BSDH(30)

308 21 3
                                    

Pagi ini hampir sama seperti pagi-pagi sebelumnya bangun tidur seperti biasanya, berkemas lalu bersiap untuk berangkat kesekolah. Ya masih belum ada yang menarik setelah kepulangannya dari Bali dan setelah mengambil keputusan bodoh itu, Reina gadis yang sudah genap berusia18 tahun itu kini sedang merapikan dasi yang berantakan di kerah baju. Ia sudah hampir frustasi saat Kakaknya datang menghampiri dengan perlengkapan lengkap anak kuliahan, lalu mengambil posisi duduk di samping kanannya. Kedua kakak beradik itu masih setia menunggu Ibunya untuk menghidangkan sarapan pagi untuk mereka.

"Masih belum bisa pakai dasi Rei?" itu suara Kakaknya, Suara lembut yang Reina yakini banyak lelaki tampan dikampusnya bisa mati kelepek kelepek dengan suara lembut Kakaknya itu, huh sangat berbeda dengan dirinya yang mewarisi suara cempreng nan menyebalkan itu.

"Iyanih gue masih bloon makai dasi Kak"

Mari kita kembali pada kemarin sore, saat Reina baru pulang menghadiri pertandingan basket Tyo oke ralat tidak benar benar menontonnya, Reina datang saja pialanya sudah dipeluk peluk dengan teman teman Tyo. Intinya saat Reina melihat Kakaknya duduk disana bersama teman teman Tyo dan tertawa seakan melupakan penyakitnya, tertawa seakan dunia ini bukan tentang dirinya.

Dan saat itu Reina benar benar memutuskan untuk berdamai dengan egonya, saat pulang kerumah Reina sudah menemukan Mommynya tengah berbincang ringan dengan Kakaknya-Kathrine. Dirinya cukup lelah dengan segala macam bentuk cerita hari ini, ia hanya membutuhkan berbaring nyaman diatas kasurnya, ia bertegur sapa sekilas pada Mommy dan Kakaknya kemudian melanjutkan berjalan ke kamar.

Reina merebahkan badannya diatas kasur yang sudah dua minggu ini ditinggalkannya karena berlibur ke Bali.

"Helo beb, do you miss me ha? Yeah cause I really missed you beb"

Jangan ditanya untuk siapa Reina mengucapkan kalimat menjijikan itu, tentu saja untuk kasur kesayangannya.Saat matanya mulai meredup suara hujan diluar seakan menjadi alunan tersendiri sebagai penghantar tidur siang eh salah deng tidur sore karena sekarang sudah menunjukkan pukul 5.15 WIB. Dentuman pintu membuat acara tidur sorenya gagal total, dan si pembuat onar itu adalah Kakaknya sendiri. Reina menghela nafas kesalnya, lalu bangun dan duduk ditepi kasurnya sambil menatap lelah wajah Kakaknya yang masih betah bertengger didepan pintu kamarnya.

"What? Come in" tawar Reina pada Kathrine.

"Thanks Rei" Reina menjawabnya dengan anggukan kepala .

"Lo ngantuk? Gue tau lo capek banget hari ini, gue juga tau hari ini lo melewati banyak hal dengan extra energy. Tapi Rei gue cuma mau jelasin kalau gue dateng kesana itu karena—"

"Jadi lo kira gue bakalan bahas soal kedatangan lo ke pertandingan Tyo tadi Kak?"

"Heh? Jadi tadi lo gak ikutan duduk di ruang tamu sama Mommy bukan karena marah sama gue?"

Reina mengangkat bahunya kemudian kembali berbaring dikasur dan mengangkat kakinya keatas sambil menjawab "Nope".

"Seriously?"

"Hm. Malah sebenarnya gue yang mau say sorry soal sikap gue ke lo yang tiba tiba jadi dingin kaya es batu. Tapi serius deh kak gue gak gitu amat kok" Reina diam sesaat menunggu respon dari Kathrine. Tidak lama waktu berselang Reina merasakan Kathrine memeluknya dari samping.

"Sejak kapan gue bisa marah sama lo Rei? Lo itu adik kesayangan gue, gue rela dah ngapain aja demi lo" sahut Kathrine dengan suara sok dramatis, membuat Reina tertawa lepas dan membalas pelukan dari Kakaknya itu. Kemudian Reina bertanya kembali
"Serius demi apapun buat gue Kak?"

Kathrine mengangguk mantap.
"Boleh dong lo ikhlasin cowo yang lo taksir buat gue"

Kathrine seketika tersedak saat akan meminum Air mineral dikamar Reina, ia terbatuk batuk dan berusaha menetralkan wajahnya yang berubah 100%.

Bersama Senja dan Hujan(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang