BSDH(5)

292 15 0
                                    

"Aduh!" Reina mendengus sakit akibat tertabrak oleh seorang siswi kelas 3 IPA 2 yang sedang membawa banyak buku di hadapannya, Reina berdiri kemudian merapikan pakaiannya dan berjalan santai. Rambutnya yang tadi acak acakkan kini sudah mulai kembali rapih, dengan sisir tangannya.

"Reina....."

Panggil seseorang membuat Reina membalikkan badannya, dan tersenyum menyapa orang ini. "Ya Kenapa Fit?", "Gini Rei gue mau sampaikan aja dari Ketos kalau lo diundang ke Talk Show hari minggu besok Rei acaranya".

Reina tampak berfikir sejenak sebelum menjawab Fitri "Di kampus kakak gue ya Fit? Boleh deh ntar apa aja yang bakalan di bahas disana?", "Iya Rei di kampus kakak lo. Entar lo bakal jadi moderator nah entar narasumbernya itu bakal bahas tentang konsep penyesuaian diri di era 4.0 dan itu dibayar Rei. Yah lumayanlah buat jajan doang".

Reina mengangguk setuju pada tawaran dari Fitri lalu kembali jalan ke arah kelasnya. Sudah setengah hari ia tidak melihat Tyo, dan itu membuat Reina tidak nyaman. Rasanya ia ingin menyusulnya ke lab kimia agar dapat bertemu Tyo, namun ia tidak mengikuti kata hatinya. Reina lebih memilih duduk diam di kelasnya menunggu bell pulang berbunyi sebentar lagi.

****

"Halo Tyo, lo kenapa gak ada nongol tadi ha? Gue nungguin lo kaya anak ayam nunggu makan, dan lo ternyata malah balik deluan, Gue kesel sama lo, sumpah!!!!"

"Astaga Na mana gue tau kalau lo nungguin gue. Ya gue baca sms lo lah hp gue aja di tas mulu. Aduh Na, udahan ya ngambeknya, kerumah gue deh kita makan makan"

"Lo selalu nyogok gue pake makanan, tapi yaudah boleh deh. Gue juga lagi laper, tunggu 5 menit Yo!!!!".

Reina mematikan ponselnya kemudian membuka lemari dan mengambil jaket kesayangannya yang berwarna abu abu tua. Reina berlari tergesa gesa menuruni anak tangga, dan hasilnya ia terjatuh.

"Rei lo kenapa sih, larian kaya dikejar setan aja. Mau kemana lo?", "Aduh sakit Kak bantuin kek ini malah ngoceh aja". Kathrine memutar kesal bola matanya dan mengulurkan tangan untuk membantu adiknya.

"Thank's Kak. Gue mau kerumah Tyo Kak dia nungguin disana, gue deluan ya Kak. Bye".

Kathrine yang melihat kepergian Reina haya menggelengkan kepalanya saja, bukan tidak ada arti Kathrine baru saja menyingkirkan fikiran negative yang terlintas begitu saja saat mendengar kalimat terakhir Reina tadi.

Di sisi lain Reina sudah tiba di depan rumah Tyo, rumah minimalis yang terksesan sangat mewah bercat silver dan perpaduan dengan putih tulang. Benar benar rumah keluarga Brahmyto.

Reina memencet bell yang berada disisi kiri pintu rumah ini, dan memanggil nama Tyo berulang kali namun sang empu belum juga menampakkan batang hidungnya. "Tyo!!!! Gue datang nih, Halo Tyo???!!"

1 detik
2 detik
3 detik

Dan pintu rumah ini masih saja tertutup membuat Reina mati bosan menunggu sang pemilik rumah nongol. "Ck! Awas aja Tyo gue balas!" Decakan Reina berkali kali karena sampai saat ini pintu rumah belum juga terbuka.

Reina kembali memencet bell dan teriak layaknya rumah ini adalah miliknya. "Tyooooo buka woi!!! Kalau gak buka gue dobrak nih. Satu.... dua...... ti---"

"Na kebiasaan teriak teriak, bising tau gak". Dan akhirnya orang yang ditunggu tunggu pun keluar. Memang Tyo selalu membuat Reina naik darah, untung saja Reina adalah gadis yang baik hati tidak sombong serta rajin menabung jika tidak mungkin Tyo sudah habis ia hajar.

"Gue udah lama banget nunggu dan lo-- astaga gue benci banget. Argh!!!" Reina menggeram kesal karena tampang Tyo yang ala kadarnya.

"Masuk dulu deh Na, suka banget bikin keributan di depan rumah orang". Tanpa di persilahkanpun Reina memang akan masuk, ia sudah benar benar lelah berdiri.

Bersama Senja dan Hujan(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang