan untuk memecat staff atau mencabut kontrak dengan model atau memutus hubungan kerjasama dengan klien, apabila terjadi sesuatu yang tidak sesuai.

Bagi Chanyeol, dia tidak begitu peduli jika benar kliennya itu tidak akan menggunakan jasanya lagi karena ke-tidak profesional-annya. Rasanya dia berat hati meninggalkan Wendy jauh-jauh yang kini tengah mengandung.

"Aku meminta kamu tetap pergi bukan karena aku tidak peduli dengan kehamilanku." Wendy berujar lagi sambil tangannya terulur menggenggam tangan Chanyeol, seakan ingin meyakinkan suaminya. "Aku tidak ingin kamu gegabah Yeol, mengubah ulang jadwal yang sudah tersusun atau membatalkan  janji yang sudah disepakati itu tidak mudah. Banyak pihak yang kecewa nantinya. Please Yeol, pergi saja ke Jepang dan lakukan pekerjaanmu. Untuk yang terakhir kali. Setelah itu kalau kamu memutuskan akan menerima klien yang berada di Korea saja seperti yang kamu bilang tadi, silahkan."

Lagi-lagi ego Chanyeol kalah dengan Wendy. Dihembuskannya napas panjang, lalu mengangguk. "Baik. Aku tetap pergi ke Jepang sesuai ucapanmu. Puas?"

Senyum Wendy terbit di bibirnya. Namun bertahan hanya dua detik saat Chanyeol mengultimatumnya kemudian.

"Tapi selama aku ke Jepang kamu tidak boleh bekerja."

Wendy mendengus kesal. "Kita sudah membahas ini Yeol. Kamu bilang aku boleh bekerja selama itu pekerjaan yang bisa kulakukan di belakang meja. Lagipula aku tidak bisa melepaskan begitu saja semuanya pada Sejeong."

"Iya aku memang bilang begitu karena aku di sini, di Korea. Dan aku ingin melakukan pengecualian saat aku nanti berada di Jepang."

"Kamu menyebalkan." Wendy berujar sambil menghempaskan tangan Chanyeol yang tadi digenggamnya.

Chanyeol mengendikkan bahu seolah tak peduli, tangannya mengambil piring-piring dan gelas-gelas kosong di depan mereka lalu beranjak ke wastafel untuk mencucinya. Percakapan mereka ini berlangsung setelah makan malam mereka yang usai beberapa saat lalu.

The Time We Will Always In Love [✓]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें