- 4 -

445 52 0
                                    

.
..
...

Di kaca bus itu tertangkap pantulan cahaya yg menampakkan bayangan dirinya. Tapi yg bisa ia lihat hanya dirinya. Dan seseorang yg duduk sendiri di bangku seberang bangku tempat sungjae duduk. Tapi yeoja di sampingnya ini—

Sungjae tak bisa melihat bayangannya.

Sungjae masih terdiam beberapa saat dan terlonjak mendadak saat kesadarannya kembali. Ia menoleh dan menatap yeoja di sampingnya dengan tatapan tak percaya dan sulit diartikan dengan kata-kata.

"K-kau siapa?! Se-sebenarnya kau ini apa??!"

Yeoja itu menutup mulut sungjae dengan tangannya saat suara sungjae ia rasa menjadi meninggi. Hal ini membuat beberapa orang yg menumpang di dalam bis menoleh kearah sungjae dan dirinya, ah— tentu saja tak ada yg bisa melihat yeoja itu.

"Haishh!! Pelankan suaramu. Pabo! Kau mau dibilang gila?"

Yeoja itu mencelos dan bergumam kesal melihat sikap terkejut sungjae yg menurutnya diluar kendalinya. Kemudian yeoja itu menghela nafasnya pelan, menundukkan kepalanya. Ia terlihat murung.

"Sooyoung. Park sooyoung imnida. Aku hanya seorang gadis biasa. Kalau kau tanya kenapa aku bisa begini, aku—"

Sooyoung menggantungkan kata-katanya saat menoleh kearah sungjae. Ekspresi wajahnya menjadi sangat penasaran. Tapi hal itu tak lantas membuat sooyoung melanjutkan penjelasannya. Ia takut sungjae menganggapnya gila atau bahkan berteriak seperti tadi. Tidak. Sooyoung akan ikut kemana sungjae pergi dulu.

"Eum— kau mau kemana? Aku rasa lebih baik kita tidak bicarakan ini disini."

Sooyoung mengedarkan penglihatannya ke seisi bus yg tak terlalu banyak penumpangnya ini. Sungjae yg melihatnya malah menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Apa??! Jangan katakan kau mau ikut denganku? Ck! Cepat katakan!"

"Hey anak muda. Disini bukan tempat yg—"

"Kau sebenarnya apa sih? Penguntit? Ck. Kau ini bisa sulap kan? Semuanya pasti untuk membodohiku. Kau ini inginkan apa dariku?"

Kata-kata sungjae yg terlalu jelas masuk indera pendengaran sooyoung mampu membuat sooyoung terdiam menatap netra sungjae. Keduanya menjadi saling menatap. Setelah hening yg membatasi keduanya beberapa saat sooyoung akhirnya angkat bicara. Kali ini, suaranya lebih tegas.

"Kau boleh memakiku. Tapi setelah kau tau siapa aku. Dan aku—"

Hening.

"Aku tak akan bicara siapa aku disini, yook-sung-jae"

Ups. Bagaimana sooyoung tau nama sungjae? Haha tentu saja dari nametag yg tersangkut di bagian kiri  jas sekolahnya. Tapi tak penting soal itu, yg terpenting sekarang keduanya kembali hening dan saling menatap.

Sungjae yg mendengar nada suara sooyoung menjadi sebegini seriusnya, ia yakin semua dugaannya yg tadi ia lontarkan sepertinya tak semuanya benar. Awalnya, sungjae ingin tertawa dan menolak yeoja yg mengaku bernama sooyoung ini untuk ikut dengannya. Tapi— kalau ia menolak, semua pertanyaannya sejak bertemu dengan yeoja ini tak akan pernah terjawab, mungkin— selama-lamanya.

Sungjae mengalihkan pandangannya, melihat sudah sejauh mana bus ini melaju. Ternyata halte setelah ini adalah halte yg ia tuju.

Sungjae bangkit dan menyambar pergelangan tangan sooyoung. Ia menariknya dan menuju bagian depan bus. Sooyoung yg kaget hanya bisa terdiam, mengikuti langkah kaki pria didepannya tanpa bicara apapun.

"Ahjushi. Tolong berhenti di halte depan"

Ucapan sungjae dijawab anggukan oleh bapak supir bus yg sesegera mungkin menepikan bus yg ia bawa di halte terdekat. Setelah membayar sejumlah uang, sungjae menuruni satu persatu tangga bus dan berhenti sejenak di depan haltenya.

\\TAMAT\\ [ bbyu ] Un-Expected ChanceWhere stories live. Discover now