15

3.2K 149 0
                                    

Aku mengingat semuanya sekarang. Walau ada beberapa yang belum aku ingat. Tapi aku ingat, karena ketiga teman ku dan Rafa menceritakan hal-hal apa saja yang pernah kita lewati bersama.

Aku juga sudah paham kenapa Rafa meminta sore untuk bisa ke rumah ku. Katanya dia punya kelas di kampusnya.

Aku belum bisa ke kampus, kata Rafa tunggu sampai sembuh.

Ketiga temanku sudah pamit pulang. Mereka tidak bisa berlama-lama karena punya urusan masing-masing. Tapi Rafa masih setia di sampingku.

"Besok kamu ada kelas?" tanyaku membuka pembicaraan.

"Ada, pagi. Emang kenapa?" tanyanya balik.

"Aku penasaran sama kampus kita. Aku yakin aku bisa masuk ke kelas, Rafa. Aku mohon, aku ingin ikut," rengekku manja.

"Jangan. Nanti kalo kepala kamu sakit gimana?" ujar Rafa sambil mengelus kepalaku.

"Aku langsung minum obat deh,"

"Enggak. Nih ya,"-Rafa merubah posisi duduknya menghadapku-"kalo kamu sakit, aku itu panik setengah mati. Aku khawatir dan cemas banget kalo tau kamu sakit. Jadi, lebih baik jangan masuk kuliah dulu!" ucapnya panjang lebar sambil menggenggam erat kedua tanganku.

"Baiklah, aku menurut," ucapku pasrah.

"Nah, gitu dong. Itu baru Annabel yang aku kenal," ucap Rafa sambil mengacak rambutku gemas.

Entah kenapa, aku selalu merasa nyaman di dekat Rafa. Dia selalu memberi kenyamanan, keamanan, dan setiap sentuhannya membuat aku nyaman.

Mungkin, itu sebabnya aku menjadi kekasih Rafa. Aku suka sama Rafa. Mungkin sudah lebih dari suka. Karena melihat Rafa pergi saja, hatiku langsung merasa sepi.

"Hayo! Mikirin apa lagi?" ujar Rafa membangunkan ku dari lamunan.

"Lagi, mikirin kamu!" ujarku bercanda namun berdasarkan fakta.

"Bisa aja!" ucap Rafa setelah tertawa.

Rafa kalo tertawa ganteng juga ya. Aku baru sadar kalo Rafa itu ganteng. Dibandingkan dengan Vio dan Samuel, Rafa lebih ganteng. Satu poin bertambah untuk alasan aku menyukai Rafa.

"Rafa, makan yuk! Tante udah buatkan makan malam," ucap Mama dari arah dapur.

"Aku gak di tawarin, Ma?" tanyaku sarkastik.

"Iya pasti juga dong. Ayo semuanya! Kita makan bersama-sama!"

Kami pun makan malam bersama. Hanya saja tidak ada Papa. Kata Mama, Papa belum pulang kerja sehingga tidak bisa makan malam bersama kami.

==========

Who am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang