Bagian 14 - Tak terduga

1.4K 129 8
                                    

Avery

'Pecundang'

'Betapa memalukannya muntah di jaket senior di rumah Harry'

'Masih saja berani datang ke sekolah hari ini'

Aku menunduk saat mendengar semua komentar mereka. Aku berjalan menuju loker dan menarik buku pelajaran pertamaku, biologi. Aku tak melihat Sophia di lorong atau semacamnya.

"Hey Muntahan" aku mendengar suara mengerikan itu berteriak, aku berbalik dan melihat Cara dan geng kecil pengikutnya menujuku. Aku mengambil napas dalam dan mengabaikan perasaan buruk yang mengalir di tubuhku.

"Namaku Avery" aku membela diriku untuk pertama kalinya.

"Baiklah sekarang itu, Muntahan. Itu cocok denganmu, jelek seperti muntah" ucap Cara dan aku menunduk.

"Dan pakaianmu itu....tak ada kalimat yang tepat....Menjijikkan" ucap Cara dan mereka tertawa. Aku merasakan tangisan di mataku dan aku sungguh lelah terhadap hal ini jadi aku pergi.

"Oh apakah ia sedih sekarang, aw kau tak dapat menahan candaannya" mereka berteriak, aku berjalan lebih cepat dan tiba-tiba menabrak sesuatu atau seseorang. Aku mendongak dan tak dapat mempercayai mataku, Harry.

"Hei hati-hatilah oke!?" Ucapnya dan memberiku senyum. Aku tak merespon, aku hanya berjalan menuju pintu keluar.

"Hei tunggu!" Teriak Harry. Aku merasakan seseorsng mencengkeram pergelangan tanganku dan memutarku. Aku menghela, aku hampir saja keluar.

"Apa" aku membentaknya dan diikuti dengan kata 'maaf' cepat. Aku tak ingin meninggikan suaraku seperti itu padanya tapi aku nyaris pingsan. Aku tak dapat menahan hal seperti masa laluku lagi. Tubuh manusia tak dapat menahan banyak hal tapi kita semua mendapatkan istirahat saat dimana tubuh berkata tidak dan aku telah berada pada situasi itu dan aku tak ingin kembali kesana.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya dan aku mengelap beberapa air mata yang jatuh dan melihatnya. Aku mengambil napas dalam yang bergetar.

"Tak ada apa-apa" aku kembali melihatnya dan melihat Cara dan temannya melihat kami.

"Ya kau tak akan menangis jika tak ada yang terjadi" ucapnya dan aku hanya menggeleng.

"Mengapa kau bahkan perduli?" aku lalu pergi. Aku duduk diluar sejenak sebelum kelasku dimulai.

"Avery!" aku mendengar Sophia.

"Maaf aku telat... apa yang terjadi padamu?" Tanyanya saat melihatku.

"Cara dan temannya" ucapku dan ia memelukku.

"Jangan perdulikan mereka, ayolah. Kelas dimulai dalam dua menit" kami berjalan masuk dan untungnya, tak ada yang melihatku.

Setelah hari panjang bosan mempelajari pelajaran Biologi, matematika, Inggris aku meninggalkan bukuku dan aku dan Sophia mengucapkan selamat tinggal.

"Avery, tunggu!" Aku memutar dan melihat Harry yang berlari. Aku mengernyit padanya.

"Aku biasanya kan berjalan bersamamu ingat itu" ia terkekeh dan aku memberinya senyum palsu. Tapi aku merasa sedikit aneh bahwa itu terasa seperti tak ada yang terjadi di pestanya. Ia bersikap seperti tak terjadi apapun. Ia bahkan mengancamku bahwa hidupku akan berjalan sengsara.

"Oke ayo" ucapku selagi berpaling.

Kami berjalan di sepanjang trotoar dan berbicara. Aku meminta maaf bahwa aku sedikit kasar padanya pagi ini. Ia baik dan memaafkan dan memberitahuku bahwa tak apa-apa.

"Aku mendengar Cara bersikap jahat lagi padamu pagi ini, apakah itu alasanmu menangis" aku menunduk dan merasa malu, 17 tahun dan masih cengeng.

"Ya... " ia menyadari bahwa aku tak ingin berbicara tentang itu dan tak menanyakannya lagi. Kami sampai di depan rumahku dan kami berhenti.

"Kau tahu Avery, aku berhutang-budi berdansa denganmu" aku merona, ia mengingatnya.

"Tak apa" ia berjalan mendekatiku. Lalu ia melakukan sesuatu yang tak-terduga.

Ia menciumku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


The Senior (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang