BSDH(2)

1.4K 45 3
                                    

"Maaf Mrs Sudah saya hubungi tapi nomor beliau tidak aktif, saya tidak berbohong Mrs. Orang tua Reina memang sedang berada di luar negeri Mrs buktinya nomor ponselnya yang biasa beliau gunakan di Indonesia tidak aktif, Mrs". Mrs. Nelthin memandang Tyo dengan tatapan menyelidik mencari kebohongan yang kemungkinan akan ia katakan demi menyelamatkan sahabatnya kali ini. "Renan apa jaminan kamu kalau orang tua Ms. Varquez sedang di luar negeri?".

Tyo menarik nafas dalam dalam dengan pertanyaan Mrs. Nelthin lalu mencoba menjawabnya setenang mungkin, "Jaminan terbesarnya itu adalah saya. Saya Mrs, jaminan Reina saya" Mrs. Nelthin menoleh ke arah Reina sebelum kembali menoleh dan berbicara dengan Tyo "Baiklah Renan saya percaya sama kamu. Saya mau rambut Ms. Varquez sudah berubah menjadi hitam untuk besok". Ucap Mrs. Nelthin dengan tegas dengan suara yang cukup di dengar oleh kedua remaja di ruangannya ini, "Baik Mrs. Saya pastikan rambut Ms. Varquez sudah menjadi warna hitam besok, Mrs", "Ok silahkan kembali ke kelas kalian".

Tyo mengangguk lalu menyalami Mrs. Nelthin, begitu pula dengan Reina ia melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Tyo dan keluar dari ruangan yang bahkan sama seringnya mereka kunjungi seperti ruang kelas  jangan tanyakan siapa penyebabnya.

"Huh astaga Yo, lo selalu bisa nyelamatin gue saat detik-detik kematian dateng pakai kereta malam". Tyo tersenyum lalu mengacak rambut Reina dan mencubit gemas hidung Reina. "Udah gue bilang Na, jangan nge-cat rambut. Ini udah kesekian kalinya lo di panggil sama Mrs. Nelthin, gue gak tau lagi kalau lo di panggil buat yang lain kalinya, gue bakal tinggalin lo gitu aja". Reina berhenti dan cemberut ke hadapan Tyo yang berdiri dengan ala stay cool. "Emang tega Yo?", Tyo menatap mata Reina sebelum kembali menjawabnya "Gue tega. Kalau lo udah kelewat batas". Tyo berjalan di depan meninggalkan Reina yang memendam kesal ke Tyo.

***

"Reina pulang!!! Mom, Dad, Kak Rine... " Reina sudah memanggil berkali kali nama keluarganya, namun tak satupun dari mereka menyahut dengan panggilan Reina. Ia menaiki anak tangga menuju kamarnya lalu menghempaskan badan mungilnya diatas kasur yang berukuran king size. Reina mengambil ponselnya lalu mengetik pesan ke Tyo.

Nana : Yo, Nana laper nih. Dirumah kayaknya gak ada orang deh. Tyo kerumah dong gue laper mampus...😥

Rein tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya jika ditinggal Tyo, membayangkannya saja gadis ini tidak mau. Dirinya terlalu bergantung penuh pada Tyo selama ini.

Ting! . Bunyi notifikasi dari ponsel Reina menggema di kamarnya, ia langsung menyambar ponsel tersebut dan membuka pesannya. Reina tersenyum manis.

From : Tyo Kesayangan
Na bukain pintu, tega liat gue kayak orang bego depan rumah lo

Reina berlari menuruni anak tangga satu persatu hingga ia sampai di depan pintu rumahnya dan membukanya. Tyo memang selalu bisa diandalkan dalam keadaan apa pun. "Cepet banget Yo. Emang mantengin hp mulu ya?", tanya Reina ketika ia sudah memegang beberapa plastik yang diberikan Tyo tadi. Ia dan Tyo mengarah ke dapur sambil menyiapkan makanan untuk mereka berdua. "Gak juga kok Na. Tadi gue pas lagi lewat daerah sini, jadi gue pas dapat pesan lo langsung beli makan aja gue juga belum makan kok Na". Reina mengangguk saja lalu memakan dengan lahap makannya.

"Rine Pulang!!Rei, Mom, Dad ". Reina yang mendengar suara Kakaknya dari ruang tamu pun menyahut Reina dengan sekali teriakan. "Gue di dapur Kak !!". Setelah itu Kathrine sudah berada di dapur bersama Reina dan Tyo, Reina menatap Kakanya lalu cengengesan. "Makan Kak, lo udah makan belum?", "Udah kok Rei gue ke atas ya. Tyo gue ke atas ya". Tyo dan Reina mengangguk dengan serentak kemudian kembali melanjutkan acara makannya.

"Na Mom sama Dad kemana Na? Jangan bilang mereka beneran ke luar negeri lagi?". Reina mengangkat piring makannya dan piring makan Tyo lalu mencucinya. "Gue gak tau Yo, yang gue tau Mom sama Dad pasti gak keluar negeri. Karna bentar lagi bakal ada pembukaan perusahaan Dad yang baru cabang Jakarta". Reina menjelaskannya kepada Tyo sambil mengelap tangannya yang basah karena mencuci piring. "Oh gitu. Bentar lagi mau sore, temenin gue ke taman bentar dong. Gue mau ngeliatin sunset Na". Satu lagi selain Tyo yang tidak pernah bisa meninggalkan Reina dalam keadaan apapun, lelaki ini juga merupakan salah satu penikmat senja. Melihat matahri yang akan turun dan menghilang kemudian meninggalkan jejak jingga di langit biru adalah satu dari hobinya yang lain. 

Reina dan Tyo sudah berada di taman komplek, mereka berdua duduk diatas rerumputan yang halus sambil menatap danau dan senja yang akan menyapa mereka pada sore hari ini. 

Ponsel Tyo bedering dan lelaki itu mengangkat ponselnya,  Reina sempat ingin menguping dengan pembicaraan Tyo, tapi kepalanya sudah di toyor agar tidak menguping. Alhasil Reina menunggu Tyo selesai dengan urusan di ponselnya. Saat Tyo sudah memasukan Ponsel tadi ke saku celananya, Reina langsung menyemburnya dengan pertanyaan. "Siapa yang nelfon?", "Cewe apa cowo?", "Dia mau ngajak lo pergi ya?","Kok gue dilarang denger sih?". Yang hanya di balas Tyo dengan tawa hingga lelaki itu memegang perut menahan sakit karena tak kuasa melihat betapa protective sahabtnya yang satu ini.

"Apasih yang lucu Yo. Coba jawab deh jangan buat gue bete ah" Tyo menarik tangan Reina menuntunnya untuk pulang kerumah saat matahari telah tenggelam dengan sempurna, dan telah meninggalkan jejak jingga yang sangat indah. "Ayo gue anter pulang. Jangan rewel ini udah mau Maghrib loh, banyak hantu berkeliaran". Merasa diabaikan oleh Tyo, gadis itu memilih tetap berdiri tanpa mau melangkah sedikitpun dari tempatnya.

"Yaampun Na ayo, udah mau malam ini"

"Lo jawab dulu dong pertanyaan gue tadi"

Tyo menghela nafasnya kemudian menjawab. "Iya sambil jalan pulang, ayo!" akhirnya gadis keras kepala ini menurut dan pulang bersama Tyo dengan janji tadi.

***

"Hai Kak, Mom sama Dad belum pulang juga ya?" Kathrine yang sejak tadi membaca majalahnya mulai menurunkan majalah tersebut dan menatap adik satu satunya ini. "Belum Rei. tadi Mom sama Dad habis dari butik langganan Mom di Bandung, buat mesen baju keluarga kita di acara Daddy". Reina hanya bisa ber-oh ria dengan penjelasan Kathrine, "Oh ya Rei tadi Mrs. Nelthin nelfon ke nomor rumah, lo disuru nge-cat rambut warna hitam. Lo tuh ya Rei kebiasaan ngecat warna warni rambut lo, pokoknya ntar lo turun ke bawah udah warna hitam tuh rambut". Ucap Kathrine dengan nada kesal pada Reina yang hanya menampilkan tampang 'serah lo ae deh Kak' pada Kathrine. "Tapi Kak Rine manic-panic gue gimana? Sayang dong kalau gak di pakai? Ah malah gue udah habisin duit tabungan buat beli tu barang. Kesel deh sama Mrs. Nelthin alay banget suruh ngecat rambut warna hitam".

Kathrine benar benar sudah muak dengan adiknya satu ini, seharusnya Reina sudah naik ke atas kamarnya, mandi lalu meng-cat ulang warna rambutnya bukan mengoceh karena tidak bisa mewarnai lagi rambutnya, Reina memang aneh "Rei mending sekarang lo naik, sumpah gue bosen liat muka lo kaya begitu cepetan naik". Reina cekikikan dengan ocehan Kathrine yang membuat Reina terpaksa harus naik ke kamar.

Selang waktu 30 menit semua sudah beres, kecuali warna rambutnya ia masih menggunakan penutup kepala agar manic-panic warna hitam yang ia gunakan menyerap sempurna pada rambut indah milik Reina. Sambil menunggu rambutnya tercat kembali, ia mengambil ponselnya diatas nakas dan mengirim pesan kepada Tyo

Nana : Yo lagi apa? Gimana kabar olimpiade kimia lo? Sukses? Semoga lah ya!

Tyo kesayangan : Lagi Mikirin Lo Na *sumpah ini ngasal banget* Jadi kok Na, Kayanya Rabu depan deh. Soalnya tadi Mrs. Farqueen baru aja hubungin gue.

"Mom, Dad baru balik? Lama banget keliling Indonya" Tawa Reina menggelegar membuat anggota keluarganya pun ikut tertawa. "Iya sayang, ini kamu cobaiin dulu ya dress yang Mommy bawa kalau kamu kurang cocok masih ada waktu untuk di perbaiki". Reina kembali berlari menuju kamarnya dengan kegirangan dengan membawa dress yang diberikan Mommy nya.

"Aakh perfect. So damn perfect, Oh My Godness!!!". Teriak Reina ketika sudah mencoba dress berwarna hitam trersebut. Lagi-lagi ia berteriak yang memekkan telinga para pendengar, Reina ini memang sudah dianugrahi suara 8 oktaf yang tidak biasa dihilangkan. Congratulation girl


****

BSDH PART 2 DONE !!!!

JANGAN LUPA BERIKAN DUKUNGAN KALIAN DENGAN VOTE DAN COMMENTS CERITA INI


Salam sayang,

_author_

Bersama Senja dan Hujan(Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang